Sukses

Bentrok dengan Polisi Israel di Masjid Al-Aqsa, Jemaah Terluka Terkena Peluru Karet

Petugas medis Palestina dan polisi Israel mengatakan bahwa setidaknya 23 orang dirawat di rumah sakit akibat penyerangan di Masjid Al-Aqsa.

Liputan6.com, Yerusalem - Lebih dari 50 orang terluka pada Jumat 7 Mei 2021 dalam bentrokan antara jemaah Palestina dan polisi Israel di kompleks masjid Al-Aqsa Yerusalem.

Sebelumnya disebutkan media Turki Anadolu Agenncy bahwa polisi Israel dilaporkan menyerang jemaah Muslim pada Jumat 7 Mei 2021 malam di dalam Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem Timur yang diduduki.

Petugas medis Palestina dan polisi Israel mengatakan bahwa setidaknya 23 orang dirawat di rumah sakit.

Laporan DW yang dikutip Sabtu (8/5/2021) menyebut, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan banyak yang terkena luka di wajah dan mata akibat terkena peluru berlapis karet dan pecahan peluru dari granat kejut.

"Sekitar 53 warga Palestina terluka dalam bentrokan di dalam kawasan Haram al-Sharif," jelas Bulan Sabit Merah Palestina dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari media Turki Anadolu Agency.

Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga Islam. Ini juga merupakan situs suci utama bagi orang Yahudi, yang menyebutnya sebagai Temple Mount.

Ketegangan berkobar tatkala polisi Israel mengerahkan banyak pasukan di kompleks tersebut, ketika umat Muslim sedang melakukan sholat Isa di masjid selama Ramadan.

Rekaman video menunjukkan jemaah melempar kursi, sepatu dan batu ke arah polisi yang kemudian menanggapi dengan melepaskan tembakan, Associated Press melaporkan, mengutip rekaman video dari tempat kejadian.

Polisi Israel juga menutup gerbang menuju Al-Aqsa di dalam Kota Tua Yerusalem.

Bentrokan masjid Al-Aqsa yang terbaru ini sebelumnya diawali otoritas Israel yang menembak dan membunuh dua warga Palestina, setelah tiga pria melepaskan tembakan ke pangkalan polisi Israel di Tepi Barat yang diduduki.

Dipicu Penangkapan Sebelumnya

Sebelumnya pada hari Jumat, pasukan Israel mengatakan mereka menangkap 15 warga Palestina setelah bentrokan di Yerusalem Timur yang diduduki.

Ketegangan meningkat dalam beberapa hari terakhir di Yerusalem karena pertempuran hukum dengan pemukim Israel yang membuat puluhan warga Palestina berisiko digusur.

Polisi mengatakan pengunjuk rasa Palestina menyalakan kembang api dan melempar batu ke petugas dan kendaraan pada Jumat pagi di lingkungan Sheikh Jarrah.

Media Palestina melaporkan bahwa pemukim dan polisi Israel telah menyerang warga Palestina di Sheikh Jarrah pada Jumat pagi.

Terletak di bagian timur Arab Yerusalem, lingkungan yang diperebutkan tersebut telah menjadi pusat sengketa properti selama beberapa dekade. Baik pemukim Israel dan Palestina mengklaim kepemilikan di Sheikh Jarrah.

Keputusan Mahkamah Agung dalam kasus properti yang melibatkan empat keluarga Palestina diharapkan minggu depan. Pendukung keluarga telah berkumpul di lingkungan sekitar selama berhari-hari untuk berbuka puasa Ramadhan dengan makan buka puasa bersama di luar ruangan saat matahari terbenam.

Dalam beberapa tahun terakhir, penggusuran paksa rumah warga Palestina telah berulang kali menimbulkan protes.

 

Saksikan Juga Video Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kekerasan Meningkat

Bentrokan di Yerusalem dalam beberapa pekan terakhir telah memicu kekerasan di tempat lain.

Pasukan Israel mengatakan mereka menembak dan membunuh dua pria bersenjata Palestina, setelah orang-orang itu melepaskan tembakan ke pangkalan polisi perbatasan di Tepi Barat yang diduduki.

"Tiga teroris menembak ke arah pangkalan polisi perbatasan Salem," demikian menurut pernyataan dari Israel. Penyerang ketiga berada dalam "kondisi kritis" setelah dia juga ditembak.

Awal pekan ini, pasukan Israel membunuh seorang warga Palestina berusia 16 tahun selama konfrontasi di dekat kota Nablus, Tepi Barat.

Pada hari Kamis, seorang warga Palestina ditangkap karena penembakan di Tepi Barat, menewaskan seorang Israel dan melukai dua lainnya.

Wanti-Wanti Soal Penggusuran

Washington meminta de-eskalasi di Yerusalem dan memperingatkan agar tidak melakukan ancaman penggusuran.

"Kami sangat prihatin tentang meningkatnya ketegangan di Yerusalem," kata wakil juru bicara Departemen Luar Negeri Jalina Porter.

Porter mengatakan "penting untuk menurunkan ketegangan" dan menghindari tindakan apa pun yang dapat meningkatkan ketegangan, seperti "penggusuran, aktivitas pemukiman, dan pembongkaran."

Dia mengatakan beberapa keluarga Palestina yang menjadi sasaran penggusuran telah "tinggal di rumah mereka selama beberapa generasi."

Sementara itu, PBB memperingatkan kemungkinan atas kejahatan perang. Badan tersebut mendesak Israel pada hari Jumat untuk membatalkan penggusuran paksa di Yerusalem Timur, memperingatkan bahwa tindakannya dapat dianggap sebagai "kejahatan perang," ulas kantor berita AFP mengutip pernyataan seorang juru bicara.

"Kami ingin menekankan bahwa Yerusalem Timur tetap menjadi bagian dari wilayah Palestina yang diduduki, di mana hukum humaniter internasional berlaku," kata juru bicara kantor hak asasi PBB Rupert Colville kepada wartawan di Jenewa.

Israel juga menerima kritik atas keputusan untuk membangun 540 unit permukiman di Tepi Barat. Sejalan dengan PBB, Jerman, Inggris, Prancis, Spanyol, dan Italia meminta Israel untuk menghentikan pembangunan pemukiman ilegal di wilayah Palestina yang diduduki.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.