Sukses

Ikut Kampanye Lingkungan Global, Perusahaan di Indonesia Targetkan 0 Emisi Gas Tahun 2039

Dalam webinar 'Race to Zero' yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar inggris, Direktur Unilever dan wakil ketua ASEAN Standard Chartered menjabarkan rencana untuk mengurangi jejak karbon.

Liputan6.com, Jakarta - Dalam webinar 'Race to Zero' yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Inggris di Jakarta pada Selasa (27/4/2021), Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins, mengatakan bahwa perubahan iklam mempengaruhi setiap orang dan kita semua memiliki peran untuk memperjuangkan aksi iklim menjelakng COP26.

Race to Zero sendiri merupakan kampanye global untuk perkotaan, bisnis, institusi dan inverstor agar berkomitmen pada target 'net zero' masing-masing dengan target paling lama tahun 2050.

Tahun ini, Inggris adalah tuan rumah G7 dan COP26 dan ingin mendorong aksi iklim melalui lima bidang yaitu pertama, merangkul peluang besar dalam perkembangan transisi energi dengan mempercepat transisi dari batu bara ke energi hijau.

Kedua, mendorong transportasi bersih dengan mempercepat penghapusan kendaraan bermesin bensin dan diesel dari jalan raya pada generasi berikutnya serta mendukung inovasi kendaraan tanpa emisi.

Untuk langkah yang ketiga, Jenkins mengatakan dalam sebuah rilis bahwa semua negara harus memiliki akses investasi yang mereka butuhkan untuk mendorong peralihan mereka ke pertumbuhan yang bersis -- pernyataan yang sejalan dengan bidang ketiga yaitu mewujudkan tranformasi hijau pada sistem keuangan.

Agar generasi mendatang masih dapat menikmati keindahan alam Bumi, tindakan keempat adalah melindungi dan memulihkan habitat serta ekosistem alami melalui solusi berbasis alam dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Tindakan terakhir adalah adaptasi dan ketahanan dengan membantu masyarakat mempersiapkan diri dengan lebih baik dalam menghadapi dampak perubahan iklim.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tidak Hanya Unilever

Sebagai perwakilan senior dari sektor bisnis di Indonesia, Wakil Ketua ASEAN & Presiden Komisaris Standard Chartered Bank Indonesia, Rino Donosepoetro, Direktur Utama Indika Energy, Arshad Rasjid, Direktur Unilever, Arif Hudaya, dan Direktur Pengelola Karbon Hutan, Jeffrey Chattelier, ikut membahas peluang transisi global rendah karbon.

Arif mengatakan bahwa pada tahun 2020, mereka mengulangi tujuan untuk menjadikan kehidupan berkelanjutan sebagai hal yang lumrah.

"Unilever telah berkomitmen bahwa kami bermaksud untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada akhirnya menjadi nol bersih di seluruh rantai nilai kami dari sumber hingga penjualan pada tahun 2039," jelasnya.

Walau merupakan rencana yang "berani dan ambisius", Arif mengatakan bahwa hal tersebut dapat dicapai dengan komitmen Unilever untuk mencapai angka nol pada operasi mereka sendiri pada tahun 2030.

"Kita perlu memulai ini dengan operasi kita sendiri untuk mencapainya pada tahun 2030," kata Arif.

"Saat kami mencapai 100% listrik jaringan terbarukan pada tahun 2020, fokus kami sekarang adalah pada transisi ke sumber panas terbarukan, meningkatkan efisiensi energi, dan mengurangi emisi refigirasi."

Arif juga menjelaskan bahwa di Indonesia, Unilever telah mengurangi 86% emisi gas dari tahun 2008 melalui logistik dan operasi.

"Kami juga telah memperoleh sertifikasi 100% teknologi terbarukan untuk kelistrikan kami," tambahnya.

Selain Unilever, Standard Chartered Bank Indonesia juga memiliki misi untuk mengurangi jejak karbon yang mereka hasilkan.

"Kami sebenarnya telah memulai perjalanan keberlanjutan kami sekitar dua puluh tahun lebih yang lalu," ujar Rino.

"Seperti yang Anda lihat di net-zero pada dasarnya ada dua komitmen yang telah kami buat," katanya. "Seperti yang Anda lihat di net-zero pada dasarnya ada dua komitmen yang telah kami buat."

Rino lanjut menjelaskan bahwa sadar bahwa sektor dan wilayah yang berbeda pasti mengalami dekarbonisasi dengan laju yang berbeda, mereka memiliki tujuan untuk mengurangi emisi yang dibiayi oleh Standard Chartered untuk membantu klien mereka bertransisi.

Saat mengutarakan kesimpulan, Rino mengatakan bahwa "perusahaan sebenarnya bergerak terlalu lambat."

"55% perusahaan, mereka tidak bertransisi cukup cepat dan 78% investor mengatakan bahwa sebagian besar pemimpin bisnis gagal mengambil tindakan yang diperlukan untuk transisi perusahaan pada tahun 2050."

Untuk Indonesia, Rino mengatakan bahwa faktor yang dapat memperlambat kemajuan adalah "kurangnya keuangan."

 

Reporter: Paquita Gadin

3 dari 3 halaman

Infografis Kantor dan Area Komunitas Rawan Penularan Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.