Sukses

25-2-1956: Cerita Cinta Seorang Penyair yang Kandas Akibat Orang Ketiga

Penyair terkenal Sylvia Plath menikah dengan Ted Hughes. Cinta keduanya kandas. Sylvia juga akhirnya bunuh diri.

Liputan6.com, London - Sylvia Plath merupakan nama penyair yang terkenal di dunia kesusastraan Amerika Serikat. Ia dikenal atas talentanya menulis puisi serta novelnya berjudul The Bell Jar. Sayang, ia meninggal dalam usia muda karena bunuh diri.

Kehidupan pribadi Sylvia Plath juga terkenal di antara pecinta sastra, termasuk kisah cintanya dengan Ted Hughes.

Pada 25 Februari 1956, merupakan pertemuan penyair Sylvia Plath dengan calon suaminya, Ted Hughes, di sebuah pesta di Cambridge, Inggris.

Kedua penyair itu jatuh cinta pada pandangan pertama dan menikah empat bulan kemudian.

Plath lahir pada tahun 1932, merupakan putri dari seorang ayah berkebangsaan Jerman otokratis yang mengajar biologi dan merupakan pakar terkemuka tentang lebah.

Ayah Plath meninggal di rumah setelah penyakit berkepanjangan yang menghabiskan banyak uang dan membuat keluarga kesulitan ekonomi.

Setelah kematian ayahnya, ibu Plath pergi bekerja sebagai guru dan membesarkan kedua anaknya sendirian.

Plath dianggap murid yang luar biasa, dia memenangkan beasiswa untuk Smith, menerbitkan cerita pendek pertamanya, "Sunday at the Mintons" di Mademoiselle saat dia masih kuliah, dan kemudian memenangkan pekerjaan musim panas sebagai editor pengelola tamu di majalah tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perjalanan Cinta Plath dan Hughes

Setelah pekerjaannya berakhir, dia mengalami gangguan saraf, yang membuatnya mencoba bunuh diri dan dirawat di rumah sakit.

Dia kembali ke sekolah untuk menyelesaikan tahun seniornya, kemudian memenangkan Fulbright ke Inggris, dan pergi ke Cambridge setelah lulus, di mana dia bertemu Hughes.

Plath mengambil pekerjaan sebagai pengajar di Smith, yang dia pertahankan selama setahun sebelum berhenti untuk menulis penuh waktu.

Dia dan Hughes tinggal di Boston, dan dia menghadiri lokakarya puisi bersama Robert Lowell.

Hughes memenangkan Guggenheim pada tahun 1959, dan pasangan itu kembali ke Inggris, tempat Plath melahirkan anak pertamanya.

Koleksi puisinya yang pertama, Colossus, diterbitkan pada tahun 1960 dan mendapatkan ulasan yang baik.

Pasangan ini membeli rumah di Devon dan memiliki anak kedua pada tahun 1962, tahun yang sama ketika Plath mengetahui bahwa suaminya berselingkuh.

Hughes meninggalkan keluarga untuk tinggal bersama kekasihnya, dan Plath mati-matian berjuang melawan gejolak emosional dan depresi yang dialaminya.

Pada musim dingin tahun 1962, dia pindah ke London dan menulis lusinan puisi terbaiknya.

Novel satu-satunya, The Bell Jar, merupakan sebuah akun semi-otobiografi tentang seorang gadis perguruan tinggi yang bekerja di sebuah majalah di New York dan mengalami keterpurukan.

Novel tersebut diterbitkan di awal 1963, tetapi menerima ulasan yang biasa-biasa saja, dan akhirnya Plath bunuh diri pada Februari 1963, pada usia 30.

Setelah kematian Plath, Hughes mengedit beberapa volume puisinya, termasuk Ariel (1965), Crossing the Water (1971), dan Collected Poems (1981), yang memenangkan Penghargaan Pulitzer secara anumerta tahun 1982.

 

Reporter: Veronica Gita

3 dari 3 halaman

Infografis 5 Benda Harus Sering Dibersihkan Hindari Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini