Sukses

Prancis dan Jerman Inginkan Pertemuan Antara Vladimir Putin dengan Uni Eropa

Pejabat Prancis dan Jerman mengharapkan adanya pertemuan antara Vladimir Putin dengan UE.

Liputan6.com, Brussel - Prancis dan Jerman telah menyarankan untuk mengundang Vladimir Putin ke pertemuan puncak dengan Uni Eropa sebagai bagian dari pengaturan ulang yang lebih luas dari hubungan blok itu dengan Rusia.

Melansir The Guardian, Kamis (24/6/2021), proposal dari Emmanuel Macron dan Angela Merkel muncul setelah pertemuan puncak Joe Biden di Jenewa dengan presiden Rusia, dan para pendukung gagasan tersebut berpendapat bahwa para pemimpin Eropa dapat menyampaikan pesan langsung yang sama tentang perilaku Rusia sambil tetap membuka pintu untuk kompromi dan kerja sama.

Para pengkritik hubungan yang lebih dekat dengan Kremlin khawatir bahwa hal itu akan memberi imbalan kepada Putin pada saat dia sekali lagi membangun tekanan terhadap Ukraina, dan Rusia telah dituduh meningkatkan serangan siber terhadap AS dan sekutunya.

Itu terjadi pada hari ketika pasukan Rusia mengklaim telah melepaskan tembakan peringatan ke kapal perang Inggris di Laut Hitam dekat Krimea yang diduduki Rusia, sebuah klaim yang dibantah oleh Inggris.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pertemuan Uni Eropa

Uni Eropa belum mengadakan pertemuan puncak dengan Putin sejak aneksasi Krimea pada tahun 2014, dan telah memberlakukan beberapa lapis sanksi terhadap Rusia.

"Kita perlu berdiskusi tentang bagaimana melepaskan diri dari spiral negatif ini, tetapi kita perlu maju bersama," kantor berita Reuters mengutip seorang diplomat senior Uni Eropa mengatakan, sambil mencatat bahwa mungkin ada penentangan terhadap pertemuan puncak dari negara-negara anggota Baltik.

Tidak segera jelas apakah proposal itu akan melibatkan semua 27 pemimpin Eropa atau hanya kepala eksekutif Uni Eropa, Ursula von der Leyen, dan ketuanya, Charles Michel.

Biden dan Putin bertemu selama tiga jam di Jenewa pada 16 Juni, keduanya mengatakan pertemuan itu bermanfaat sambil menyampaikan keluhan terhadap negara masing-masing.

Mereka sepakat para pejabat mereka akan lebih sering bertemu sebagai bagian dari dialog stabilitas strategis, dan menjajaki kemungkinan bekerja pada perjanjian pengendalian senjata baru.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.