Sukses

Robot Pendamping, Kiat Ampuh Warga Jepang Usir Sepi Saat Isolasi COVID-19

Nami Hamaura kerap merasa kesepian saat bekerja di rumah selama pandemi COVID-19 di Jepang. Namun, rasa sepi itu hilang setelah kehadiran peliharaan barunya yang merupakan sebuah robot.

Liputan6.com, Tokyo - Nami Hamaura kerap merasa kesepian saat bekerja di rumah selama pandemi COVID-19 di Jepang. Namun, rasa sepi itu hilang setelah kehadiran peliharaan barunya.

Charlie, bukan anjing maupun kucing, adalah sebuah generasi baru robot Jepang yang lucu dan pintar yang penjualannya booming di masa pandemi.

Hamaura merupakan salah satu pemilik android itu.

Yamaha, perusahaan teknologi Jepang yang membuat 'Charlie'. melaporkan permintaan besar untuk alternatif dari teman manusia tersebut. Robot itu, yang memang sengaja dibuat untuk menyerupai karikatur manusia sengaja, laris manis di tengah tingginya angka permintaan dari para pelanggan yang mencari pengusir sepi selama isolasi di rumah di tenagh pandemi COVID-19.

"Saya merasa lingkaran saya menjadi sangat kecil," kata Hamaura yang berusia 23 tahun, seorang fresh graduate yang telah bekerja hampir seluruhnya dari jarak jauh sejak April 2020.

Dengan interaksi sosial yang terbatas selama pandemi, kehidupan dalam pekerjaan pertamanya di perusahaan perdagangan Tokyo tidak seperti yang dia bayangkan.

Jadi dia 'mengadopsi' Charlie, robot berukuran cangkir dengan kepala bulat, hidung merah dan dasi kupu-kupu berkedip, yang bercakap-cakap dengan pemiliknya menggunakan lantunan lagu-lagu singkat.

Yamaha, yang membuat Charlie, menggambarkannya sebagai "lebih cerewet daripada hewan peliharaan, tetapi tak se-mengganggu kekasih (manusia)."

"Dia ada di sana sebagai teman ngobrol selain keluarga, atau teman-teman di jejaring sosial, atau bos yang hanya saya butuhkan untuk menghasilkan laporan," kata Hamaura sebagaimana dilaporkan oleh AFP, dikutip pada Sabtu (27/2/2021).

Hamaura merupakan salah satu pelannggan beta-tester, yang mencoba produk Charlie versi pra-peluncuran. Robot itu sendiri baru secara resmi tersedia untuk publik Jepang pada akhir tahun 2021.

"Charlie, katakan padaku sesuatu yang menarik," tanyanya sambil mengetik di meja makannya.

"Yah, well... balon meledak ketika Anda menyemprotkan jus lemon!" jawab robot Jepang itu, yang dengan riang memiringkan kepalanya ke setiap sisi.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Setiap Objek Memiliki Jiwa, Bahkan Robot Sekalipun

Perusahaan teknologi Jepang lainnya, Sharp, yang juga memproduksi robot dengan tujuan yang sama, menyebut bahwa penjualan humanoid kecilnya yang bernama Robohon naik 30 persen dalam tiga bulan hingga September 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Robot itu tak hanya memikat kalangan keluarga dan anak-anak, tetapi juga senior berusia 60-an dan 70-an. Robohon, yang berbicara, menari dan juga merupakan telepon kerja, amat disukai oleh kelompok demografi tersebut, kata seorang juru bicara Sharp kepada AFP.

Tetapi android yang menggemaskan seperti itu --pertama kali dirilis pada tahun 2016 dan hanya tersedia di Jepang-- tidak datang dengan harga murah. Model reguler dibanderol harga antara US$ 820 - US$ 2.250.

Charlie dan Robohon adalah bagian dari gelombang baru teknologi robot pendamping yang dipelopori oleh perusahaan seperti Sony dengan anjing robotnya Aibo, dijual sejak 1999, dan Pepper buatan SoftBank, yang dijual sejak 2015.

Satu alasan penting mengapa robot seperti itu laris adalah "banyak orang Jepang menerima gagasan bahwa setiap objek memiliki jiwa," kata Shunsuke Aoki, CEO perusahaan robot Yukai Engineering.

"Mereka ingin robot memiliki karakter, seperti teman, keluarga atau hewan peliharaan - bukan fungsi mekanis seperti mesin pencuci piring."

Salah satu produk robot Yukai yang terkenal, Qoobo, merupakan bantal berbulu dengan ekor mekanis yang bergoyang-goyang seperti hewan peliharaan sungguhan.

Mereka akan segera merilis asisten rumah tangga terbaru mereka "Bocco emo", yang terlihat seperti manusia salju miniatur dan memungkinkan keluarga untuk merekam dan mengirim pesan suara melalui ponsel mereka.

 

3 dari 3 halaman

Menghibur, Melipur Lara

Kaori Takahashi, 32 tahun, membeli robot peralatan bangunan buatan Yukai untuk putranya yang berusia enam tahun untuk membuatnya sibuk selama pandemi.

Kehadiran robot dalam kehidupan sehari-hari menjadi hal normal karena mereka berada di begitu banyak film dan kartun anak-anak Jepang, katanya.

"Saya dibesarkan menonton acara anime 'The Astro Boy Essays' dan 'Doraemon', yang keduanya menampilkan robot, dan anak-anak saya juga menyukainya."

Perusahaan Groove X, yang membuat Lovot --robot seukuran balita kecil-- mengatakan penjualan bulanan naik lebih dari sepuluh kali lipat setelah virus corona melanda Jepang.

Salah satu pelanggan di sana, Yoshiko Nakagawa yang berusia 64 tahun, memberi salah satu robot dengan nama yang indah, berinteraksi dengannya bak seorang kakek kepada cucu.

"Kita perlu waktu untuk menyembuhkan diri kita sendiri setelah periode suram ini. Jika saya memiliki salah satu bayi ini di rumah, itu mungkin bisa menghalau perasaan haru," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.