Sukses

Kala Kim Jong-un Kobarkan Perang Vs Bahasa Gaul, Jeans hingga Film Asing

Nyawa taruhannya jika warga Korea Utara berani-berani menonton drama Korsel atau ikut-ikutan tren asing. Kim Jong-un siap pasang badan dan nyatakan 'perang'.

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara baru-baru ini memperkenalkan undang-undang baru yang berupaya untuk membasmi segala jenis pengaruh asing. Tak main-main, Kim Jong-un akan menghukum dengan keras siapa pun yang kedapatan menggunakan film, pakaian, atau bahkan bahasa gaul asing. Tapi mengapa ini bisa terjadi?

Yoon Mi-so mengatakan, dia berusia 11 tahun ketika pertama kali melihat seorang pria dieksekusi karena tertangkap basah suka drama Korea Selatan. Seluruh lingkungannya diperintahkan untuk menonton.

"Jika tidak, itu akan digolongkan sebagai pengkhianatan," katanya kepada BBC dari rumahnya di Seoul.

Korea Utara memastikan semua orang tahu hukuman untuk penyelundupan video ilegal adalah kematian.

"Saya memiliki ingatan yang kuat tentang pria yang ditutup matanya, saya masih bisa melihat air matanya mengalir. Itu traumatis bagi saya. Penutup matanya benar-benar basah oleh air matanya."

"Mereka menaruhnya di tiang dan mengikatnya, lalu ditembaki."

Perang Tanpa Senjata

Bayangkan hidup dalam keadaan terkunci terus-menerus tanpa internet, tanpa media sosial, dan hanya beberapa saluran televisi yang dikendalikan negara.

Itupun dirancang untuk memberi tahu Anda apa yang para pemimpin negara ingin warga dengar. Inilah kehidupan asli di Korea Utara.

Dan sekarang pemimpinnya Kim Jong-un telah menekan lebih jauh, memperkenalkan undang-undang baru terhadap apa yang digambarkan rezim sebagai "pemikiran reaksioner", demikian dikutip dari laman BBC, Senin (7/6/2021).

Siapapun yang tertangkap dengan sejumlah besar media dari Korea Selatan, Amerika Serikat atau Jepang akan menghadapi hukuman mati. Mereka yang tertangkap menonton menghadapi kamp penjara selama 15 tahun.

Dan ini bukan hanya tentang apa yang orang tonton.

Baru-baru ini, Kim Jong-un menulis surat di media pemerintah yang menyerukan Liga Pemuda negara itu untuk menindak "perilaku tidak menyenangkan, individualistis, anti-sosialis" di kalangan anak muda.

Dia ingin menghentikan pembicaraan asing, gaya rambut dan pakaian yang dia gambarkan sebagai "racun berbahaya".

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Gaya Potong Rambut

The Daily NK, sebuah publikasi online di Seoul dengan sumber di Korea Utara, melaporkan bahwa tiga remaja telah dikirim ke kamp pendidikan karena memotong rambut mereka seperti K-pop Idol dan menaikkan ujung celana mereka di atas mata kaki. Namun, kantor berita BBC tidak dapat memverifikasi akun tersebut.

Semua ini karena Kim berada dalam perang yang tidak melibatkan senjata nuklir atau rudal.

Analis mengatakan, dia berusaha menghentikan informasi luar yang menjangkau orang-orang Korea Utara karena kehidupan di negara itu menjadi semakin sulit.

Jutaan orang diperkirakan akan kelaparan. Kim ingin memastikan mereka masih diberi makan propaganda negara yang dibuat dengan hati-hati.

Negara ini lebih terputus dari dunia luar daripada sebelumnya setelah menutup perbatasannya tahun lalu sebagai tanggapan terhadap pandemi COVID-19.

Pasokan vital dan perdagangan dari negara tetangga China hampir terhenti. Meski sebagian pasokan sudah mulai terpenuhi, meski impor masih terbatas.

Isolasi yang dipaksakan sendiri ini telah memperburuk ekonomi yang sudah gagal di mana uang disalurkan ke dalam ambisi nuklir rezim.

Awal tahun ini, Kim sendiri mengakui bahwa rakyatnya menghadapi "situasi terburuk yang harus diatasi bersama".

 

 

3 dari 7 halaman

Apa Isi UU?

Daily NK adalah yang pertama mendapatkan salinan undang-undang tersebut.

"Dinyatakan jika seorang pekerja tertangkap, kepala pabrik dapat dihukum, dan jika seorang anak bermasalah, orang tua juga dapat dihukum. Sistem pemantauan bersama yang didorong oleh rezim Korea Utara secara agresif tercermin dalam undang-undang ini," kata Pemimpin Redaksi Lee Sang Yong mengatakan kepada BBC.

Dia mengatakan, ini dimaksudkan untuk "menghancurkan" setiap mimpi atau daya tarik yang mungkin dimiliki generasi muda tentang Selatan.

"Dengan kata lain, rezim menyimpulkan bahwa rasa perlawanan bisa terbentuk jika budaya dari negara lain diperkenalkan," katanya.

Choi Jong-hoon, salah satu dari sedikit pembelot yang berhasil keluar dari negara itu pada tahun lalu, mengatakan kepada BBC bahwa "semakin sulit waktunya, semakin keras peraturan, undang-undang, hukumannya".

 

4 dari 7 halaman

Akankah Cara Ini Berhasil?

Tindakan keras sebelumnya hanya menunjukkan betapa cerdiknya orang-orang dalam mengedarkan dan menonton film-film asing yang biasanya diselundupkan melewati perbatasan dari China.

Selama beberapa tahun, drama telah diedarkan pada stik USB yang sekarang umum ditemukan, menurut Choi.

Mereka mudah disembunyikan dan juga dienkripsi dengan kata sandi.

"Jika Anda memasukkan kata sandi yang salah tiga kali berturut-turut, USB akan menghapus isinya. Anda bahkan dapat mengaturnya sehingga ini terjadi setelah satu kali memasukkan kata sandi yang salah jika kontennya sangat sensitif."

"Ada juga banyak kasus di mana USB disetel sehingga hanya dapat dilihat satu kali di komputer tertentu, sehingga Anda tidak dapat mencolokkannya ke perangkat lain atau memberikannya kepada orang lain. Hanya Anda yang dapat melihatnya. Begitu pun jika Anda ingin menyebarkannya, Anda tidak bisa."

Mi-so ingat bagaimana lingkungannya berusaha keras untuk menonton film.

Dia bilang mereka pernah meminjam mobil baterai dan menghubungkannya ke generator untuk mendapatkan listrik yang cukup agar bisa menyalakan televisi. Dia ingat menonton drama Korea Selatan berjudul "Stairway to Heaven".

Kisah cinta epik tentang seorang gadis yang berjuang hidup bersama ibu tirinya dan kemudian terkena kanker yang tampaknya telah populer di Korea Utara sekitar 20 tahun yang lalu.

 

5 dari 7 halaman

Awal dari Tindakan Keras

Tapi, rezim di Pyongyang mulai memperhatikan trik ini. Choi ingat pihak keamanan negara melakukan tindakan di sebuah universitas sekitar tahun 2002 dan menemukan lebih dari 20.000 CD.

"Ini baru satu universitas. Bisa dibayangkan berapa banyak yang ada di seluruh negeri? Pemerintah terkejut. Saat itulah mereka membuat hukuman lebih berat," katanya.

Warga Korut lainnya, Kim Geum-hyok mengatakan, dia baru berusia 16 tahun pada tahun 2009 ketika ditangkap oleh penjaga dari unit khusus yang dibentuk untuk memburu dan menangkap siapa pun yang berbagi video ilegal.

Dia telah memberi temannya beberapa DVD musik pop Korea Selatan yang diselundupkan ayahnya yang berkunjung ke China.

Dia diperlakukan seperti orang dewasa dan dibawa ke ruang rahasia untuk diinterogasi di mana para penjaga menolak untuk membiarkannya tidur.

Dia mengatakan, mengamali pemukulan, ditendang berulang kali selama empat hari.

"Saya ketakutan," katanya kepada BBC dari Seoul tempat dia tinggal saat ini.

"Saya pikir dunia saya akan berakhir. Mereka ingin tahu bagaimana saya mendapatkan video ini dan berapa banyak orang yang saya tunjukkan. Saya tidak bisa mengatakan ayah saya telah membawa DVD itu dari China. Apa yang bisa saya katakan? Itu adalah ayah saya. Saya tidak mengatakan apa-apa, saya hanya berkata, "Saya tidak tahu, saya tidak tahu. Tolong biarkan aku pergi."

Geum-hyok berasal dari salah satu keluarga elit Pyongyang dan ayahnya akhirnya bisa menyuap para penjaga untuk membebaskannya. Sesuatu yang hampir mustahil di bawah undang-undang baru Kim.

Banyak dari mereka yang tertangkap karena pelanggaran serupa pada saat itu dikirim ke kamp kerja paksa. Tapi ini tidak terbukti cukup sebagai pencegah, jadi hukumannya ditambah.

"Awalnya hukumannya sekitar satu tahun di kamp kerja paksa, berubah menjadi lebih dari tiga tahun di kamp. Sekarang, jika Anda pergi ke kamp kerja paksa, lebih dari 50 persen anak muda ada di sana karena mereka menonton film dan video asing," kata Tuan Choi.

"Jika seseorang menonton materi ilegal selama dua jam, maka itu akan menjadi tiga tahun di kamp kerja paksa. Ini adalah masalah besar."

Kami telah diberitahu oleh sejumlah sumber bahwa ukuran beberapa kamp penjara di Korea Utara telah berkembang pada tahun lalu dan Choi yakin undang-undang baru yang keras itu memiliki efek besar.

"Menonton film adalah sebuah kemewahan. Anda harus berpikir terlebih dahulu bahkan sebelum memilih untuk menonton film."

 

6 dari 7 halaman

Mengapa Masih Banyak yang Melanggar?

"Kami harus mengambil begitu banyak kesempatan untuk menonton drama-drama itu. Tapi tidak ada yang bisa mengalahkan rasa penasaran kami. Kami ingin tahu apa yang terjadi di dunia luar," kata Geum-hyok.

Bagi Guem-hyok, akhirnya mengetahui kebenaran tentang negaranya mengubah hidupnya sendiri. Dia adalah salah satu dari sedikit warga Korea Utara yang memiliki hak istimewa yang diizinkan untuk belajar di Beijing tempat dia menemukan internet.

"Awalnya, saya tidak percaya (deskripsi Korea Utara). Saya pikir orang Barat berbohong. Wikipedia berbohong, bagaimana saya bisa percaya? Tapi hati dan otak saya terbagi."

"Jadi saya menonton banyak film dokumenter tentang Korea Utara, membaca banyak surat kabar. Dan kemudian saya menyadari bahwa itu mungkin benar karena apa yang mereka katakan masuk akal."

"Setelah saya menyadari transisi sedang terjadi di otak saya, sudah terlambat, saya tidak bisa kembali."

 

7 dari 7 halaman

Melarikan Diri ke Seoul

Mi-so menjalani mimpinya dan bekerja untuk dunia mode. Hal pertama yang dia lakukan setiba di Korsel adalah mengunjungi semua tempat yang dia lihat di drama Stairway to Heaven.

Meninggalkan negara itu menjadi hampir tidak mungkin. Pasalnya, saat ini di perbatasan kedua wilayah dikontrol dengan ketat. Dan undang-undang baru Kim memiliki efek yang lebih mengerikan.

Choi juga yang harus meninggalkan keluarganya di Utara, percaya bahwa menonton satu atau dua drama tidak akan membalikkan kendali ideologis selama beberapa dekade. Tapi dia berpikir orang Korea Utara curiga bahwa propaganda negara bukanlah kebenaran.

"Orang Korea Utara memiliki benih keluhan di hati mereka, tetapi mereka tidak tahu apa tujuan keluhan mereka," katanya.

"Ini adalah keluhan tanpa arah. Saya merasa patah hati karena mereka tidak dapat mengerti bahkan ketika saya memberi tahu mereka. Ada kebutuhan bagi seseorang untuk membangunkan mereka, mencerahkan mereka."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.