Sukses

Thailand Mulai Krisis Fasilitas Kesehatan di Tengah Lonjakan Kasus COVID-19

Thailand mulai mengalami krisis tempat tidur di rumah sakit untuk pasien COVID-19.

Liputan6.com, Bangkok - Kementerian Kesehatan Thailand membunyikan alarm atas kurangnya tempat tidur rumah sakit dan fasilitas isolasi di Bangkok pada Kamis (29/7) ketika kasus dan kematian COVID-19 melonjak ke rekor baru.

Melansir Channel News Asia, Jumat (30/7/2021), negara Asia Tenggara itu sedang berjuang untuk menahan wabah terbarunya yang dipicu oleh varian Delta yang sangat menular, dengan infeksi dan kematian yang meroket dan sistem perawatan kesehatan meregang tipis.

Meskipun provinsi-provinsi yang terkena dampak paling parah ditempatkan di bawah pembatasan ketat dan jam malam, Thailand pada hari Kamis mencatat rekor satu hari baru dengan 17.669 kasus dan 165 kematian.

"Saya berbicara terus terang. Kami tidak memiliki cukup tempat tidur di rumah sakit," kata Somsak Akkasilp, Direktur Jenderal Departemen Layanan Medis kementerian kesehatan, dalam konferensi pers yang tidak seperti biasanya.

"Di rumah sakit besar, semua (unit perawatan intensif) terlalu sibuk. Mereka memiliki 10 tempat tidur untuk ICU, tetapi mereka harus menangani 12 kasus ICU," katanya, seraya menambahkan bahwa petugas medis memindahkan pasien kritis dari ruang gawat darurat begitu tempat tidurnya dikosongkan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lonjakan Kasus COVID-19

Rumah sakit di Ibu Kota memiliki kapasitas untuk menangani 1.000 pasien baru setiap hari, tetapi Somsak mengatakan mereka telah melampaui jumlah itu, dengan 4.000 kasus baru tercatat pada Kamis di Bangkok saja.

Sementara pihak berwenang mulai merekomendasikan isolasi rumah untuk kasus-kasus yang lebih ringan, tapi ada masalah dengan penyediaan obat-obatan kepada mereka, kata Somsak.

Selain itu, fasilitas isolasi dan karantina kota semakin terisi, dan otoritas metropolitan bekerja sama dengan rumah sakit swasta untuk membebaskan lebih banyak tempat tidur.

 "Tetapi saya harus berbicara terus terang - tidak peduli berapa banyak kita meningkatkannya, itu tidak akan cukup untuk wabah saat ini," kata Somsak.

"Kita belum tahu apakah pandemi ini sudah mencapai puncaknya... Kita harus meratakan kurvanya," tambahnya.

Thailand telah melaporkan lebih dari 561.000 kasus virus corona dan 4.562 kematian.

Sebagian besar dari mereka terdeteksi sejak gelombang terbaru dimulai pada bulan April dari distrik kehidupan malam kelas atas Bangkok yang sering dikunjungi oleh orang-orang yang memiliki hubungan politik.

Pemerintahan Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha mendapat kecaman keras atas penanganannya terhadap pandemi, mulai dari tuduhan salah urus vaksin hingga kurangnya kompensasi pemerintah untuk sektor-sektor yang terkena dampak.

3 dari 4 halaman

Vaksinasi di Thailand

Saat ini, kerajaan sedang memberikan vaksin Sinovac, Sinopharm dan AstraZeneca.

Namun kampanye vaksinasi massal berjalan lambat, dengan sebagian besar penduduk marah karena pemerintah belum mendapatkan vaksin Pfizer dan Moderna, yang menggunakan teknologi mRNA yang lebih baru.

Kedutaan Besar AS telah menyumbangkan 1,5 juta dosis vaksin Pfizer ke Thailand, yang diperkirakan akan tiba pada hari Jumat.

4 dari 4 halaman

Infografis Vaksin Covid-19 Terbukti Efektif Kurangi Tingkat Kematian:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.