Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat mengatakan pada Selasa (3/8) bahwa salah satu dari banyak kekhawatiran tentang Afghanistan adalah kemungkinan negara itu menghadapi perang sipil.
Sejak AS mengumumkan rencana untuk menarik pasukannya pada 11 September mendatang, setelah hampir 20 tahun konflik di Afghanistan, kekerasan telah meningkat di seluruh negara tersebut ketika Taliban mengambil alih lebih banyak wilayah.
Baca Juga
Korea Selatan: Korea Utara Kirim 7.000 Kontainer Amunisi untuk Bantu Rusia dalam Perang Ukraina
Layanan Pasca-persalinan Mewah untuk Ibu Baru Berbiaya Rp25,7 Juta per Malam, Daftar Tunggunya Sampai 4 Ribu Orang
Serukan Kemerdekaan Palestina di Medsos, Wanita Amerika Diseret Tentara Israel dari Rumahnya di Tepi Barat
Pembicaraan damai antara pemerintah Afghanistan dan negosiator Taliban dimulai 2020 lalu di Ibu Kota Qatar, Doha, tetapi belum membuat kemajuan substantif.
Advertisement
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price mengatakan Taliban melihat "manfaat dari solusi yang dinegosiasikan, mereka terlibat di Doha".
"Jika mereka berusaha untuk menentang apa yang telah mereka katakan, maka mereka akan menjadi paria internasional ... dan kekhawatiran kita semua, salah satu dari banyak kekhawatiran adalah bahwa hasilnya adalah perang sipil," kata Price kepada wartawan.
Dalam pernyataan terpisah, utusan khusus AS Zalmay Khalilzad juga menyebut Taliban dan pemerintah Afghanistan berjauhan dalam pembicaraan di Doha, dengan kelompok tersebut yang menuntut "bagian terbesar dari kekuasaan" di pemerintahan baru.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ledakan Bom Mobil Landa Kabul Afghanistan
Di hari yang sama, pada Selasa (3/8), ledakan bom mobil yang diikuti dengan penembakan sporadis terjadi di Ibu Kota Afghanistan, Kabul di dekat "Zona Hijau" yang dijaga ketat. Insiden itu menyebabkan tiga warga sipil dan tiga penyerang tewas.
"Itu memang menunjukkan semua ciri dari serentetan serangan Taliban yang telah kita lihat dalam beberapa pekan terakhir," sebut Price.
"Kami dengan tegas mengutuk pemboman itu," ujarnya.
Advertisement
Dalam sebuah pernyataan yang mengutuk serangan terhadap PBB di Afghanistan pekan lalu, Dewan Keamanan PBB juga "menyatakan keprihatinan mendalam mereka tentang tingginya tingkat kekerasan di Afghanistan setelah serangan militer Taliban, dan menyerukan dikuranginya kekerasan dengan segera".
Dewan PBB juga meminta Taliban dan pemerintah Afghanistan untuk "terlibat dengan tulus dalam proses perdamaian yang inklusif, dipimpin oleh Afghanistan dan dimiliki oleh Afghanistan".
Advertisement
Infografis Apa pun Variannya, Masker Andalannya
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.