Sukses

Dulu Setir Tank, Kini Traktor: Kisah Mantan Tentara Australia Jadi Petani

Mantan tentara Australia berkisah pengalamannya menyupir traktor sebagai petani.

Brisbane - Industri pertanian di Australia sedang kekurangan tenaga kerja, sebab tenaga asing kesulitan masuk Australia karena pandemi COVID-19. Padahal, mereka biasa ikut dipekerjakan pada masa panen.

Orang-orang dengan latar belakang mengejutkan pun ikut bekerja di ladang, seperti Andrew Weidemann yang dulunya anggota angkatan bersenjata.

Dilaporkan ABC Australia, Jumat (27/8/2021), para relawan yang sebelumnya menjadi bagian dari Angkatan Bersenjata Australia (ADF) sekarang bergabung dengan Produsen Tanaman Gandum Australia (GPA) untuk meluncurkan operasi bernama Grain Harvest Assist yang membantu panen tanaman gandum.

Kepala GPA Andrew Weidemann mengatakan, dia tidak menduga ada banyak pihak yang bersedia membantu.

"Rasanya hampir tidak bisa dipercaya respons yang kami terima sejauh ini dari ADF," katanya.

"Luar biasa, orang-orang ini dulunya berbakti kepada negara, dan sekarang ketika dibutuhkan mereka bersedia bahu-membahu untuk membantu menuai panen yang menurut para petani akan merupakan panen terbesar mereka selama ini."

Andrew Weidemann mengatakan para tentara akan bisa menyesuaikan diri dengan cepat untuk bekerja di sektor pertanian.

"Banyak di antara mereka adalah orang-orang yang terlatih, jadi saya kira akan mudah bagi mereka untuk dilatih lagi menggunakan traktor, truk, atau alat berat lainnya, dan banyak di antara mereka sudah memiliki SIM alat-alat berat sebelumnya," katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ide Ajak Tentara

Koordinator Operasi Grain Harvest Assist untuk Australia Barat dan Australia Selatan, Kevin McCarthy, yang juga adalah mantan perwira militer mengatakan ide untuk melibatkan mantan tentara muncul di sebuah Sabtu ketika mereka melihat program Ladnline, sebuah program tentang pedesaan di TV ABC.

"Seorang teman baik saya, Gary Spencer, menelepon saya dan mengatakan dia baru saja menonton acara Landline yang menyebut bahwa para petani gandum sekarang tidak memiliki pekerja yang cukup untuk membantu panen," kata McCarthy.

"Dia mengatakan 'bagaimana kalau kita memobilisasi para mantan tentara dan melihat apakah mereka bisa membantu mengoperasikan alat-alat pertanian?"

"Mereka sudah terlatih menggunakan peralatan canggih, jadi tidak akan diperlukan pelatihan yang terlalu banyak lagi untuk mengajari mereka menggunakan mesin panen."Program ini sekarang dikoordinasikan lewat dua akun Facebook milik Operasi Grain Harvest Assist, satu untuk Australia Selatan dan Australia Barat, serta satu lagi untuk Queensland, New South Wales dan Victoria.

Menurut Kevin McCarthy sekarang halaman FB tersebut sudah banyak dikunjungi oleh mereka yang tertarik untuk bergabung.

"Kami yakin ini akan menjadi program yang berhasil, yang akan bisa membantu para petani dengan tanaman mereka," katanya.

3 dari 3 halaman

Mencari Pensiunan

GPA juga mendorong agar pemerintah Australia memberi keringanan pajak bagi mereka yang pensiun dan sekarang melakukan perjalanan berkeliling Australia (grey nomads) untuk mau bekerja di ladang pertanian.

"Kami percaya industri pertanian ini adalah industri yang bisa melibatkan siapa saja, dan kami melihat adanya kesempatan jika ada bantuan dari pemerintah," katanya."Sejauh ini kami sudah mendapatkan tanggapan yang baik dari pemerintah."

GPA juga sudah menyerukan kepada pelaku usaha di kawasan regional untuk mengizinkan mereka yang bergerak di bidang peternakan mengambil cuti yang tidak dibayar untuk bekerja di ladang.

GPA juga menghendaki pemerintah federal memperluas jangkauan visa pertanian yang baru, tidak saja untuk 10 negara-negara anggota ASEAN tapi juga ke negara seperti Denmark dan Kanada yang merupakan sumber pekerja pertanian yang terampil selama ini. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini