Sukses

Putra Mahkota Arab Saudi Ungkap Niatan Berdamai dengan Iran

Dalam wawancara bersama media di Arab Saudi, MBS mengungkapkan niat damainya dengan Iran.

Liputan6.com, Riyadh - Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) memberikan nada yang lebih lembut saat ditanya seputar Iran.

Hal itu diungkapkannya dalam sebuah wawancara televisi yang disiarkan pada tanggal 27 April 2021, di mana dia juga mengatakan bahwa Arab Saudi dan pemerintahan Biden menyetujui sebagian besar masalah yang menjadi perhatian bersama.

"Iran adalah negara tetangga, dan semua yang kami cita-citakan adalah hubungan yang baik dan khusus dengan Iran," kata Putra Mahkota Saudi, Muhammad bin Salman.

"Kami tidak ingin situasi Iran menjadi sulit. Sebaliknya, kami ingin Iran tumbuh dan mendorong kawasan serta dunia menuju kemakmuran," demikian dikutip dari laman AFP.

Riyadh telah bekerja dengan mitra regional dan global untuk menemukan solusi atas "perilaku negatif" Teheran.

Kedua negara memutuskan hubungan pada tahun 2016 setelah pengunjuk rasa Iran diserang oleh misi diplomatik Saudi setelah eksekusi kerajaan terhadap seorang ulama Syiah yang dihormati.

Mereka juga mendukung pihak yang berlawanan dalam perang di Yaman, di mana koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi sedang memerangi pemberontak Houthi yang berpihak pada Iran.

Komentar MBS ini berbeda dari wawancara sebelumnya di mana dia mengecam Teheran, menuduhnya memicu ketidakamanan regional.

Pangeran tidak menyebutkan negosiasi apapun dengan Teheran, tetapi ada laporan pembicaraan rahasia langsung yang terjadi bulan ini di Baghdad antara kedua negara.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kekacauan di Masa Donald Trump

Sumber yang dikutip oleh kantor berita yang telah mengkonfirmasi pembicaraan tersebut, baik Arab Saudi maupun Iran tidak secara terbuka mengkonfirmasi atau membantah pembicaraan tersebut.

Diplomasi itu dilakukan di tengah upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang ditarik Amerika Serikat pada 2018 di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

Pangeran mengatakan, Arab Saudi dan pemerintahan Biden setuju pada 90 persen masalah yang menjadi perhatian bersama dan tidak setuju pada sisanya, tetapi dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

Hubungan pangeran dengan Washington sempat dirusak oleh pembunuhan tahun 2018 terhadap Jamal Khashoggi di dalam konsulat Saudi, Istanbul, setelah jurnalis Saudi itu dinilai terlalu kritis terhadap putra mahkota.

Intelijen AS menyimpulkan bahwa putra mahkota telah menyetujui operasi untuk menangkap atau membunuh Khashoggi, tetapi para pejabat Arab Saudi mengatakan kematiannya adalah hasil dari "operasi nakal" dan bukan sanksi negara.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.