Sukses

Dubes Inggris Owen Jenkins: Kekerasan Online di Internet Nyata, Tak Boleh Diabaikan

Dubes Inggris Owen Jenkins merangkul Indonesia agar menciptakan internet yang lebih aman.

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Owen Jenkins, menyampaikan komitmennya untuk menjaga agar internet Indonesia bisa terbuka dan aman. Inggris berkata faktor keamanan online penting mengingat netizen Indonesia yang akan terus bertambah.

"Pada 2018, 65 persen orang Indonesia (sudah) online. Sekarang, hari ini angka itu 74 persen. Dan pada 2025 diperkirakan 89 persen orang Indonesia mengakses internet," ujar Dubes Owen dalam sebuah rekaman video pada acara SAFENet-GetSafe Online Event, Selasa (20/4/2021).

Dubes Owen berkata kekerasan online merupakan hal nyata dan tidak boleh diabaikan. Salah satu yang ia sorot adalah kekerasan berbasis gender online (KBGO).

Komnas Perempuan menyebut hasil KGBO naik 350 persen selama 2020.

Inggris ikut memberi bantuan untuk mengatasi tantangan ini dengan memberikan bantuan 80 ribu pound sterling kepada SAFENet dan GetSafe

Dubes Owens berkata seiring berkembangnya ekonomi digital, maka diperlukan juga kerangka baru agar memastikan internet tetap aman dan bebas. Di Inggris, pemerintah ingin negara itu menjadi tempat berinternet yang aman dan ideal untuk bisnis digital.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab yang berkunjung ke Indonesia pada awal April 2021 juga membahas isu internet ini dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Inggris ingin bekerja sama agar ranah digital bisa berguna serta aman.

"Internet itu (bersifat) global, maka kita hanya bisa mencapai tujuan itu dengan bekerja sama melalui kolaborasi lintas batas negara," ujar Dubes Owen.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Internet yang Bebas, Terbuka, dan Aman

Peter Davies, Global Ambassador GetSafe Inggris, turut hadir untuk membahas berbagai kekerasan nyata akibat dunia maya, termasuk yang berbasis gender. Ia menjelaskan koneksi antara keamanan masyarakat dan internet. 

"Kita ingin semua orang dan semua masyarakat agar bebas, terbuka, dan aman, dan tentunya itu tidak akan tercapai tanpa internet yang mereka akses dan gunakan agar juga bebas, terbuka, dan aman," ujar Peter Davies. 

Davies memberikan beberapa saran menjaga privasi seperti tidak oversharing dan menjaga foto-foto kita. Hal ini pun penting supaya diajarkan pada anak-anak. 

Sementara, SAFENet mengingatkan salah satu bahaya kekerasan berbasis gender adalah penyebaran foto-foto intim tanpa izin. Kasus berisiko lain adalah jika tak sengaja menyebar nomor ponsel sendiri. Contohnya, jangan menggunakan nomor WhatsApp pribadi untuk berjualan di media sosial.

"Perempuan harus lebih ekstra hati-hati terkait data pribadi yang tersebar," ujar Aktivis SAFEnet Ellen Kusuma. 

Ellen menekankan pentingnya literasi digital terkait kekerasan berbasis gender online, sebab banyak orang yang masih belum paham, sehingga tak hanya berisiko menjadi korban melainkan tidak tahu cara melaporkannya. 

3 dari 3 halaman

Tips GetSafe Melawan Kekerasan Online

Tips saat menghadapi kekerasan online berbasis gender di situs https://www.getsafeonline.id/id/:

1. Harap bicara dengan anggota keluarga teman, kolega, atau tenaga pendidik yang tidak akan menghakimi Anda atau laporkan kekhawatiran anda ke komunitas yang lebih luas.

2. Laporkan insiden ke otoritas yang tepat.

3. Jangan merespons atau memberikan reaksi kepada pelaku.

4. Blokir pelaku dan penyebar kekerasan

5. Jika kekerasan terjadi dalam bentuk konten intim, laporkan ke media sosial tersebut. (Cek informasi lebih lanjut di situs https://awaskbgo.id/layanan)

6. Laporkan ancaman bahya fisik, pemerasan, penguntitan, peretasan, atau pembagian konten pribadi ke polisi.

7. Jika trauma karena KBGO, anda bisa mencari bantuan psikologis profesional. Di media sosial ada sejumlah komunitas yang menawarkan bantuan, tapi pastikan anda mengikuti komunitas yang benar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.