Sukses

Banjir Jakarta Disorot Media Asing, Nama Anies Baswedan Muncul

Banjir Jakarta dan sekitarnya pada 20 Februari 2021 menjadi sorotan media asing.

Liputan6.com, Jakarta - Banjir Jakarta dan sekitarnya pada Sabtu (20/2/2021) menjadi pemberitaan di media asing. Hujan ekstrem pada Sabtu dini hari dinilai sebagai penyebab banjir.

Media Singapura, The Straits Times, mengutip Reuters dan menyebut ibu kota Jakarta diterjang oleh banjir muson, lebih dari 1.000 orang dievakuasi (Indonesia capital Jakarta slammed by monsoon floods, more than 1,000 forced to evacuate).

Pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga dikutip bahwa 200 RT terdampak banjir. Turut disorot juga bahwa banjir ini terjadi saat Indonesia sedang berkutat dengan tingginya kasus COVID-19 serta masalah ekonomi.

Berita serupa juga tayang di media Turki, yakni Daily Sabah. Pernyataan Anies pun sampai ke media Turki.

Berikut penjelasan BMKG dan LAPAN terkait banjir di Jakarta dan cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir:

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penjelasan LAPAN:

Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (PSTA - LAPAN) menyatakan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) hingga Karawang berpotensi terjadi hujan lebat pada dini hari pada 20 hingga 21 Februari 2021.

Menurut anggota Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (TREAK) PSTA-LAPAN Erma Yulihastin, berdasarkan prediksi Satellite-based Disaster Early Warning System (Sadewa-LAPAN) hujan dini hari dengan intensitas lebih besar dari 10 milimeter per jam diprediksi kembali terjadi dalam durasi sekitar 3-4 jam pada 20 - 21 Februari 2021. 

"Mekanisme yang menyebabkan hujan dinihari tersebut berkaitan dengan penguatan angin dan peningkatan suplai kelembapan yang berasal dari utara (Laut Jawa) dan barat laut (Selat Sunda) yang menuju pesisir utara Jakarta," ujar Erma kepada Liputan6.com, Bandung, Sabtu, 20 Februari 2021.

Erma menjelaskan uap yang berasal dari laut Jawa berkaitan dengan penjalaran dan perkembangan sistem konveksi laut yang telah terbentuk di laut Jawa utara Jakarta pada waktu malam hari menjelang tengah malam.

Sementara itu tambah Erma, intrusi kelembapan yang berasal dari Selat Sunda berasal dari konveksi darat yang telah terbentuk sebelumnya sejak sore hari.

"Konveksi darat ini oleh angin dari barat laut yang kuat juga dipropagasikan menuju pesisir utara Serang, Banten, yang kemudian bergerak menuju ke timur di sepanjang pesisir Jawa bagian barat," kata Erma.

Erma menyebutkan penguatan angin dari utara yang terbentuk di utara pesisir Jawa bagian barat dipengaruhi oleh pembentukan CENS (Cross Equatorial Northerly Surge) kategori kuat (~8 m/det) yang dibangkitkan oleh pendinginan suhu permukaan laut di utara Laut Tiongkok Selatan.

Erma menerangkan indeks CENS 20-21 Februari diprediksi masih kuat meskipun cenderung menurun (6 m/det). Selain itu, pembentukan siklon Tropis Dujuan dan vorteks di Australia turut mempengaruhi dinamika cuaca.

"Sehingga konsentrasi kelembapan di selatan Indonesia menyebabkan peningkatan hujan terjadi di wilayah tertentu, yaitu Jawa bagian barat, Kalimantan bagian selatan, dan sekitar Nusa Tenggara Timur," ucap Erma.

3 dari 3 halaman

Penjelasan BMKG:

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Jabodetabek pada 18 sampai 20 Februari diakibatkan curah hujan ekstrem yang terjadi dalam 24 jam.

"Selama dua hari terakhir, 18 sampai 19 Februari 2021, wilayah Jabodetabek diguyur hujan secara merata dengan intensitas lebat hingga sangat lebat. Lebat lebih dari 50 milimeter, dan sangat lebat 100-150 milimeter, dengan kondisi cuaca hujan ekstrem," kata Dwikorita dalam konferensi pers daring, Sabtu (20/2/2021). 

"Jadi plus kondisi ekstrem, yaitu curah hujan lebih dari 150 milimeter. Semua dalam waktu 24 jam," lanjut dia.

Dwikorita menuturkan, ada tiga faktor penyebab terjadinya hujan ekstrem di Jabodetabek yang membuat banjir. Pertama serakan udara dari Asia pada 18 dan 19 Februari.

"Dua, adanya aktivitas gangguan atmosfer di zona ekuator, sehingga ada pelambatan dan pertemuan angin dari utara berbelok tepat di Jabodetabek," kata dia.

Ketiga, adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi.

"Hal ini meningkatkan potensi awan hujan di Jabodetabek," jelas Dwikorita.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.