Sukses

Eks Informan Penegak Narkoba AS Terkait Pembunuhan Presiden Haiti Teridentifikasi

Dua sumber pemerintah Amerika Serikat telah mengidentifikasi mantan informan badan penegak narkoba AS atau Drug Enforcement Administration (DEA) diduga terlibat pembunuhan presiden Haiti.

Liputan6.com, Haiti - Kasus pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise kini tengah jadi sorotan. Belakangan disebutkan bahwa dua sumber pemerintah Amerika Serikat (AS) pada Selasa 13 Juli 2021 telah mengidentifikasi mantan informan badan penegak narkoba AS atau Drug Enforcement Administration (DEA), yang dituduh berperan dalam pembunuhan tersebut.

Mengutip VOA Indoneisa, Kamis (15/7/2021), sosok tersebut diidentifikasi sebagai Joseph Vincent. Pria berusia 55 tahun dari Florida.

Vincent dan warga Haiti-Amerika kedua di Florida, James Solages, 35 tahun, telah ditangkap oleh pihak berwenang Haiti dan didakwa ikut serta dalam serangan minggu lalu.

Menurut sumber lain, mereka mengatakan kepada penyelidik bahwa mereka disewa sebagai penerjemah di tim yang didominasi oleh 26 orang Kolombia.

Orang Haiti-Amerika ketiga, Christian Emmanuel Sanon, ditangkap pada Minggu 11 Juli oleh pihak berwenang Haiti. Ia dituduh sebagai dalang dalam serangan itu.

Sanksi Federal?

Salah satu sumber pemerintah AS mengatakan bahwa jaksa AS sedang mempertimbangkan beberapa kemungkinan tuntutan pidana federal terhadap tersangka pelaku pembunuhan presiden Haiti.

Tuduhan tersebut dapat mencakup pelanggaran Undang-Undang Netralitas, yang melarang ekspor senjata dan amunisi AS ke negara-negara asing yang sedang berperang, Peraturan Lalu Lintas Senjata Internasional dan undang-undang federal yang mengkriminalisasi pembunuhan pejabat asing, tamu resmi, atau orang yang dilindungi secara internasional.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Komentar DEA

Pada Senin 12 Juli, seorang pejabat DEA mengatakan bahwa salah satu dari dua tersangka Haiti-Amerika yang ditangkap minggu lalu adalah mantan informan, tetapi ia menolak untuk mengatakan yang mana. Pejabat DEA menambahkan bahwa tersangka telah menghubungi DEA setelah pembunuhan dan mendesaknya untuk menyerah.

"Orang-orang ini tidak bertindak atas nama DEA," kata pejabat badan tersebut.

Vincent tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar pada hari Selasa 13 Juli. DEA menolak berkomentar.

Beberapa informasi tentang kehidupan Vincent di AS mulai terkuak. Koran Miami Herald melaporkan bahwa Vincent menjadi informan DEA setelah ditangkap lebih dari 20 tahun yang lalu karena memberikan informasi palsu saat aplikasi paspor AS.

AS telah mengirim pejabat penegak hukum federal, termasuk dari FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri, untuk membantu penyelidikan atas serangan itu, yang semakin membuat tidak stabil negara Karibia yang miskin tersebut. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.