Sukses

Sebut Pemerintah Austria Gagal Cegah Penembakan Wina, Keluarga Korban Tuntut Kompensasi

Akibat insiden penembakan yang didalangi oleh ISIS di Wina, keluarga korban menuntut kompensasid dari pemerintah Austria.

Liputan6.com, Jakarta - Keluarga dari dua korban serangan terorisme pada November lalu di pusat kota Wina menuntut negara Austria untuk memberi kompensasi karena kegagalan mencegah terorisme. 

Mengutio AFP, Rabu (17/2/2021), simpatisan ISIS, Kujtim Fejzulai, membunuh empat orang sebelum ditembak mati oleh polisi dalam serangan besar pertama di Austria selama beberapa dekade dan yang pertama disalahkan pada seorang ekstremis.

Satu tuntutan hukum atas nama ibu seorang pelajar Jerman berusia 24 tahun yang ditembak mati oleh penyerang diajukan karena "pemerintah Austria tidak melakukan segala daya mereka untuk mencegah serangan semacam itu," kata pengacara Norbert Wess kepada AFP.

Laporan independen yang ditugaskan secara resmi atas kegagalan keamanan menjelang serangan baru-baru ini menemukan bahwa ada beberapa kesempatan yang terlewatkan untuk bertindak berdasarkan tanda peringatan tentang perilaku Fejzulai.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kompensasi dari Pemerintah

Keluarga korban telah ditawari total 5.800 euro ($ 7.025) sebagai kompensasi dan bantuan untuk biaya pemakaman, tetapi jumlah itu bahkan tidak cukup untuk menutupi biaya pengangkutan jenazah ke Jerman, kata Wess.

Selain itu, naskah gugatan mengatakan bahwa ibu korban "harus dirawat karena depresi ... dan minum obat setiap hari", serta tidak fit untuk bekerja.

Gugatan tersebut menuntut total lebih dari 104.000 euro untuk kompensasi atas trauma yang diderita keluarga dan tingginya biaya pemakaman. Selain itu, keluarga tersebut merasa diperlakukan secara tidak sensitif oleh otoritas Austria setelah serangan itu.

Untuk menerima kompensasi, kakaknya harus "membuktikan, melalui foto dan cara serupa, bahwa ada ikatan emosional yang erat dengan korban".

Meskipun ini adalah prosedur hukum yang ditetapkan, Wess mengatakan pihak berwenang mungkin dapat mengambil "pendekatan yang lebih akomodatif ... dalam kasus yang jelas tragis".

Keharusan memberikan bukti hubungan mereka "sangat membebani saudara perempuan korban," katanya.

Pengacara orang tua dari korban kedua, juga mengkonfirmasi kepada AFP bahwa mereka mengajukan gugatan menuntut kompensasi atas dasar yang sama.

"Kami akan menuntut kompensasi atas kesedihan, keterkejutan dan biaya pemakaman," kata Mathias Burger kepada AFP.

3 dari 3 halaman

Pemerintah Abai

Merujuk pada kegagalan untuk menemukan tanda-tanda peringatan tentang Fejzulai, Burger mengatakan telah terjadi "pengabaian serius dari pihak berwenang yang membenarkan gugatan tanggung jawab publik".

Dia mengatakan klaim tersebut akan sebesar 30.000 euro untuk setiap orang tua, ditambah biaya pemakaman dan kompensasi tambahan untuk ibu korban yang digambarkan Burger mengalami "trauma berat".

"Kami berharap bisa menyelesaikan ini tanpa melalui persidangan," tambahnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.