Sukses

Cerita WNI yang Terima Perlakuan Rasisme di Amerika Serikat

Salah seorang diaspora ikut menerima perlakuan rasisme di Amerika Serikat.

Liputan6.com, Washington D.C - Perlakuan rasisme terhadap komunitas Asia di Amerika Serikat rupanya turut menimpa salah satu WNI yang tinggal di sana. 

Ia adalah Oliver Pras, warga Amerika Serikat keturunan Indonesia dimana ayahnya berasal dari Yogyakarta dan ibunya dari Manado. Ia merupakan salah seorang diaspora Indonesia yang juga menerima perlakuan rasisme di sana. 

Rupanya, selama tinggal di Amerika Serikat, dia juga tidak lepas dari perundungan berlatar ras sejak kecil.

Mengutip BBC, Minggu (28/3/2021), kalimat seperti 'Ayo kita tutup mata Ollie dengan benang gigi' atau saat saya membawa bekal nasi dengan rendang, mereka akan bilang 'Ih, apa itu?'," ujarnya, sambil mengenang masa lalu.

Lelucon bernada rasis itu membuat Oliver merasa rendah diri sebagai keturunan Indonesia, dia bahkan sempat merasa malu akan latar belakangnya.

Namun kekerasan terhadap warga Asia dan keturunan Asia di AS yang terus meningkat, terutama saat pandemi membuat Oliver tidak bisa tinggal diam.

Dia pun menggelar kampanye anti kebencian terhadap Asia di Kota New York yang dihadiri ribuan orang.

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kampanye Anti Kebencian

Bersama dengan komunitas Asia dan ras lainnya, Oliver menggelar kampanye anti kebencian tersebut dengan tujuan untuk meredam kebencian bermotif rasial terhadap warga Asia.

Dalam kampanye tersebut, hadir pula calon kandidat presiden AS yang merupakan keturunan Asia, Andrew Yang.

Tindakan rasis semacam ini telah meningkat di Amerika Serikat selama pandemi, terlebih terhadap warga Asia yang kerap dijuluki "pembawa virus" atau "kungflu".

Tingkat rasisme terhadap warga Asia juga menimpa banyak wanita Asia.  

"Untuk alasan apapun, mereka pikir semua orang Asia harus pulang di mana pun rumah itu berada. Mereka tidak mengerti bahwa rumah kita di sini," ujar Susan Li, seorang pensiunan yang tinggal di AS selama bertahun-tahun.

"Wanita Asia tidak lemah, wanita Asia bukan penakut, wanita Asia bukan pendiam," ujar Siyan Wong, seorang pengacara yang turut hadir dalam kampanye tersebut juga. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.