Sukses

Kala Jurnal Indonesia Terkendala Literasi Bahasa Internasional Jadi Sorotan

Ini kata pengamat soal sistem pendidikan di Indonesia saat ini, dalam pembahasan di Congress of Indonesian Diaspora 6.

Liputan6.com, Jakarta - Congress of Indonesian Diaspora 6 pada Sabtu (14/8/2021) telah digelar dan berjalan dengan lancar. Terdapat beberapa rangkaian program acara, salah satunya seminar yang bertajuk "Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia Pasca COVID-19".

Sejumlah tokoh Indonesia yang berada di belahan dunia turut melontarkan aspirasi mengenai wujud kualitas pendidikan di Indonesia pasca COVID-19 agar menjadi World Class.

Profesor Dr. Nizam selaku Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) menyebutkan bahwa 4.000 perguruan tinggi di Indonesia dalam pandemi ini telah beralih ke dalam kegiatan dalam jaringan (daring). Adapun LMS (Learning Management System) untuk mahasiswa sudah bisa diakses oleh satu juta mahasiswa.

APBN juga memberikan slot khusus bagi dana pendidikan terkait bantuan uang kuliah kepada mahasiswa yang terdampak COVID-19 secara finansial. Bahkan Indonesia menjadi negara satu-satunya di dunia yang mengucurkan dana sebesar Rp 7 triliun untuk bantuan kuota internet terhadap dosen dan mahasiswa.

Di sisi lain mengenai peralihan modernisasi kegiatan pembelajaran. Para narasumber turut menyampaikan pendapatnya mengenai sistem pendidikan di Indonesia, yang mungkin bisa belajar dari negara lain.

Misalnya saja di Jepang, Profesor Dr. Josaphat Tetuko Sri Sumantyo sebagai Profesor di Centre for Environmental Remote Sensing di Universitas Chiba, Jepang, mengungkapkan bahwa Universitas Chiba membuat program seperti studi banding agar seluruh mahasiswanya wajib untuk belajar ke luar negeri. Kebetulan Indonesia adalah salah satu negara yang sering dikunjungi dalam program tersebut.

Ia menambahkan perlu adanya publikasi jurnal-jurnal Indonesia yang diinterpretasikan ke dalam bahasa internasional. Lantaran Indonesia masih sedikit mengenai karya-karyanya akibat terkendala bahasa Inggris yang masih menjadi bahasa asing di Indonesia. Padahal sangat banyak pemikiran-pemikiran bagus yang dimiliki oleh Indonesia. Terakhir ia juga merekomendasikan mengenai peranan pengajar tanah air melibatkan pengajar asing.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Melirik Sistem Pendidikan di Finlandia

Tak mau ketinggalan, Dr. Ratih D. Adiputri, peneliti di Universitas Jyvaskyla di Finlandia sekaligus penulis buku "Sistem Pendidikan di Finlandia", mengatakan sistem pendidikan di Finlandia lebih menekankan pembentukan karakter pada pendidikan dasar adalah sangat penting.

"Empati, sosial dan gotong royong, kalau kita belajar dari sistem pendidikan Finlandia itu mereka memang LMS, Learning Management Systemnya sudah kuat ya. Tapi mereka memperkuat ke kualitas ke pendidikan dasar."

Ia juga mengatakan bahwa di Finlandia diajarkan pula tanggung jawab. Contohnya peranan orang tua, ketika tahu seorang anak akan berangkat ke sekolah naik sepeda. Orang tua akan memastikan terdapat guru yang bertanggung jawab di sekolah. Hal ini untuk mengantisipasi apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di jalan nantinya.

Ratih menegaskan bahwa ada tiga aktor yang berperan, yaitu siswa, orang tua, dan sekolah. Jadi mungkin di Indonesia perlu meningkatkan kualitas guru dalam keilmuan dan sikap.

Di sisi lain, Ratih mengingatkan untuk jangan sampai lupa dengan sosial dan budaya. Terlebih lagi di Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam dan berbagai bahasa. Dengan begitu akan terciptanya generasi yang "human capital".

Seminar ini turut dihadiri oleh Dr. Muhammad Aziz dari Ketua Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional dan Associate Professor di Universitas Tokyo, Jepang. Kemudian, Monique Patricia dari Board of Advisor IDNG 2019-2021 sebagai moderator.

 

Reporter: Bunga Ruth

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.