Sukses

PBB: Kematian Warga Afghanistan Capai Rekor Tertingi Jika Serangan Taliban Tak Dihentikan

PBB memperingatkan Afghanistan bisa mengalami jumlah kematian warga sipil tertinggi jika serangan Taliban tidak dihentikan.

Liputan6.com, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa Afghanistan dapat mengalami jumlah kematian warga sipil tertinggi dalam lebih dari satu dekade jika serangan Taliban di seluruh negeri tidak dihentikan.

Kekerasan di Afghanistan melonjak sejak awal Mei 2021, ketika Taliban meningkatkan operasi bertepatan dengan penarikan terakhir pasukan asing pimpinan AS.

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada Senin (26/7/2021) yang mendokumentasikan korban sipil untuk paruh pertama 2021, Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) mengatakan pihaknya memperkirakan angka tersebut akan menembus rekor tertinggi sejak mereka mulai menyusun laporan lebih dari satu dekade lalu.

Badan itu juga memperingatkan bahwa pasukan Afghanistan dan pasukan pro-pemerintah bertanggung jawab atas seperempat dari semua korban sipil.

"Jumlah kematian warga sipil Afghanistan yang belum pernah terjadi sebelumnya akan terjadi tahun ini jika peningkatan kekerasan tidak dibendung," kata kepala UNAMA, Deborah Lyons dalam sebuah pernyataan yang dirilis dengan laporan tersebut.

"Saya memohon kepada para pemimpin Taliban dan Afghanistan untuk memperhatikan lintasan konflik yang suram dan mengerikan dan dampaknya yang menghancurkan terhadap warga sipil," imbuhnya.

Selama paruh pertama tahun 2021, sekitar 1.659 warga sipil di Afghanistan tewas dan 3.254 lainnya terluka - meningkat 47 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2020 lalu, kata laporan UNAMA.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Lonjakan Korban Sipil Terjadi di Afghanistan pada Mei-Juni 2021

Peningkatan korban sipil sangat tajam pada Mei dan Juni 2021 - periode awal serangan Taliban saat ini - dengan 783 warga sipil tewas dan 1.609 terluka, tambah UNAMA.

"Yang sangat mengejutkan dan sangat memprihatinkan adalah bahwa perempuan, anak laki-laki dan perempuan terdiri dari hampir setengah dari semua korban sipil," ungkap laporan tersebut.

UNAMA menyalahkan kelompok anti-pemerintah atas 64 persen korban sipil - termasuk sekitar 40 persen yang disebabkan oleh Taliban dan hampir sembilan persen oleh kelompok ISIS.

Sekitar 16 persen korban disebabkan oleh unsur-unsur anti-pemerintah yang "tidak ditentukan", kata UNAMA.

Tetapi pasukan Afghanistan dan pasukan pro-pemerintah bertanggung jawab atas 25 persen korban, sebutnya.

UNAMA mengatakan sekitar 11 persen korban disebabkan oleh penembakan dan pihak yang bertanggung jawab yang belum diketahui.

Serangan Taliban yang sedang berlangsung telah membuat kelompok merebut setengah dari distrik, termasuk penyeberangan perbatasan Afghanistan , serta mengepung beberapa ibu kota provinsi.

Pertempuran sebagian besar terjadi di wilayah pedesaan, di mana pasukan pemerintah dan pemberontak bentrok setiap hari.

UNAMA juga mencatat kebangkitan serangan sektarian terhadap komunitas Syiah Hazara di negara itu, yang mengakibatkan 143 kematian.

3 dari 3 halaman

Infografis 4 Tips Aman Hindari COVID-19 Saat Harus Mengantre

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.