Sukses

Badan Antariksa Eropa Ungkap Rencana Rekrut Astronaut Difabel Pertama

ESA berharap untuk merekrut dan menerbangkan astronaut penyandang disabilitas pertama di dunia. Simak selengkapnya.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA) berharap untuk merekrut dan menerbangkan astronaut penyandang disabilitas pertama di dunia.

Pada 25 Juni 2021, Kepala ESA, Josef Aschbacher mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa ratusan calon astronaut telah melamar posisi tersebut.

Dikatakan Aschbacher, program antariksa beranggotakan 22 orang tersebut baru saja menutup program rekrutmen terbaru dalam sepuluh tahun terakhir.

Terdapat 22.000 pelamar yang mendaftar dalam program rekrutment tersebut.

"Kami ingin meluncurkan astronaut penyandang disabilitas, yang akan menjadi yang pertama kalinya," kata Aschbacher, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (29/6/2021).

"Namun saya juga senang untuk ESA karena ini menunjukkan bahwa ruang angkasa adalah untuk semua orang, dan itu adalah sesuatu yang ingin saya sampaikan," ungkapnya.

Roket Ariane dari ESA pernah mendominasi pasar untuk peluncuran satelit komersial.

Namun, badan antariksa tersebut juga menghadapi persaingan yang semakin ketat dari perusahaan baru yang didanai oleh investor teknologi seperti Blue Origin milik Jeff Bezos dan SpaceX milik Elon Musk.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tantangan yang Dihadapi ESA

Pendiri Amazon, Bezos, menyampaikan bahwa dirinya berharap bulan depan menjadi orang pertama yang pergi ke luar angkasa dengan roketnya sendiri.

Misi itu akan semakin menegaskan peran para miliarder teknologi di bidang yang pernah didominasi oleh lembaga publik.

"Ruang angkasa berkembang sangat cepat dan jika kita tidak mengatasi ketertinggalan, kita tertinggal," ujar Bezos.

Selain itu, Bezos juga mengungkapkan rencana untuk mereformasi badan itu menjadi lebih berjiwa bisnis yang siap bekerja dengan pemodal ventura untuk membantu mengembakan perusahaan rintisan Eropa. Agensi tersebut diharapkan bisa menyaingi para pemain Silicon Valley pada suatu hari.

Adapun tantangannya yang sangat besar adalah anggaran ESA sebesar 7 miliar euro ESA hanya sepertiga dari anggaran NASA.

Badan antariksa tersebut juga baru melakukan tujuh atau delapan peluncuran roketnya per tahun, jumlah yang lebih sedikit dibandingkan 40 peluncurah per tahun yang dilakukan oleh Amerika Serikat.

Iklan pekerjaan tahun ini menarik minat hampir tiga kali lipat dari 8.000 lamaran yang diterima satu dekade lalu. Seperempatnya dari pelamar adalah perempuan, yang naik dari sebelumnya hanya 15%.

Guna memastikan penyandang disabilitas bisa berperan penuh di stasiun ruang angkasa, ESA berjanji untuk mengembangkan teknologi.

Para astronaut itu pun tidak hanya akan melakukan misi di Stasiun Luar Angkasa Internasional, beberapa di antaranya juga akan dikirim ke stasiun Gateway, yang rencananya akan dibangun AS di Bulan.

Sementara itu, negara-negara anggota ESA sedang mempertimbangkan undangan dari badan antariksa China dan Rusia untuk berpartisipasi dalam proyek pangkalan bulan yang serupa.

3 dari 3 halaman

Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala COVID-19 Varian Alpha, Beta dan Delta

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.