Sukses

Waspada Penipuan Berkedok Vaksin COVID-19, Begini Modus Pelaku

Australia mulai waspada terhadap penipuan vaksin COVID-19. Trik ini dipakai di berbagai negara.

Canberra - Kelompok penipu sudah siap menjebak masyarakat yang ingin mendapat vaksin COVID-19.  Modus penipuan itu dengan menyebar link-link yang bisa menjebak ke ponsel korban.

Cara lainnya adalah dengan meminta bayaran agar bisa cepat mendapat vaksin.

Gavin Levinsohn, seorang konsultan masalah penipuan yang berbasis di Australia, menjelaskan bahwa para penipu ini akan mulai melakukan aksi mereka mengikuti apa yang sudah terjadi di luar negeri.

"Kami tahu ini karena ada sejumlah situs berkenaan dengan vaksin yang sudah muncul dalam beberapa pekan terakhir jumlahnya sudah ribuan, yang bisa menjadi pertanda awal bahwa ada usaha penipuan ketika dimulainya program vaksinasi," kata Levinsohn seperti dilansir ABC Indonesia, Senin (22/2/2021).

Menurutnya, meski banyak warga Australia yang semakin sadar soal 'scam' atau penipuan, tapi masih banyak juga warga yang menjadi korban. Kerugian bisa mencapai miliaran rupiah.

"Ini tergantung seberapa banyak orang yang mengklik berbagai situs tersebut, dan banyak yang kadang terjebak."

Komisi Persaingan dan Perlindungan Konsumen Australia (ACCC) mengatakan sudah menerima 16 laporan terkait upaya penipuan menggunakan alasan vaksin COVID-19.

Michael Connory, seorang konsultan keamanan siber, juga Direktur Eksekutif perusahaan Security in Depth, mengatakan ada banyak email penipuan yang beredar di Inggris dan Amerika Serikat berkenaan dengan vaksinasi.

"Mereka sudah berhasil menipu banyak orang, puluhan ribu orang baik di Inggris dan juga di Amerika Serikat," katanya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pura-pura Jadi Petugas Kesehatan

Para konsultan masalah terkait penipuan memperingatkan banyak penipu akan berpura-pura jadi petugas kesehatan di Australia, seiring dengan dimulainya program vaksinasi COVID-19 yang di mulai di Australia, hari ini (22/02).

"Para penipu selalu berusaha menggunakan berbagai kesempatan, entah saat waktu pelaporan pajak atau dimulainya program vaksin," kata Levinsohn.

"Faktor waktu, kebutuhan orang dan kekhawatiran terkena virus, jadi kombinasi yang pas untuk melakukan penipuan."Michael mengatakan penipuan kadang sangat susah dibedakan dengan email resmi yang dikirimkan oleh instansi resmi.

"Ini akan terlihat seperti email resmi yang dikirimkan oleh lembaga pemerintah," katanya.

Dia memperkirakan para penipu akan meyakinkan sebagian warga untuk mengklik tautan yang meminta informasi pribadi atau mengunduh piranti lunak yang bisa mencuri informasi dari komputer atau perangkat digital milik warga.

"Para penjahat siber kemudian menggunakan data-data pribadi tersebut, dan digunakan dalam penipuan yang disebut pencurian identitas, bentuk penipuan yang sangat marak di Australia," kata Michael.

Dia juga mengatakan para penipu kemungkinan besar akan menelpon atau mengirimkan SMS ke calon korban.

"SMS imungkin akan berbunyi "Hi Michael, ini tautan berkenaan dengan informasi COVID untuk Anda," katanya.

"Karena Anda tidak bisa melihat tautan dengan jelas karena SMS, maka lebih besar kemungkinan kita mengklik ke tautan, yang kemudian membawa kita ke situs mereka."

 

3 dari 4 halaman

Minta Bayaran

Salah satu cara lainnya bagi penipu untuk menarik minat warga adalah dengan membohongi mereka bahwa mereka bisa mempercepat antrian untuk mendapatkan vaksin bila mereka mau membayar.

"Mereka akan mengatakan 'bila Anda mau mendapatkan vaksin Pfizer dibandingkan vaksin AstraZenece, maka harus membayar Rp 1,5 juta dan bisa pindah antrian," kata Michael.

"Namun di Australia tidak akan sistem seperi itu." 

Menurut Michael, penting sekali saat ini warga mencari informasi sendiri mengenai program vaksin yang ada.

"Kenyataannya memang saat ini Pemerintah Australia dan pemerintah negara bagian mengirim SMS ke warga untuk memberitahu adanya hotspot COVID-19 di daerah mereka, dan menyarankan warga untuk melakukan tes," katanya.

"Itu terjadi setiap hari dan sulit sekali bagi warga untuk menentukan mana sebenarnya yang asli, dan mana yang palsu."

Oleh karena itu Michael mengatakan sebaiknya warga melihat semua informasi yang diterima dengan berhati-hati.

"Kami berpendapat jangan percaya dengan informasi tersebut, bicara dengan dokter anda, kunjungi situs resmi pemerintah Australia untuk melihat bagaimana program vaksinasi yaug sedang dijalankan," katanya.

4 dari 4 halaman

Infografis COVID-19:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.