30 Juni 1908: Misteri Ledakan Dahsyat Terkait Asteroid di Siberia

Liputan6.com, Tunguska - Sebuah tragedi menimpa langit Siberia pada tanggal 30 Juni 1908. Saat itu terjadi ledakan yang sangat besar sampai meratakan area hutan seluas 2.150 kilometer persegi (830 mil persegi) atau setara dengan menebang sekitar 80 juta pohon.

Berdasarkan laporan dari saksi mata saat itu terdapat bola cahaya yang cemerlang jatuh, jendela pecah, dinding turap (dinding penahan tanah) hancur dan ledakan memekakkan telinga tidak jauh dari sungai setempat.

Ledakan ini dikenal sebagai Peristiwa Tunguska dan ditandai sebagai meteor yang meledak (bolide) berkekuatan hingga 30 megaton, pada ketinggian 10 hingga 15 kilometer (6,2 hingga 9,3 mil). Peristiwa Tunguska diingat sejarah sebagai "Peristiwa dengan Dampak Terbesar dalam Sejarah".

Meskipun tidak ada kawah bekas yang ditemukan. Pencarian selanjutnya berhasil menemukan pecahan batu yang mungkin berasal dari meteor. Namun hingga kini penyebab ledakan seringkali diperdebatkan dan belum diketahui pasti, demikian dikutip dari laman sciencealert, Rabu (30/6/2021).

Menurut penelitian yang diterbitkan bulanan oleh The Royal Astronomical Society, mengungkapkan asteroid besi besar yang memasuki atmosfer Bumi dengan ketinggian relatif rendah sebelum memantul kembali ke luar angkasa, yang menyebabkan timbulnya efek Tunguska. Peristiwa yang memberikan gelombang kejut sehingga menghancurkan lingkungan di sekitarnya.

"Kami telah mempelajari kondisi lintasan asteroid berdiameter 200, 100, dan 50 meter, yang terdiri dari tiga jenis material , yaitu besi, batu, dan air es, melintasi atmosfer bumi dengan ketinggian lintasan minimum pada kisaran 10 hingga 10 meter. 15 kilometer," tulis peneliti yang dipimpin oleh astronom Daniil Khrennikov dari Universitas Federal Siberia.

"Hasil yang diperoleh mendukung penelitian kami. Ini menjelaskan salah satu masalah lama astronomi yaitu fenomena Tunguska yang belum diketahui pasti. Namun, kami berpendapat bahwa peristiwa Tunguska disebabkan oleh benda asteroid besi, yang melewati atmosfer Bumi dan berlanjut ke orbit dekat-matahari."

Lalu, para peneliti secara matematis memodelkan bagian dari ketiga komposisi asteroid dengan ukuran berbeda untuk menentukan apakah peristiwa ledakan semacam itu mungkin saja terjadi.