Sukses

Ilmuwan Wuhan Peringatkan Potensi Varian Virus Corona yang Lebih Mematikan

Peneliti top dunia mengatakan bahwa varian corona akan muncul dan lebih mematikan.

Liputan6.com, Wuhan - Ahli virologi yang berbasis di Wuhan, Shi Zhengli memperingatkan bahwa varian COVID-19 yang lebih mematikan akan datang, seperti dikutip dari Mirror, Sabtu (07/08/2021).

Zhengli merupakan peneliti tentang virus Corona dan telah menemukan lusinan virus mirip SARS yang mematikan di gua kelelawar.

Karena kecerdasannya, Zhengli dijuluki “batwoman” China. Julukan itu didapatkan setelah dia bekerja dengan kelelawar, menemukan daerah subtropis China selama 16 tahun.

Dia mempelajari sampel yang diambil dari beberapa orang yang terinfeksi penyakit pernapasan. Kemudian, ditemukan bahwa virus tersebut mirip dengan SARS.

Berdasarkan penelitian lanjutan, dia memperingatkan bahwa varian baru yang lebih mematikan akan melanda dunia.

“Karena jumlah kasus yang terinfeksi baru saja menjadi terlalu besar, yang memungkinkan lebih banyak peluang virus Corona baru untuk bermutasi dan memilih,” ujar Zhengli kepada media.

Scientific Advisory Group for Emergencies (SAGE) menerbitkan sebuah dokumen yang berisi tentang varian virus Corona di masa depan bisa sama mematikannya seperti MERS.

Jika virus Corona mencapai tahap setara dengan MERS, virus itu dapat membunuh 35 persen dari mereka yang terinfeksi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Virus COVID-19 Berasal Dari Laboratorium Wuhan

Wuhan merupakan kota pusat wabah awal virus Corona pada Desember 2019. Klaim bermunculan bahwa virus itu berasal dari laboratorium Wuhan.

Zhengli dengan tegas membantah klaim tersebut dan mengatakan bahwa lab Wuhan tidak pernah melakukan atau bekerja sama dalam melakukan eksperimen gain-of-function yang dapat meningkatkan virulensi virus.

Dia juga membantah laporan yang mengatakan tiga peneliti dari institutnya telah mencari perawatan di rumah sakit pada November 2019 karena gejala mirip flu sebelum kasus COVID-19 pertama dilaporkan.

Dia mengklaim lab itu mendukung virus dan menyimpan informasi tentang penyebarannya secara rahasia adalah spekulasi yang berakar pada ketidakpercayaan total.

“Saya tidak tahu bagaimana dunia menjadi seperti ini, terus-menerus menuang kejelekan pada ilmuwan yang tidak bersalah.”

Dalam pernyataannya, terlihat bahwa Zhengli kecewa dengan klaim-klaim yang tidak berdasarkan fakta dan hanya menggiring opini bagi banyak orang.

 

Reporter: Cindy Damara

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.