Sukses

Penelitian: Hutan Amazon Mengeluarkan Lebih Banyak Karbon Daripada yang Diserap

Sebuah studi baru menunjukan bahwa saat ini Amazon mengeluarkan lebih banyak karbon daripada yang mereka serap.

Liputan6.com, Amazon - Menurut sebuah studi baru, deforestasi dan perubahan iklim mengubah kemampuan hutan hujan Amazon untuk menyerap karbon.

Dikutip dari BBC, Jumat (16/7/2021), hutan tropis terbesar di dunia telah mulai mengeluarkan lebih banyak CO2 daripada yang mereka serap.

Bagian tenggara hutan tersebut terkena dampak terberuk dengan tingkat kehilangan pohon yang lebih tinggi dan peningkatan jumlah kebakaran, jelas para ilmuwan.

Suhu di sana juga telah meningkat tiga kali lipat rata-rata global selama bulan-bulan terpanas.

Area di planet kita menyerap lebih banyak karbon dari atmosfer -- misalnya, dalam bentuk gas rumah kaca CO2 -- daripada yang mereka simpan dikenal dengan sesuatu yang disebut 'sink'.

Peran yang dimainkan oleh tanah dan hutan di Bumi dala menyerap karbon telah menjadi faktor penting dalam mencegah laju perubahan iklim yang lebih cepat.

Sejak 1960-an, sink ini telah mengambil sektar 25% emisi karbon dari penggunaan bahan bakar fosil.

Amazon adalah rumah bagi hutan tropis terbesar di dunia yang telah memainkan peran kunci dalam menyerap dan menyimpan sebagian besar karbon tersebut.

Namun, dampak dari perubahan iklim dan penggundulan hutan yang semakin meningkat berdampak pada penyumbang CO2 yang penting ini.

Pada awal 2021, sebuah penelitian menunjukan bahwa hutan hujan di Brasil melepaskan sekitar 20% lebih banyak CO2 ke atmosfer daripada yang diserap selama periode 2010-2019.

Makalah baru ini menggarisbawahi peruabahan itu dan menemukan bahwa beberapa wilayah hutan hujan adalah "sumber karbon yang terus meningkat" antara 2010 dan 2018.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penemuan yang Tidak Mengejutkan

Sumber karbon adalah area Bumi yang melepaskan lebih banyak karbon daripada yang disimpannya. Para peneliti menggunakan pesawat untuk mengambil sekitar 600 sampel udara di atas bagian-bagian tertentu dari hutan hujan selama bertahun-tahun penelitian.

"Di bagian timur Amazon, yang sekitar 30% mengalami deforestasi, wilayah ini mengeluarkan 10 kali lebih banyak karbon daripada di barat, yaitu sekitar 11% terdeforestasi," kata penulis utama Luciana Gatti dari Institus Nasional Penelitian Luar Angkasa Brasil.

"Ini adalah dampak yang sangat besar, Anda tahu secara langsung karena kita mengeluarkan CO2 ke atmosfer, yang mempercepat perubahan iklim tetapi juga karena mendorong perubahan kondisi musim kemarau dan tekanan pada pohon yang akan menghasilkan lebih banyak emisi."

"Ini adalah umpan balik negatif yang mengerikan yang meningkatkan emisi lebih dari yang kita tahu."

Para peneliti mengatakan bahwa hutan di bagian tenggara Amazon telah sangat terpukul oleh deforestasi dan perubahan iklim.

Di daerah ini, suhu telah meningkat dalam dua bulan terpanas tahun ini sebesar 3,07 celcius, ini kira-kira peningkatan sama yang terlihat di Kutub Utara dan sekitar tiga kali rata-rata global.

"Ini luar biasa," kata Gatti. "Ini benar-benar kejutan untuk lapisan khatulistiwa dunia."

"Ini adalah berita yang sangat buruk bagi semua orang, tetapi terutama untuk Brasil," tambahnya. "Kami memiliki banyak masalah dengan kurangnya curah hujan, seperti listrik dari tenaga air menjadi lebih mahal."

"Kita perlu menghubungkan ini dengan deforestasi Amazon dan mengubah perilaku."

Ilmuwan lain yang bekerja di bidang ini mengatakan bahwa temuan terbaru konsisten dengan perubahan yang telah ditunjukkan oleh berbagai penelitian.

"Deforestasi dan degradasi meningkat, sementara penyerap karbon hutan utuh stabil atau sedikit meningkat," kata Jean-Pierre Wigneron dari Institut Nasional de Recherche Agronominiques Prancis.

"Jadi, menemukan anggaran karbon negatif tidak begitu mengejutkan."

 

 

Reporter: Paquita Gadin

3 dari 3 halaman

Infografis 11 Aplikasi untuk Konsultasi Online dan Obat Gratis Pasien Isolasi Mandiri Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.