Sukses

HEADLINE: Taliban Menguasai Afghanistan, ISIS Manfaatkan Situasi?

Tiga ledakan mengguncang Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Kamis 26 Agustus 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Tiga ledakan mengguncang Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Kamis 26 Agustus 2021. Ledakan itu menewaskan 90 warga sipil, 13 tentara Amerika, dan 150 orang terluka.

Ledakan pertama yang dilaporkan berasal dari bom bunuh diri, terjadi sekitar pukul 18.00 waktu setempat di dekat Hotel Baron. Hotel yang digunakan pemerintah Inggris untuk mengatur proses evakuasi warga Afghanistan yang ingin mengungsi itu, berada di dekat perimeter bandara.

Rentetan suara tembakan terdengar mengiringi ledakan di dekat Hotel Baron. Tak berselang lama, bom kedua meledak di dekat Abbey Gate, salah satu pintu masuk utama Bandara Kabul, yang saat itu dipenuhi warga Afghanistan sedang menunggu proses untuk bisa keluar dari negara yang kini dikuasai Taliban.

Dua jam kemudian, sekitar pukul 20.00 waktu setempat, suara ledakan ketiga mengejutkan warga Afghanistan. Jurnalis Al Jazeera Rob McBride melaporkan, ledakan tersebut terdengar seperti, "dentuman yang sangat keras, dan berasal dari ledakan yang sangat besar". Menurut juru bicara Taliban, ledakan ketiga itu berasal dari militer AS yang menghancurkan amunisi.

Kelompok ISIS-K kemudian mengklaim bertanggung jawab atas rangkaian serangan bom bunuh diri tersebut. ISIS-K atau ISKP (Islamic State Khorasan Province) merupakan cabang kelompok ISIS di Afghanistan. 

Dilansir The Guardian, media ISIS, Amaq news agency mengatakan saluran Telegramnya menyebut seorang anggota bernama Abdul Rahman al-Logari melakukan operasi syahid di dekat Bandara Kabul. "Pemboman hari ini mampu menembus semua benteng keamanan, dan berada dalam jarak lima meter dari pasukan AS sebelum ledakan," ungkap pihak ISIS-K.

Pakar tentang ISIS dari London University’s International Centre for the Study of Radicalisation (ICSR) Tore Hamming menilai teror yang dilakukan ISIS-K di Bandara Kabul sebagai tantangan untuk Taliban yang kini menguasai Afghanistan.

"Mereka mencapai beberapa hal: mereka mencapai target yang sah (dari sudut pandang mereka), mereka mengirim sinyal masih menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan dan mereka menantang proyek Taliban dengan menyoroti bahwa kelompok itu tidak dapat mengamankan Kabul," kata Hamming.

Menurut pakar terorisme dari Universitas Malikussaleh, Al Chaidar, pada dasarnya aliran yang dianut ISIS dan Taliban jauh berbeda. ISIS menganut Wahabi-Takfiri, sementara Taliban Hanafi-Deobandi.

"Mereka punya agenda sendiri yang berlawanan dengan tujuan Taliban," jelas Al Chaidar kepada Liputan6.com, Jumat (27/8/2021). "ISIS hanya ingin membentuk negara khilafah. Taliban ingin membuat negara Islam tanpa demokrasi."

 

 
 

Hubungan Taliban dan ISIS-K, dinilai pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Yon Machmudi, saat ini diperkeruh oleh kepentingan Taliban menjaga Afghanistan dari ISIS dan Al-Qaeda sesuai perjanjian dengan Amerika. Tak hanya itu, Taliban juga belum lama ini mengeksekusi seorang tokoh ISIS, yakni Omar Khorasani.

Yon menduga ada faktor balas dendam dalam serangan ISIS-K di Bandara Kabul. "Salah satu pemimpin ISIS Asia Selatan Omar Khorasani itu dieksekusi oleh kelompok Taliban setelah mereka bisa menguasai Kabul. Omar Khorasani itu ditahan oleh pemerintah sebelumnya." 

Situasai kevakuman pemerintahan di Afghanistan, menurut Yon juga telah dimanfaatkan ISIS-K. "Tentara Afganistan belum mampu menjaga kondisi setelah tentara Afghanistan dari pemerintah sebelumnya itu sudah vakum. Apakah itu sepenuhnya diganti tentara Taliban, saya kira itu masih belum juga jelas," ujar Yon.

"Kekosongan tentara secara resmi ini saya kira menjadi problem akan ketidakpastian keamanan di Afghanistan, sehingga memungkinkan masuknya aksi-aksi bom bunuh diri yang biasa dilakukan ISIS secara sporadis. Kemampuan-kemampuan mendeteksi seperti itu nampaknya belum kuat oleh tentara Taliban saat ini," lanjutnya.

Pasukan keamanan di Afghanistan juga belum bisa menjangkau seluruh daerah secara merata. "ISIS sendiri mencoba untuk mencari tempat yang di mana konflik itu sedang berkecamuk, itu (ISIS) mendapat posisi lebih aman. Jadi tidak melihat strategis atau tidak. Jadi wilayah ada konflik mereka bisa masuk," ungkap Yon.

Sementara itu, Charlie Winter, peneliti senior di London University’s International Centre for the Study of Radicalisation (ICSR) menyatakan, "Lintasan ISIS-K telah menjadi salah satu kebangkitan setelah masa sulit pada 2019 dan paruh pertama 2020 … tetapi mereka tiba-tiba terdiam sejak pengambilalihan Taliban dan kemungkinan alasannya adalah kelompok itu bersiap untuk kampanye baru."

Sedangkan Antonio Giustozzi, seorang ahli dan penulis di Royal United Services Institute di London, menyebut ISIS-K terbukti lebih pragmatis daripada yang diperkirakan, meskipun ideologinya ekstrem. "Kelompok ini menavigasi politik regional. Antara Afghanistan dan Pakistan ada banyak aktor yang berebut pengaruh dan ISIS-K cukup efektif dalam memposisikan dirinya," ucap Giustozzi.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Amerika Marah

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden memperingatkan dalang di balik serangan bom bunuh diri Kabul yang menewaskan 13 tentara AS dan 60 warga sipil Afghanistan.

"Kami akan memburu Anda dan membuat Anda membayar," tegas Biden.

Di hari tergelap masa kepresidenannya, Biden menolak untuk memperpanjang tengat waktu hingga 31 Agustus untuk penarikan pasukan AS dari Afghanistan, tetapi berjanji akan mengevakuasi setiap warga Amerika Serikat yang ingin pergi dari sana.

Biden dilaporkan berada di The Situation Room bersama tim kemanan nasionalnya ketika rincian serangan teoris muncul. Hal ini membuat Gedung Putih masuk ke mode krisis penuh.

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada warga AS, Joe Biden memberikan penghormatan kepada yang gugur sebagai pahlawan yang "terlibat dalam misi berbahaya tanpa pamrih untuk menyelamatkan nyawa orang lain", kemudian bersumpah akan melakukan pembalasan dengan kekerasan yang setimpal terhadap para pemimpin Negara Islam yang bertanggung jawab.

Dengan penuh kemarahan, Biden berkata, "Kepada mereka yang melakukan serangan ini hari ini – serta siapa pun yang ingin membahayakan Amerika – ketahuilah ini: kami tidak akan memaafkan. Kami tidak akan lupa. Kami akan memburu Anda dan harus membayarnya."

Ia mengatakan telah memberi perintah pada Pentagon untuk "mengembangkan rencana operasional guna menyerang aset, kepemimpinan, dan fasilitas ISIS-K", dan menambahkan, "Kami akan menanggapi dengan kekuatan dan ketepatan pada waktu kami, di tempat yang kami pilih dan saat yang kami pilih."

"Sehubungan dengan menemukan dan melacak para pemimpin ISIS yang memerintahkan ini, kami memiliki beberapa alasan untuk percaya bahwa kami tahu siapa mereka dan kami akan menemukan cara yang kami pilih, tanpa operasi militer besar,  untuk menangkap mereka. Dimana pun mereka berada," tambah Biden.

Presiden tidak memberikan tanda-tanda bahwa ia bermaksud untuk menghentikan evakuasi lebih awal dari yang direncanakan atau memperpanjangnya lebih dari akhir bulan.

Pada Rabu departemen luar negerti mengatakan ada sebanyak 4.500 warga Amerika telah diterbangkan, dengan sekitar 1.500 masih harus pergi. Ia berjanji untuk menyelamatkan warga AS yang masih ada di Afghanistan.

"Kita bisa dan kita harus menyelesaikan misi ini dan kita akan melakukannya. Kami tidak akan dihalangi oleh teroris," ujar Biden.

Pemerintah AS percaya bahwa mereka mulai mengarah pada narasi yang menguntungkan setelah mengevakuasi lebih dari 95.000 orang sejak 14 Agustus, sehari sebelum ibu kota Kabul jatuh ke tangan Taliban.

Evakuasi itu jadi pengangkutan udara terbesar dalam sejarah Amerika, mengangkut warga negara AS, mitra dan sekutu Afghanistan. Jen Psaki selaku sekretaris pers Gedung Putih berkata, "Saya tidak akan mengatakan ini sebagai apapun selain sebuah kesuksesan."

Namun, kematian personel layanan AS kemungkinan akan menyinggung publik dan menambah tekanan politik domestik pada Biden, yang dimana keputusannya untuk menarik pasukan AS pada 31 Agustus menyebabkan runtuhnya pemerintah dan tentara nasional.

Kevin McCarthy, pemimpin Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat, memanggil pembicara, Nancy Pelosi, untuk mempertimbangkan undang-undang yang akan melarang penarikan AS sampai semua orang Amerika keluar dari Afghanistan.

"Musuh kita telah mengambil keuntungan dari sifat penarikan yang kacau ini," ujar McCarthy. "Sudah waktunya bagi kongres untuk bertindak cepat untuk menyelamatkan nyawa."

Juru bicara Pelosi, Drew Hammill, mengatakan di Twitter: "Saat ini, pahlawan Amerika mempertaruhkan dan memberikan hidup mereka untuk melakukan evakuasi yang sangat berbahaya. Apa yang tidak akan membantu evakuasi warga Amerika adalah lebih banyak aksi penghalang dan gangguan."

Gedung Putih telah memperingatkan selama berhari-hari bahwa bahaya serangan dari Negara Islam merupakan faktor pendorong dalam upaya untuk menyelesaikan evakuasi pada akhir bulan.

Dengan terpecah-pecahnya Afghanistan dan kebangkitan COVID-19, keseluruhan peringkat persetujuan terhadap pekerjaan Biden sekarang adalah 41% yang menyetujui dan 55% yang tidak setuju, menurut sebuah berita di USA Today/ Suffolk University opinion poll.

Di hari tragedi, anggota partai Republik berduka atas hilangnya nyawa dan menahan kritik pedas mereka terhadap Biden. Donald Trump, mantan presiden, mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Melania dan saya mengirimkan belasungkawa terdalam kami kepada keluarga Anggota Tentara yang brilian dan pemberani. Belasungkawa juga dengan keluarga dari warga sipil tak berdosa yang tewas hari ini dalam serangan kabul yang biadab."

"Tragedi ini seharusnya tidak pernah dibiarkan terjadi, yang membuat kesedihan kami semakin dalam dan semakin sulit untuk dipahami."

Namun, ada beberapa anggota partai Republikan dalam retorika mereka dan bahkan meminta Biden untuk mengundurkan diri.

Josh Hawley, seorang senator untuk Missouri, mengatakan: "Sekarang sangat jelas bahwa ia tidak memiliki keinginan atau kapasitas untuk memimpin. Ia harus mengundurkan diri."

3 dari 4 halaman

Pengakuan ISIS-K Sebagai Dalang

Bom bunuh diri di luar bandara Kabul pada Kamis (26/8) menewaskan puluhan warga Afghanistan termasuk belasan tentara Amerika Serikat.

ISIS-K atau ISKP (Islamic State Khorasan Province) merupakan cabang kelompok ISIS di Afghanistan yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan tersebut.

Dikutip dari The Straits Times, Jumat (27/8/2021), pernyataan oleh media ISIS, Amaq news agency yang diterjemahkan oleh Site mengatakan bahwa "pemboman hari ini mampu menembus semua benteng keamanan," dan berada dalam jarak lima meter dari pasukan AS sebelum ledakan.

Pernyataan itu hanya menyebutkan satu pelaku bom bunuh diri dan satu peristiwa ledakan. Sementara itu, setidaknya dua insiden ledakan bom diyakini terjadi pada Kamis di dekat bandara Kabul. 

ISIS-K, pertama kali mencapai provinsi Nangarhar timur di Afghanistan pada 2015, tetapi telah mendapat tekanan dalam beberapa tahun terakhir dari koalisi pimpinan AS, tentara Afghanistan dan Taliban. Namun, serangan mematikan terkait kelompok militan tersebut masih terjadi di Kabul.

Dilansir The Guardian, Amaq news agency mengatakan saluran Telegramnya menyebut seorang anggota bernama Abdul Rahman al-Logari melakukan "operasi syahid di dekat Bandara Kabul".

ISIS-K merupakan kelompok yang paling ekstrem dan keras dari semua kelompok militan di Afghanistan. Mengutip BBC, Jumat (27/8/2021), kelompok itu didirikan pada Januari 2015 pada puncak kekuasaan ISIS di Irak dan Suriah, sebelum kekhalifahan yang dideklarasikan sendiri dikalahkan dan dibongkar oleh koalisi pimpinan AS.

Kelompok ini merekrut dari kedua ekstremis Afghanistan dan Pakistan, terutama membelot anggota Taliban Afghanistan yang tidak melihat organisasi mereka sendiri sebagai cukup ekstrem.

ISIS-K telah dianggap bertanggung jawab atas beberapa kekejaman terburuk dalam beberapa tahun terakhir, seperti menargetkan sekolah perempuan, rumah sakit dan bahkan bangsal bersalin di mana mereka dilaporkan menembak mati wanita hamil dan perawat.

Berbeda dengan Taliban, yang kepentingannya terbatas pada Afghanistan, ISIS-K adalah bagian dari jaringan ISIS global yang berupaya melakukan serangan terhadap target barat, internasional, dan kemanusiaan di mana pun mereka dapat menjangkaunya.

ISIS-K berbasis di provinsi timur Nangarhar, dekat dengan rute penyelundupan narkoba dan manusia dalam jalur masuk dan keluar dari Pakistan.

Pada puncaknya, kelompok itu berjumlah sekitar 3.000 orang - tetapi telah mengalami korban yang signifikan dalam bentrokan dengan pasukan keamanan AS dan Afghanistan, dan juga dengan Taliban.

Sebelumnya, pada 22 Agustus 2021, penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan sudah memperingatkan dan ancaman "akut" dan "terus-menerus" oleh ISIS-K terhadap evakuasi yang berkelanjutan di Kabul.

Banyak yang khawatir dengan intensifikasi serangan yang terkait dengan ISIS-K dalam beberapa bulan terakhir.

 

 

4 dari 4 halaman

Kecaman Pemimpin Dunia

Bom bunuh diri terjadi di luar bandara Kabul pada Kamis (26/8), dan menewaskan 13 tentara Amerika Serikat dan puluhan warga Afghanistan.

Sejumlah pemimpin negara-negara di dunia menyampaikan kecaman mereka atas insiden mematikan tersebut. Pesan tersebut disampaikan di masing-masing laman Twitter resmi mereka.

1. PM Inggris Boris Johnson

"Saya benar-benar mengutuk serangan teroris yang kejam di Kabul di mana warga Afghanistan dan anggota militer AS kehilangan nyawa mereka," tulis Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, di laman Twitter-nya pada Jumat (27/8/2021).

"Ancaman serangan teroris adalah salah satu kendala dalam upaya yang telah kami operasikan, tetapi proses evakuasi kami akan berlanjut dengan lebih dari 12.000 yang sudah dievakuasi sejauh ini," lanjut Johnson.

2. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen

Di Twitter, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, "Saya mengutuk keras serangan pengecut dan tidak manusiawi di bandara Kabul. Sangat penting untuk melakukan segalanya untuk memastikan keselamatan orang-orang di bandara".

"Komunitas internasional harus bekerja sama secara erat untuk menghindari kebangkitan terorisme di Afghanistan dan sekitarnya," tegasnya.

3. PM Kanada Justin Trudeau

Ada juga komentar yang dibagikan oleh Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau. Ia pun menyampaikan bela sungkawa kepada rakyat Afghanistan.

"Kami mengutuk keras serangan teroris di Kabul. Hati kami hancur untuk rakyat Afghanistan dan keluarga terkasih para korban, termasuk para perempuan dan pria pemberani dari Sekutu kami. Kami akan terus bekerja dengan mitra kami untuk mendukung warga Afghanistan dan memukimkan kembali pengungsi di Kanada," tutur Trudeau dalam postingannya di Twitter.

4. PM Australia Scott Morrison

"Sangat sedih dengan kematian personel militer AS dan warga Afghanistan dalam serangan teroris yang mengerikan di Kabul. Kami berduka atas peristiwa tragis tersebut," demikian disampaikan oleh Perdana Menteri Australia, Scott Morrison.

"Australia mengutuk serangan kejamidan biadab ini," pungkasnya.

Dalam postingannya, Morrison juga mengatakan bahwa semua anggota militer Australia yang berada di Afghanistan tidak terdampak dalam ledakan di bandara Kabul.

"Semua personel ADF dan Australia kami yang pemberani selamat," terang Morrison.

5. Korea Selatan

Korea Selatan juga mengecam keras ledakan bom bunuh diri di dekat bandara di Ibu Kota Afghanistan, Kabul yang menewaskan puluhan orang, termasuk anggota pasukan Amerika Serikat dan lebih dari 100 orang terluka.

"Pemerintah kami mendefinisikan pemboman itu sebagai serangan teroris, mengungkapkan keprihatinan mendalam bahwa itu telah menimbulkan banyak korban dan mengecam keras serangan itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, Choi Young-sam dalam pernyataannya, seperti dikutip dari laman Yonhap News Agency, Jumat (27/8/2021).

"Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kami kepada para korban dan keluarga mereka yang berduka," tutur Choi. Korea Selatan pun menegaskan kembali posisinya bahwa terorisme tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun dan akan secara aktif berpartisipasi dalam upaya internasional untuk memberantas terorisme, tambah Choi.

6. Arab Saudi

Kerajaan Arab Saudi memberikan kecaman keras kepada serangan yang terjadi di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan. Serangan terjadi bom itu terjadi pada Kamis kemarin (26/8).

"Arab Saudi berharap kondisi di Afghanistan stabil sesegera mungkin," ujar pernyataan Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, dilaporkan Saudi Gazette, Jumat (27/8/2021).

Pihak Kerajaan pun menegaskan mereka berdiri bersama rakyat Afghanistan, serta memberikan duka kepada korban dan keluarga mereka.

Kemlu Saudi menyebut tindakan kriminal seperti itu tidak cocok dengan semua agama, moral, atau nilai-nilai kemanusiaan.

7. Indonesia

Indonesia mengecam insiden dua ledakan bom dahsyat yang menghantam perbatasan Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, saat warga sipil terus berusaha melarikan diri dengan penerbangan dari Afghanistan yang dikuasai Taliban.

Melalui akun Twitter @Kemlu_RI, pemerintah Indonesia menyatakan kecamannya.

"Indonesia mengutuk keras serangan teroris di dekat Bandara Kabul (26/8) yang menewaskan puluhan orang dan melukai banyak orang," tulis akun tersebut yang dikutip Jumat (27/8/2021).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.