Sukses

PBB Minta Penjelasan ke UEA Soal Penyanderaan Putri Latifa

PBB akan mulai turun tangan terkait permasalahan penyanderaan Putri Latifa oleh ayahnya sendiri.

Liputan6.com, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyatakan akan meningkatkan perhatian terkait penahanan Putri Latifa, putri penguasa Dubai, dengan Uni Emirat Arab (UEA).

Putri Latifa menuduh ayahnya menyandera di Dubai sejak dia mencoba melarikan diri dari kota pada 2018.

Melansir BBC, Kamis (18/2/2021), dalam video yang direkam secara diam-diam yang dibagikan dengan BBC, Putri Latifa mengatakan dia mengkhawatirkan nyawanya.

Rekaman itu memicu seruan global untuk penyelidikan PBB, sementara Inggris mengatakan video itu "sangat mengganggu".

"Kami prihatin tentang itu," kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab pada hari Rabu.

Dia mengatakan, video tersebut menunjukkan "seorang wanita muda dalam kesusahan", menambahkan bahwa Inggris akan mengamati setiap perkembangan dari PBB secara "sangat dekat".

Tetapi ketika ditanya apakah sanksi dapat dijatuhkan, Raab berkata: "Tidak jelas bagi saya bahwa akan ada bukti yang mendukung itu."

Perdana Menteri Boris Johnson juga mengatakan, pemerintah "prihatin" tetapi akan "menunggu dan melihat bagaimana [PBB] melanjutkan" penyelidikan mereka.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penyelidikan oleh PBB

Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, akan segera mempertanyakan UEA tentang Putri Latifa.

"Kami pasti akan meningkatkan perkembangan baru ini dengan UEA," kata juru bicara Rupert Colville. 

"Bagian lain dari sistem hak asasi manusia PBB dengan mandat yang relevan juga dapat terlibat setelah mereka menganalisis materi baru".

Sementara itu, seorang juru bicara mengatakan bahwa Kelompok Kerja PBB untuk Penahanan Sewenang-wenang dapat melakukan penyelidikan setelah video Putri Latifa dianalisis.

"Kami berharap [penyelidikan PBB] akan menentukan dan akhirnya membebaskan Putri Latifa," kata Rodney Dixon, seorang pengacara yang menyerahkan kasus itu ke PBB, kepada BBC. 

"PBB perlu melakukan pertemuan yang sangat serius secara langsung dengan mereka yang menahan [dia] dan memastikan kesepakatan tercapai sehingga dia bisa dibebaskan," katanya.

Dixon menambahkan: "PBB sebagai badan internasional yang bertanggung jawab untuk menerapkan hukum internasional dapat memastikan bahwa itulah yang terjadi."

Ayah Putri Latifa, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, adalah salah satu kepala negara terkaya di dunia, penguasa Dubai dan wakil presiden UEA.

UEA memiliki hubungan dekat dengan sejumlah negara Barat, termasuk AS dan Inggris, yang menganggapnya sebagai sekutu strategis.

Sheikh Mohammed telah membangun kota yang sangat sukses tetapi aktivis hak asasi mengatakan tidak ada toleransi terhadap perbedaan pendapat dan sistem peradilan dapat mendiskriminasi perempuan.

3 dari 3 halaman

Percobaan Kabur

Dengan bantuan teman-temannya, Putri Latifa mencoba kabur dari Dubai untuk memulai hidup baru pada Februari 2018. 

"Saya tidak diizinkan mengemudi, saya tidak diizinkan bepergian atau meninggalkan Dubai sama sekali," katanya dalam video yang direkam sebelum dia melarikan diri.

Namun beberapa hari kemudian, sang putri ditangkap oleh pasukan komando di atas sebuah perahu di Samudra Hindia. Dia diterbangkan kembali ke Dubai, di mana dia tinggal sejak itu.

Ayahnya mengatakan dia bertindak untuk kepentingan terbaiknya. 

Sementara itu, Dubai dan UEA sebelumnya mengatakan Putri Latifa aman dalam perawatan keluarga. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.