Sukses

AS Ajak Negara Lain Perangi Perdagangan Orang Lebih Komprehensif

Laporan Perdagangan Orang (TIP Report) tahun ini mengirimkan pesan yang kuat kepada dunia bahwa pandemi COVID-19, perubahan ikilm, dan kebijakan serta praktik diskriminatif yang tak berkesudahan, memiliki efek yang tidak proporsional pada korban.

Liputan6.com, New York - Laporan Perdagangan Orang (TIP Report) tahun ini mengirimkan pesan yang kuat kepada dunia bahwa krisis global, seperti pandemi COVID-19, perubahan ikilm, dan kebijakan serta praktik diskriminatif yang tak berkesudahan, memiliki efek yang tidak proporsional pada para individu yang telah ditindas oleh praktik ketidakadilan lainnya.

Tantangan ini semakin memperumit kerentanan yang telah ada terkait eksploitasi, termasuk perdagangan orang. Oleh sebab itu, kita harus memutus siklus diskriminasi dan ketidakadilan yang tidak manusiawi ini jika berharap suatu hari dapat menghapus perdagangan orang.

Departemen Luar Negeri AS berusaha keras untuk memajukan keamanan, kemakmuran, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh warga AS di seluruh dunia.

"Kami tahu peristiwa baru-baru ini telah membuat negara kami bergulat dengan perlakuan yang tidak setara dan rasisme di dalam negeri yang telah bergema ke seluruh dunia," jelas Menteri Luar Negeri Antony J. Blinken dalam keterangan tertulisnya yang disampaikan oleh Kedutaan AS di Jakarta dan dimuat Sabtu (3/7/2021).

"Sebagai pemerintah dan masyarakat, kami berusaha untuk memperbaiki kesalahan masa lalu dan memajukan kesetaraan ras di Amerika Serikat dan di luar negeri. Kami berkomitmen untuk membawa dedikasi ini dalam upaya kami untuk memerangi perdagangan orang juga.

Berkaca dengan situasi tersebut, AS pun berupaya untuk menggandeng pihak kompeten lainnya. "Kami akan berusaha memanfaatkan program kami sepanjang tahun dengan pemerintah, advokat, pegiat, dan sektor swasta untuk membangun strategi anti-perdagangan orang yang lebih efektif yang berakar pada kesetaraan," ucap Blinken. 

"Hal ini harus mencakup menerima bahwa kita telah turut melanggengkan kekerasan dan tindakan yang tidak manusiawi, dan kita harus bekerja untuk memperbaiki kesalahan masa lalu ini," imbuh Antony Blinken.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Seruan AS untuk Negara Lain Perangi Perdagangan Orang Lebih Komprehensif

Selain itu, Antony Blinken menuturkan bahwa diskriminasi yang sistemik menciptakan ketidaksetaraan antar komunitas, baik diskriminasi yang menargetkan persepsi ras, etnis, orientasi seksual dan identitas gender, maupun identitas sosial lainnya. Hal ini memanifestasikan pengucilan masyarakat dan prasangka terhadap komunitas tersebut, yang membantu melanggengkan ketidakseimbangan kesempatan dan dukungan.

"Ketidaksetaraan ini melemahkan tujuan kita memerangi perdagangan orang dan membuat pelaku menjadi lebih berani. Kita telah melihat, misalnya, seberapa dalam tindakan bias dan stereotip rasial yang dipegang secara tidak tepat memengaruhi hasil bagi mereka yang berada dalam sistem peradilan pidana kita, karena hal itu mengarah pada asumsi yang berbeda secara rasial tentang siapa yang diidentifikasi sebagai pelaku perdagangan orang dan siapa yang diidentifikasi sebagai korban".

Hal ini bukanlah kebenaran baru, sambung Blinken, tetapi merupakan kenyataan yang suram dan tidak dapat diterima.

"Melalui laporan ini, kami menyerukan kepada pemerintah-pemerintah untuk bergabung dengan Amerika Serikat untuk meningkatkan upaya bersama dalam menangani perdagangan orang secara komprehensif. Upaya ini mengharuskan kita untuk mengurangi praktik dan kebijakan berbahaya yang menyebabkan kerentanan sosial ekonomi atau politik, yang sering dimanfaatkan oleh pelaku perdagangan manusia."

"Sebagian dari pekerjaan ini mengharuskan kita untuk mengakui bahwa kita tidak akan pernah dapat memahami secara utuh apa yang dibutuhkan tanpa keahlian dari mereka yang terkena dampak ketidaksetaraan sistemis."

Menurut Blinken, representasi dan keragaman pengalaman dan pemikiran merupakan hal yang penting. Oleh karena itu, pemerintah-pemerintah, termasuk pemerintah Amerika Serikat, harus mengembangkan lingkungan inklusif yang memungkinkan terciptanya tenaga kerja yang beragam dan berkembang di semua tingkatan.

"Saya pernah mengatakan sebelumnya, bahwa membangun persatuan yang lebih sempurna mencakup pengakuan terhadap ketidaksempurnaan kita dan juga komitmen untuk menuju kemajuan dengan cara yang transparan. Saya percaya bahwa itu berlaku dalam konteks ini."

"Saya menantikan pekerjaan di depan, karena saya tahu bahwa masih ada banyak yang harus diselesaikan, dan kita akan lebih sukses jika kita bekerja sama untuk mencapai tujuan memerangi perdagangan orang dan menciptakan dunia yang lebih adil dan setara," pungkas Blinken.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.