Sukses

Sekjen PBB: Kasus Kelaparan Dunia Diperburuk Perubahan Iklim hingga Konflik

Antonio Guterres juga mengatakan pada pertemuan di Roma bahwa sistem pangan dunia menghasilkan sepertiga dari semua emisi gas rumah kaca.

Liputan6.com, Roma - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Senin (26/7) memperingatkan bahwa perubahan iklim dan konflik merupakan konsekuensi dan pendorong kemiskinan, ketidaksetaraan pendapatan dan naiknya harga pangan.

Dikutip dari laman AP, Selasa (27/7/2021) Antonio Guterres juga mengatakan pada pertemuan di Roma bahwa sistem pangan dunia menghasilkan sepertiga dari semua emisi gas rumah kaca.

Sistem yang sama bertanggung jawab atas sebanyak 80 pers hilangnya keanekaragaman hayati, keluhnya dalam pesan video.

Pertemuan itu diadakan untuk membantu mempersiapkan KTT sistem pangan PBB yang akan diadakan pada September mendatang di New York, Amerika Serikat.

Awal bulan ini, sebuah laporan PBB mencatat bahwa hingga 161 juta lebih banyak orang menghadapi kelaparan tahun lalu dibandingkan dengan 2019.

Ia juga menyebut bahwa penderitaan semakin meluas kemungkinan terkait dengan pandemi COVID-19.

"Kemiskinan, ketidaksetaraan pendapatan, dan tingginya biaya makanan terus menjauhkan pola makan sehat dari jangkauan sekitar tiga miliar orang," kata Antonio Guterres.

"Perubahan iklim dan konflik adalah konsekuensi dan pendorong bencana ini."

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Imbauan Bagi Pengambil Keputusan

The International Fund for Agricultural Development (IFAD) yang mengurusi masalah pembangunan dan pertanian meminta para pembuat keputusan "untuk mengatasi kegagalan dalam sistem pangan" yang menyebabkan ratusan juta orang miskin dan kelaparan.

IFAD adalah badan PBB yang bertujuan untuk membantu pertanian skala kecil.

IFAD mengatakan, sistem pangan harus "berubah secara radikal" untuk memastikan akses ke makanan yang terjangkau dan sehat, di mana produksi pangan "melindungi lingkungan dan keanekaragaman hayati, dan di mana orang-orang yang memproduksi makanan dibayar dengan layak untuk tenaga kerja mereka."

Ia menambahkan bahwa "kebutuhan masyarakat pedesaan harus menjadi pusat perhatian."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.