Sukses

Paralimpiade Tokyo 2020 Dibuka Saat Kasus COVID-19 Jepang Melonjak

Dalam beberapa minggu sejak upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020, situasi pandemi COVID-19 di Jepang kian memburuk. Namun ajang Paralimpiade tetap dibuka.

, Tokyo - Paralimpiade Tokyo telah secara resmi dibuka pada Selasa 24 Agustus 2021 malam. Kaisar Jepang Naruhito membukanya, dengan aturan protokol kesehatan yang membuat sebagian besar dari 68.000 kursi stadion kosong.

Gelaran tersebut dibuka dengan harapan penuh para atlet untuk memecahkan rekor dunia, setelah sempat tertunda satu tahun karena pandemi COVID-19.

Namun, mengutip DW Indonesia, Rabu (25/8/2021), Jepang masih memerangi lonjakan kasus COVID-19.

Kegembiraan masih terlihat jelas di antara sekitar 4.400 atlet dari 162 tim yang ambil bagian tahun ini. Di antara mereka adalah pelompat jauh dari Jerman yang memecahkan rekor dunia Markus Rehm, yang dijuluki 'Pelompat Pedang', dan seorang legenda petenis kursi roda dari Jepang, Shingo Kunieda.

China diperkirakan akan mendominasi medali emas dan berada di puncak klasemen seperti yang telah mereka lakukan di setiap Paralimpiade sejak Athena 2004, tetapi tuan rumah Jepang berharap timnya yang beranggotakan 254 orang dapat mengulangi demam emas Olimpiade di negara sakura tersebut.

Bahkan setelah terbayang-bayangi oleh penundaan selama setahun belakangan akibat pandemi, nampaknya selama virus corona masih ada, ajang olahraga akan terus terancam dan bisa saja berujung pembatalan. Setelah berbulan-bulan jajak pendapat, banyak opini negatif dari masyarakat Jepang sendiri tentang pengadaan perubahan Olimpiade, bahkan setelah acara tersebut berlangsung.

Dalam beberapa minggu sejak upacara pembukaan Olimpiade Tokyo 2020, situasi pandemi di Jepang kian memburuk. Tercatat lebih dari 25.000 kasus infeksi harian hingga seminggu terakhir. Walaupun wabah di Jepang masih relatif kecil, sejauh ini dengan 15.500, tetapi hanya 40 persen dari populasi yang divaksinasi sepenuhnya. Dan itu tidak akan cukup untuk menghindari varian Delta yang menyebar cepat.

Jepang Tetap Waspada Saat Hadapi Lonjakan Pandemi

Upacara pembukaan telah dilangsungkan dengan status 12 wilayah, termasuk Tokyo, dalam keadaan darurat virus corona. Pembatasan jam buka bagi restoran dan bar, hingga pelarangan penjualan alkohol pun menjadi salah satu tindakan yang diambil oleh pemerintah Jepang.

Namun para ahli telah memperingatkan bahwa langkah-langkah tersebut tampaknya tidak berhasil dan pembatasan yang lebih ketat sangat diperlukan, dengan beberapa berpendapat bahwa melanjutkan pertandingan ini justru telah merusak pesan pemerintah tentang gentingnya virus tersebut.

Atlet paralimpiade akan tunduk pada aturan yang sama dengan atlet Olimpiade sebelumnya, termasuk tes harian, wajib mengenakan masker, dan batasan pergerakan mereka. Hampir semua penonton akan dilarang masuk.

Ketua Komite Paralimpiade Internasional Andrew Parsons mengatakan pada hari Senin (23/8) bahwa melarang penonton adalah "keputusan yang tepat."

"Pesan saya adalah, nyalakan TV dan nikmati Paralimpiade kali ini sebanyak yang kamu inginkan."

Dia bersikeras, pertandingan akan tetap diadakan dengan aman, dan menambahkan bahwa para peserta "harus tetap waspada... Kita tidak boleh berpuas diri."

Penyelenggara Olimpiade telah melaporkan 547 kasus terkait dengan ajang pesta olahraga itu, sebagian besar di antaranya merupakan karyawan atau kontraktor yang berbasis di Jepang, dan bahkan sebelum upacara pembukaan Paralimpiade, 151 kasus telah terdeteksi di antara peserta.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Paralimpiade Tokyo Perlu Membawa Perubahan

Wakil ketua tim Jepang Miki Matheson mengatakan bahwa kondisi yang menantang bukanlah sesuatu yang belum pernah dialami Paralimpiade sebelumnya.

"Untuk Paralimpiade, menghadapi tantangan yang merugikan dan mengejar apa yang tidak mungkin, bagi mereka bukanlah hal yang istimewa," katanya.

"Meskipun kondisinya sulit dalam pandemi saat ini, tetap sangat berarti bagi mereka untuk melihat apa yang dapat mereka lakukan dan bersinar."

Di antara para atlet, pelompat jauh Rehm berencana untuk "menyerang" rekor dunia sejauh 8,62 meter yang dibuatnya sendiri pada bulan Juni. Rehm, 33, mengakui bahwa dia telah berjuang setelah Olimpiade ditunda, dan bertanya-tanya apakah dia bisa mempertahankan performanya.

"Pelatih saya melakukan segalanya untuk mempersiapkan saya hari ini, dan saya pasti akan mencoba untuk menyerang 8,62 ini," katanya.

Tokyo menjadi tuan rumah pertandingan Paralimpiade untuk kedua kalinya. “Jadi kali ini kita perlu membawa perubahan ke masyarakat,” kata ketua Tokyo 2020 Seiko Hashimoto. Para aktivis mengatakan masih banyak yang harus dilakukan meskipun ada beberapa kemajuan, terutama perihal aksesibilitas di Tokyo.

"Jika kita bisa mencapai itu, kita bisa menganggap Paralimpiade sukses.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.