Sukses

Telepon Raja Salman, Joe Biden Bahas Pembunuhan Jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi

Presiden AS Joe Biden meminta Pangeran Saudi untuk menjunjung hak asasi manusia.

Liputan6.com, Washington D.C - Presiden AS Joe Biden telah berbicara melalui telepon dengan Raja Salman dari Arab Saudi ketika dia berusaha untuk kembali membangun hubungan antara AS dengan negara tersebut. 

Dia menegaskan pentingnya AS "menempatkan hak asasi manusia universal dan supremasi hukum," kata Gedung Putih. Biden melakukan panggilan telepon tersebut setelah membaca laporan AS yang akan dirilis tentang pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi, seperti mengutip BBC, Jumat (26/2/2021). 

Dalam laporan itu, diperkirakan ada dugaan keterlibatan putra raja, Putra Mahkota Mohammed bin Salman dalam kasus Jamal Khasogi.

Pendahulu Biden, yakni Donald Trump, mengejar hubungan yang lebih dekat dengan Arab Saudi. Pemerintahan Trump menolak persyaratan hukum untuk merilis laporan dalam bentuk yang tidak diklasifikasikan, dengan fokus pada peningkatan kerja sama dengan Saudi.

Sementara Biden diperkirakan akan mengambil sikap yang lebih keras pada posisi tertentu di Saudi.

Jamal Khashoggi dibunuh pada 2018 di dalam konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki. Tubuhnya dimutilasi. 

Putra mahkota MBS telah menyangkal keterlibatannya.

Otoritas Saudi menyalahkan kematiannya atas "operasi jahat" oleh tim agen yang dikirim untuk mengembalikannya ke kerajaan, dan pengadilan Saudi mengadili dan menghukum lima orang dengan 20 tahun penjara September lalu, setelah awalnya menjatuhkan hukuman mati kepada mereka.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tanggapan Joe Biden

Tidak disebutkan nama Khashoggi dalam pernyataan Gedung Putih tetapi dikatakan, "Presiden mencatat secara positif pembebasan beberapa aktivis Saudi-Amerika dan Loujain al-Hathloul baru-baru ini dari tahanan, dan menegaskan pentingnya Amerika Serikat menempatkan pada hak asasi manusia universal dan supremasi hukum."

Aktivis hak-hak perempuan Saudi Loujain Hathloul dibebaskan bulan ini setelah hampir tiga tahun ditahan, tetapi tetap dikenakan larangan perjalanan dan dilarang berbicara kepada media.

Kedua pemimpin pun membahas "kemitraan jangka panjang antara Amerika Serikat dan Arab Saudi", dan ancaman yang ditimbulkan terhadap Arab Saudi oleh kelompok-kelompok pro-Iran. 

"Presiden mengatakan kepada Raja Salman bahwa dia akan bekerja untuk membuat hubungan bilateral sekuat dan transparan mungkin," kata pernyataan itu.

"Kedua pemimpin menegaskan sifat historis dari hubungan tersebut dan setuju untuk bekerja sama dalam masalah yang menjadi perhatian dan kepentingan bersama." 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.