Sukses

Buntut Panjang Pembajakan Pesawat RyanAir oleh Belarusia Demi Tangkap Jurnalis Oposisi

Pemerintah Belarusia melakukan pembajakan terhadap pesawat Ryanair demi menangkap jurnalis oposisi.

Liputan6.com, Jakarta - Kisah ini bermula ketika Belarusia mengirim jet tempur untuk melakukan pembajakan dan memaksa penerbangan Ryanair FR4978 - yang telah berangkat dari ibu kota Yunani, Athena, dan menuju Vilnius di Lithuania - untuk mendarat. Kala itu, pihaknya mengklaim ada ancaman bom.

Melansir BBC, Rabu (26/5/2021), pesawat pun mendarat di Ibu Kota Minsk pada 13:16 waktu setempat (10:16 GMT) pada Minggu (23/5/2021).P

Polisi kemudian membawa Roman Protasevich pergi ketika 126 penumpang pesawat itu turun. Aktivis, yang menurut saksi "sangat ketakutan", ditangkap bersama pacarnya, Sofia Sapega.

Protasevich merupakan seorang jurnalis sekaligus kritikus terhadap pemerintahan Presiden Alexander Lukashenko. Pria berusia 26 tahun itu menghadapi dakwaan terkait dengan pelaporannya tentang pemilihan yang disengketakan pada Agustus lalu dan tindakan keras terhadap protes massa oposisi, dan mengatakan dia takut akan hukuman mati setelah ditempatkan dalam daftar terorisme.

Kemudian pada Selasa 25 Mei, kementerian transportasi Belarusia merilis transkrip percakapan antara pengawas lalu lintas udara di Minsk dan seorang pilot pada penerbangan Ryanair hari Minggu.

Menurut transkrip, yang belum diverifikasi secara independen, Belarusia menyarankan beberapa kali agar pesawat mendarat di Minsk atas "rekomendasi kami". Ini tampaknya bertentangan dengan pernyataan sebelumnya dari pihak berwenang Belarusia yang mengatakan keputusan untuk mendarat dibuat secara independen oleh pilot.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Respons Keluarga

Keluarganya pun kini menyuarakan kesedihan mendalam mereka usai penangkapan tersebut dilakukan. 

"Saya menyerukan kepada seluruh komunitas internasional untuk menyelamatkannya," kata ibunya, Natalia Protasevich.

Sebuah video dari Sapega dirilis pada hari Selasa ketika pihak berwenang mengatakan mereka akan menahannya setidaknya selama dua bulan.

Dalam video tersebut, Sapega mengatakan dia mengedit saluran Telegram yang mempublikasikan informasi pribadi polisi Belarusia. Namun, sepertinya dia berbicara di bawah tekanan.  

Belarusia adalah satu-satunya negara Eropa yang masih mengeksekusi tahanan.

Natalia mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dia belum tidur sejak putranya ditangkap.

"Saya meminta, saya memohon, saya menyerukan kepada seluruh komunitas internasional untuk menyelamatkannya," katanya, sambil menangis saat wawancara di Wroclaw, Polandia selatan.

"Dia hanya satu jurnalis, dia hanya satu anak tapi tolong, tolong ... Saya memohon bantuan. Tolong selamatkan dia! Mereka akan membunuhnya di sana!"

3 dari 3 halaman

Tanggapan Internasional

Negara-negara Barat menuduh Belarusia membajak pesawat Ryanair yang dirutekan ulang karena diduga merupakan ancaman bom.Akibatnya, beberapa maskapai penerbangan Eropa mengatakan bahwa mereka tidak akan terbang di atas Belarusia.

Pada pertemuan di Brussel pada Senin (24/5), para pemimpin dari 27 negara anggota Uni Eropa menyerukan larangan penerbangan, dan menjanjikan sanksi ekonomi lebih lanjut.

Mengutip VOA Indonesia, Uni Eropa juga menyerukan penyelidikan atas insiden tersebut dan berencana menjatuhkan sanksi kepada pejabat Belarusia yang bertanggung jawab atas pengalihan pesawat tersebut. Banyak anggota pemerintah Belarusia sudah berada di bawah sanksi Uni Eropa menyusul tindakan keras tahun lalu menyusul pemilihan presiden pada Agustus lalu yang disengketakan.

Uni Eropa dan Amerika meminta pemerintahan Lukashenko segera membebaskan Roman Protasevich, narablog (blogger) berusia 26 tahun yang selama ini tinggal di pengasingan, di Polandia.

Di Washington, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki menggambarkan peran pemerintah Belarusia sebagai "mengejutkan" dan mengatakan Amerika menuntut penyelidikan internasional atas insiden itu. Belarus adalah bekas Republik Soviet yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Rusia.

Juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendukung "penyelidikan penuh, transparan dan independen atas insiden yang mengganggu ini."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.