Sukses

Riset Klaim 'Obat Merah' Antiseptik yang Disemprot ke Kerongkongan Bisa Kurangi COVID-19

Ilmuwan klinis di Singapura telah menemukan bahwa obat-obatan tersebut di atas efektif dalam mengurangi penyebaran COVID-19.

Liputan6.com, Singapura - Siapa yang menyangka bahwa hydroxychloroquine – obat yang digunakan untuk mengobati malaria jangka pendek dan beberapa penyakit kekebalan otomatis - serta semprotan tenggorokan povidone-yodium, akan berguna dalam perang melawan COVID-19?

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam International Journal of Infectious Diseases (IJID), para ilmuwan klinis di Singapura telah menemukan bahwa obat-obatan tersebut di atas efektif dalam mengurangi penyebaran COVID-19 dalam pengaturan berisiko tinggi dan ber penularan tinggi.

Tim melakukan uji klinis acak selama 42 hari terhadap 3.037 pekerja migran sehat yang dikarantina di asrama di Singapura.

Bagi pekerja migran yang menerima tablet hydroxychloroquine dan semprotan tenggorokan povidone-yodium (juga dikenal sebagai 'obat merah'), penyebaran infeksi COVID-19 secara signifikan lebih jarang. Vitamin C, yang digunakan sebagai obat komparator, tidak menunjukkan perbedaan nyata dalam penularan COVID-19.

Catatan sampingan: Obat komparator tidak boleh disalahartikan sebagai plasebo. Obat komparator adalah obat yang sudah disetujui, saat ini digunakan di pasar.

"Obat-obatan yang ada ini dapat digunakan untuk melengkapi langkah-langkah keamanan yang ada dalam pengaturan di mana transmisi tinggi sambil menunggu peluncuran vaksin," kata Associate Professor Raymond Seet, penulis utama penelitian ini, dikutip dari Mashable, Senin (3/5/2021).

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Temuan Menggembirakan?

Temuan ini menggembirakan, melihat bahwa frekuensi penularan masih jauh lebih rendah ketika obat-obatan disesuaikan untuk paparan ruangan sebelumnya, kelompok usia, kebangsaan, kehadiran antibodi dalam darah (seropositivitas), dan kepatuhan obat.

"Penelitian lebih lanjut dapat menganalisis efek pada populasi lain, seperti orang tua dan wanita, dan pada mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang terganggu dan komorbiditas signifikan lainnya, selama periode waktu yang lebih lama," kata Seet.

"Repurposing obat yang ada adalah strategi global yang penting melawan COVID-19."

Seet mengatakan, untuk saat ini, kita masih harus mengandalkan dua kebiasaan pandemi penting (dan terbukti) untuk menjaga keamanan.

Memakai masker dan menjaga jarak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.