Sukses

China Dekati Taliban karena Cari Lithium di Afghanistan?

Pakar timur tengah menyebut China ada kepentingan lithium. Apakah benar?

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah China memberikan sinyal untuk dekat dengan Taliban, bahkan setelah menguasai Afghanistan. Mereka berniat punya relasi "bersahabat" dengan Taliban.

Pertanyaan lantas muncul mengapa China ingin dekat dengan Taliban? 

Menurut pakar Timur Tengah Universitas Indonesia (UI), Yon Machmudi, menjelaskan bahwa ada kepentingan terkait lithium. 

"China saya kira juga memberikan dukungan, karena China punya konsesi terhadap pengembangan industri lithium yang sangat besar di sana," ujar Yon Machmudi kepada Liputan6.com, Senin (16/8/2021).

Sebagai informasi, lithium adalah bahan baku untuk baterai mobil listrik. Daerah Afghanistan terkenal karena memiliki tambang lithium. 

Akan tetapi, kepentingan China terhadang oleh pemerintahan Afghanistan sebelum Taliban berkuasa. Kehadiran Taliban bisa menjadi celah bagi China untuk masuk.

"Bermasalah ketika pemerintahan penguasa Ashraf Ghani," ujar Yon Machmudi. "Dengan masuknya Taliban, maka China akan memberikan support itu."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Donald Trump Desak Joe Biden Mundur

Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan Amerika Serikat kalah di Afghanistan setelah Taliban menguasai Kabul. Kekalahan ini disebut salah satu yang terburuk dalam sejarah bangsanya. 

Selain itu, Trump berkata Biden tidak mengikuti rencana yang ia tinggalkan untuk mengatasi situasi di Afghanistan. Kondisi di Afghanistan terkini ia sebut "kekacauan tragis." 

"Ini adalah waktunya Joe Biden untuk mundur dengan rasa malu atas apa yang ia biarkan terjadi di Afghanistan," tulis Donald Trump dalam rilis resmi, dikutip New York Post, Senin (16/8/2021).

Jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban dinilai Trump sebagai "salah satu kekalahan terbesar AS dalam sejarah." Ia juga berkata akan memalukan bila Taliban mengibarkan bendera di Kedutaan Besar AS di Kabul.

"Ini adalah kegagalan karena kelemahan, inkompetensi, dan keseluruhan strategi yang inkoheren," ujar Trump.

Hingga kini, Presiden AS Joe Biden belum memberikan konferensi pers tentang Afghanistan. Ia tidak berada di Gedung Putih karena sedang liburan di Delaware.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.