Sukses

Mengapa Kasus COVID-19 Melbourne Tertinggi di Australia? Ini Kata Ahli

Melbourne kembali menerapkan lockdown sejak pandemi COVID-19 bermula pada awal tahun 2020. Apa sebenarnya penyebab Melbourne dan negara bagian Victoria mengalami kasus lebih banyak dibandingkan negara bagian di Australia lainnya?

Melbourne - Untuk keempat kalinya Melbourne kembali menerapkan lockdown sejak pandemi COVID-19 bermula pada awal tahun 2020. Apa sebenarnya penyebab Melbourne dan negara bagian Victoria mengalami kasus lebih banyak dibandingkan negara bagian di Australia lainnya?

Apakah karena letak demografinya? Ataukah karena faktor cuaca? Atau karena perilaku warganya?

Sejatinya muncul beragam spekulasi dan pendapat yang berbeda perihal penyebabnya. Sejmlah pakar mengatakan tidak ada alasan tertentu mengapa Virus Corona COVID-19 lebih banyak menyebar di ibu kota negara bagian Victoria ini.

Sementara itu, ahli demografi Liz Allen dari Australian National University mengatakan sebenarnya tidak ada satu negara bagian pun yang aman dari Virus Corona COVID-19.

"COVID tidaklah memilih-milih siapa yang akan ditulari, dan ini harus menjadi peringatan bagi seluruh warga Australia," katanya seperti dikutip dari ABC Australia, Selasa (8/6/2021).

"Tidak seorangpun akan aman sampai mayoritas warga divaksinasi. Mungkin ada faktor keberuntungan, namun kepemimpinan politik dan kebijakan kesehatan juga berpengaruh.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apakah Karena Warga Melbourne Lebih Beragam?

Beberapa pendapat mengatakan COVID-19 di Melbourne disebabkan karena penduduk negara bagian Victoria rata-rata berusia lebih mudah dan lebih beragam dibandingkan negara bagian lain.

Ada pula yang berpendapat banyak wargan Melbourne adalah pekerja lepasan, atau kasual.

Namun dari sisi data, anggapan tersebut sepertinya tidak benar sama sekali.

Menurut Dr Liz, data yang ada sama sekali tidak mendukung pendapat jika Victoria memiliki risiko penularan lebih tinggi karena faktor demografi, khususnya bila dibandingkan dengan New South Wales.

"Membandingkan usia, kepadatan penduduk, perumahan yang padat, komposisi migran dan transportasi, Victoria tidaklah lebih berisiko dibandingkan New South Wales," katanya.

Ketika terjadi gelombang kedua penularan COVID di Victoria, mereka yang paling merasakan dampaknya adalah pekerja lepasan yang tidak memiliki pendapatan sama sekali karena mereka harus menjalani karantina, atau harus minta izin karena sakit.

Namun masalah tersebut sudah diatasi dengan bantuan pembayaran khusus bagi mereka.

Lalu, beberapa pendapat mengatakan Victoria memiliki lebih banyak pekerja lepasan dibandingkan negara lain, karenanya membuat lebih rentan bila ada penularan.

Namun lagi-lagi data yang ada tidak mendukung pendapat tersebut.

Victoria memang memiliki jumlah pekerja lepasan dalam jumlah besar, namun itu juga karena jumlah penduduknya banyak.

Dan dalam perbandingan dengan jumlah penduduk, jumlah pekerja lepasan tidaklah berbeda dengan kota-kota besar lainnya di Australia.

3 dari 3 halaman

Jadi Apakah Karena Perilaku Warganya?

Jawaban sederhananya adalah tidak.

Pakar epidemiolog Professor Catherine Bennett mengatakan perilaku warga tidaklah bisa disalahkan berkenaan dengan 'lockdown' keempat ini.

"Ini bukan karena kita banyak keluar, atau karena sebagian tidak mematuhi aturan," katanya.

"Bahkan sebenarnya di sini lebih baik, lebih terlindungi tetapi itu semua tidaklah cukup.

"Pesannya adalah 'ini bisa terjadi dimana saja. Ini sebenarnya tinggal soal waktu saja."Dan data mendukung hal tersebut. 

Ada sekelompok pakar yang secara teratur menghitung potensi kemungkinan penularan di tiap-tiap negara bagian di Australia dengan melihat data dari kasus yang ada, survei rumah tangga dan juga data dari Google.

Salah satu yang mereka lihat adalah perilaku warga, misalnya seberapa banyak mereka mengambil jarak, atau social distancing, atau melihat kontak yang dilakukan warga dengan orang di luar anggota keluarga sendiri.

Menurut laporan situasi COVID-19 di Australia yang dikeluarkan mingguan baru-baru ini, risiko penularan di Victoria sebenarnya lebih rendah dibandingkan negara bagian lain.

Dan sebelum kasus penularan terbaru ini, kemampuan virus menyebar di Victoria dianggap lebih rendah dibandingkan di negara bagian lain.

Bagaimana dengan Cuaca Dingin?

Udara yang dingin memainkan peran dalam penularan COVID-19, namun pakar mengatakan cuaca tidak memainkan peran penting di Victoria.

Suhu yang lebih dingin memungkinkan virus bertahan hidup lebih lama di luar tubuh manusia.

Selain itu, cuaca dingin bisa mempercepat penularan karena orang-orang lebih banyak tinggal dalam ruangan dan menutup jendela rumah.

Namun faktor itu saja tidaklah menjadi alasan mengenai jumlah penularan yang lebih banyak terjadi di Victoria.

Profesor Mike Toole dari lembaga Burnet Institute mengatakan semua patogen yang menyerang sistem pernapasan memang berkembang subur selama musim dingin, Namun ini tidaklah menjelaskan pola penyebaran COVID-19.

"Terjadi kasus penularan besar-besaran di India, negara yang suhunya panas," katanya.

"Selama musim panas, terjadi penularan besar di kawasan selatan Amerika Serikat -Arizona, Texas, Florida, yang saat itu suhunya panas."

Dia mengatakan belum melihat adanya data dari mana pun yang bisa mengatakan suhu yang dingin menjadi salah satu faktor utama.

"Ini semua terjadi karena ketidakberuntungan saja," katanya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.