Sukses

Dipaksa Bekerja Lebih Keras Selama COVID-19, Karyawan Amazon di Italia Demo

Amazon mendapat keuntungan besar berkat ledakan era pandemi dalam jual-beli online, termasuk Italia.

Liputan6.com, Roma - Para pekerja di perusahaan Amazon di Italia pada Senin (22/3) melakukan pemogokan nasional lantaran mengklaim selama pandemi virus COVID-19 karyawan dipaksa bekerja lebih keras dari sebelumnya.

Raksasa perusahaan e-commerce AS itu mempekerjakan sekitar 9.500 orang di Italia, tetapi serikat pekerja mengatakan pemogokan itu juga melibatkan pemasok dan para pengemudi pengantar, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (23/3/2021).

Dalam pernyataan bersama, serikat pekerja mengatakan karyawan disebut "sangat diperlukan" tetapi "tidak diperlakukan dengan baik.

Serta menyebut mereka "pasukan yang terdiri dari sekitar 40.000 pekerja yang tidak pernah berhenti."

Serikat pekerja Filt Cigl, Fit Cisl dan Uiltrasport mengklaim bahwa rata-rata 75 persen pekerja tidak bekerja, dan bertambah menjadi 90 persen di beberapa daerah.

"Amazon mendapat keuntungan besar berkat ledakan era pandemi dalam perdagangan online dan merupakan hal yang tepat seharusnya berbagi sebagian dari keuntungan ini," kata serikat pekerja dalam sebuah pernyataan.

Pekerja harus diberi beban kerja yang lebih rendah, gaji yang lebih baik, hak berserikat yang lebih besar dan ganti rugi jika mereka menderita Covid-19, kata serikat pekerja yang menuduh Amazon menolak untuk berbicara dengan mereka.

Serikat pekerja di Italia mengatakan para pengemudi berada di bawah tekanan besar karena pesanan online melonjak selama pandemi, mengirimkan sebanyak 180-200 paket per hari.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hormati Hak Pekerja

Sejalan dengan berlanjutnya keuntungan, tekanan terhadap Amazon meningkat selama setahun terakhir untuk meningkatkan gaji dan kondisi kerja.

Country manager Amazon Mariangela Marseglia mengatakan perusahaan menghormati hak pekerja untuk "menyatakan sikap mereka."

Perusahaan yang berbasis di Seattle, AS itu menurut Marseglia menawarkan "tempat kerja yang aman, modern, dan inklusif, dengan gaji kompetitif yang termasuk tertinggi dalam industri, kesejahteraan, dan peluang besar untuk pertumbuhan karier."

Bulan lalu, Amazon mengatakan laba pada kuartal keempat tahun 2020 lebih dari dua kali lipat menjadi $7,2 miliar dari periode tahun lalu, sementara pendapatan naik 44 persen mencapai rekor $125,6 miliar.

Perusahaan itu minggu lalu mengumumkan pembukaan pusat distribusi baru di Italia utara dan menciptakan 900 pekerjaan baru, memperbesar tenaga kerjanya menjadi 10.400 orang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.