Sukses

Peneliti Islandia Buktikan Pengurangan Jam Kerja Tingkatkan Produktivitas Karyawan

Studi membutuhkan waktu selama empat tahun dan melibatkan 2.500 pekerja di Islandia.

Liputan6.com, Reykjavík - Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Islandia. Sekitar 2.500 orang Islandia terlibat dalam dua eksperimen besar selama empat tahun, antara 2015 dan 2019. Studi ini untuk mengetahui dampak penerapan bilamana durasi jam kerja dalam seminggu diperpendek. Apakah itu akan memengaruhi produktivitas karyawan atau tidak?

Melansir dari Science Alert pada Kamis (08/07/2021). Hasilnya penelitian di Islandia tersebut membuktikan bahwa mengurangi 40 jam kerja dalam seminggu menjadi 35 atau 36 jam tidak menyebabkan penurunan produktivitas atau penyediaan layanan. Justru kesejahteraan pekerja meningkat secara substansial di berbagai metrik, termasuk stres dan rasa penat yang dialaminya.

Sejak uji coba dijalankan, sekitar 86 persen dari seluruh karyawan di Islandia telah pindah ke minggu kerja yang lebih pendek. Para peneliti berharap dengan adanya eksperimen ini semoga negara lain juga bisa ikut menerapkannya.

"Uji coba kedua, banyak pekerja menyatakan bahwa setelah memulai bekerja lebih sedikit. Mereka merasa lebih baik, lebih berenergi, dan stres berkurang."

"Sehingga mereka memiliki lebih banyak energi untuk kegiatan lain, seperti olahraga, bersama teman, dan hobi. Alhasil membawa efek positif pada pekerjaan mereka," tulis laporan penelitian.

Uji coba ini melibatkan beberapa rumah sakit hingga perkantoran dalam kurun waktu empat tahun. Lebih dari 1 persen dari seluruh populasi karyawan Islandia menjadi peserta penelitian ini. Meskipun durasi jam kerja dikurangi. Para karyawan tetap memperoleh gaji utuh tanpa dipotong sepeser pun.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berharap Perusahaan Dunia Bisa Menerapkan Metode Ini

Penelitian ini diterbitkan oleh The Association for Sustainability and Democracy (Alda) di Islandia dan UK think-tank Autonomy. Dengan studi yang menunjukkan bahwa tidak ada peningkatan nyata dalam lembur untuk sebagian besar staf perusahaan.

Melalui rapat yang lebih singkat, pergantian shift, dan pemotongan tugas yang tidak perlu, semuanya membantu pekerja bekerja lebih maksimal. Durasi kerja empat atau lima jam lebih sedikit per minggu mendorong karyawan lebih kreatif saat melakukan pekerjaan.

Meskipun pada awal mulanya beberapa peserta dalam uji coba mengatakan mereka perlu beradaptasi dahulu. Sehingga sebagian besar dari mereka yang terlibat pada akhirnya mulai terbiasa dengan cara kerja yang baru.

"Alih-alih menjalani rutinitas sebelumnya, orang akan mengevaluasi kembali bagaimana melakukan sesuatu. Tiba-tiba orang-orang melakukan sesuatu yang sangat berbeda dari sebelumnya dan orang-orang juga bekerja sama dalam hal ini," ujar peserta uji coba. .

Di sisi kesejahteraan, para pekerja yang terlibat melaporkan lebih sedikit stres di tempat kerja dan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik secara keseluruhan. Dalam wawancara lanjutan, mereka memiliki lebih banyak waktu untuk diri sendiri dan dapat melakukan lebih banyak latihan.

Laporan yang diterbitkan menyatakan uji coba di Islandia terbilang sukses besar. Manajer dan staf pengelola mulai menerapkan durasi jam kerja dan terbukti ini tidak mempengaruhi jumlah dan kualitas pekerjaan yang mereka lakukan.

Mungkin yang paling jelas, mayoritas peserta tertarik untuk melanjutkan cara kerja baru. Penelitian ini perlu dipertimbangkan oleh perusahaan di seluruh dunia apalagi menghadapi new normal demi menyesuaikan diri dari pandemi virus COVID-19. Di mana dari hasil penelitian para pekerja mulai enggan kembali ke kondisi kerja sebelum pandemi. Maksudnya mereka berharap adanya pengurangan durasi jam kerja.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.