Sukses

Atmosfer Bumi Kian Panas, Kondisi Es Antartika Barat Makin Memprihatinkan

Para peneliti mengungkapkan bahwa Antartika Barat memiliki kerak di bawah dasar laut jauh lebih tipis daripada kerak di bawah Antartika Timur.

Liputan6.com, Antartika - Antartika Barat menjadi salah satu daerah yang mengalami pemanasan tercepat di Bumi. Hal ini dibuktikan mencairnya Gletser Thwaites atau Gletser Kiamat. Sejak 1980-an, Thwaites telah kehilangan sekitar 595 miliar ton (540 miliar metrik ton) es. Akibatnya Thwaites menimbulkan 4% terhadap kenaikan permukaan laut global tahunan kala itu.

Tingkat kehilangan es gletser telah meningkat secara substansial dalam tiga dekade terakhir. Sebagian karena sungai-sungai tersembunyi dari air laut yang relatif hangat membelah perut gletser. Kemudian dipengaruhi pula dari dampak besar perubahan iklim yang menghangatkan udara dan laut.

Dikutip dari Live Science pada Rabu (24/8/2021), saat ini studi baru menemukan bahwa lautan dan atmosfer yang memanas bukanlah satu-satunya faktor yang mendorong Thwaites mencair. Efek samping panas Bumi juga mempengaruhi keadaan gletser Antartika bagian barat menjadi sangat buruk.

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan 18 Agustus di jurnal Communications Earth & Environment, para peneliti menganalisis data medan geomagnetik dari Antartika Barat untuk membuat peta baru aliran panas panas Bumi di wilayah tersebut.

Para peneliti menemukan bahwa kerak di bawah Antartika Barat jauh lebih tipis daripada di Antartika Timur. Kira-kira di Barat tebalnya sekitar 10 sampai 15 mil (17 sampai 25 kilometer). Sedangkan di Timur memiliki ketebalan sekitar 25 mil (40 km).

“Pengukuran kami menunjukkan bahwa di mana kerak Bumi hanya setebal 17 hingga 25 kilometer, aliran panas panas Bumi hingga 150 miliwatt per meter persegi dapat terjadi di bawah Gletser Thwaites,” ungkap penulis studi Ricarda Dziadek, ahli geofisika di Athe Alfred Wegener Institute (AWI), Helmholtz Centre for Polar and Marine Research di Jerman.

Karena Antartika Barat berada di palung samudera. Di mana keraknya di bawah dasar laut jauh lebih tipis daripada kerak di bawah Antartika Timur. Membuat para ilmuwan telah lama menduga bahwa kerak yang relatif tipis ini harus menyerap lebih banyak panas dari mantel atas planet (yang mengalami suhu rata-rata 392 derajat Fahrenheit, atau 200 derajat Celcius). Dari situlah berdampak pada pembentukan dan evolusi gletser di sana selama jutaan tahun.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Permukaan Laut di Bumi Akan Naik

Dalam studi baru, para peneliti telah mengukur perbedaan aliran panas untuk kali pertamanya. Dengan menggunakan berbagai kumpulan data medan magnet. Mereka menghitung jarak antara kerak dan mantel di berbagai tempat di seluruh Antartika, serta aliran panas relatif di daerah tersebut.

Sulit untuk mengatakan dengan tepat seberapa hangat gletser saat es bertemu dengan dasar laut. Lantaran berbagai jenis batuan menghantarkan panas secara berbeda. Meski begitu, peneliti secara tegas mengatakan bahwa pasokan panas ekstra di Barat ini intinya memberikan kabar berita buruk bagi Thwaites.

“Panas panas bumi dalam jumlah besar, misalnya, dapat menyebabkan dasar-dasar gletser tidak lagi membeku sepenuhnya atau lapisan air yang konstan terbentuk di permukaannya. Salah satu dari kondisi ini dapat menyebabkan es gletser meluncur lebih mudah di atas tanah. Sehingga menyebabkan hilangnya es gletser menjadi sangat cepat," rekan penulis studi Karsten Gohl, ahli geofisika dari AWI di Jerman.

Bilamana Gletser Thwaites benar terjadi akan runtuh ke laut maka permukaan laut global akan naik sekitar 25 inci (65 centimeter). Ini juga akan menghancurkan garis pantai di seluruh dunia.

Melihat situasi yang terjadi para peneliti segera melakukan pengukuran mendalam terkait aliran panas di bawah Antartika. Sebuah proyek penelitian berskala internasional besar juga tengah berlangsung di Kutub Selatan. Adapun misi untuk mengebor inti es yang membentang hingga ke dasar Gletser Thwaites. Pelaksanaan pengukuran aliran panas dari sampel inti ini dapat memberikan secercah harapan bagi para ilmuwan untuk mengetahui berapa banyak waktu yang tersisa pada jam berdetak Gletser Kiamat.

 

Reporter: Bunga Ruth

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.