Sukses

Presiden Italia Sergio Mattarella Minta Mario Draghi Jabat Kekosongan Posisi PM

Nama Mario Draghi disebut-sebut akan mengisi kekosongan kursi perdana menteri usai Giuseppe Conte mengundurkan diri.

Liputan6.com, Roma - Presiden Italia telah bertemu dengan mantan bankir yang dijuluki "Super Mario" untuk membentuk pemerintah persatuan nasional guna menggantikan koalisi yang goyah pekan lalu di tengah pertikaian politik negara tersebut. 

Pemilihan Mario Draghi yang berusia 73 tahun untuk memimpin pemerintahan “teknis” pun kemudian memunculkan pertanyaan: Bisakah dia menyelamatkan Italia dari keruntuhan ekonomi seperti dia menyelamatkan euro, mata uang tunggal Eropa, sementara menjadi kepala Bank Sentral Eropa setelahnya dari kehancuran finansial global 2008?

Mengutip VOA, Jumat (5/2/2021), Draghi membantu mengendalikan pasar keuangan setelah mengalami kejatuhan dan mengangkat euro dengan menekan bank untuk melakukan "apa pun yang diperlukan" dalam menjaga mata uang.

Presiden Italia Sergio Mattarella mengatakan bahwa dia telah meminta Draghi untuk menerima mandat dan memohon kepada "semua kekuatan politik di parlemen" untuk mendukung "pemerintah profil tinggi" demi memenuhi momen bersejarah.

Draghi sekarang akan bernegosiasi dengan para pemimpin partai untuk melihat apakah mereka akan membantunya membentuk pemerintahan baru.

Pasar saham Italia menguat pada hari Rabu sebagai tanggapan atas berita tersebut. Sebaliknya, imbal hasil obligasi Italia turun setelah Draghi mengatakan dia akan berusaha membentuk pemerintahan baru dan mengurangi biaya pinjaman untuk Italia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

PM Giuseppe Conte Mundur

Pekan lalu, Giuseppe Conte telah mengundurkan diri sebagai perdana menteri. Keputusan tersebut terjadi setelah pemerintah koalisinya pecah usai kehilangan dukungan dari mitra junior kiri tengah, hingga menjerumuskan negara yang dilanda pandemi itu ke dalam kekacauan politik baru.

Krisis ini dipicu oleh Matteo Renzi, mantan perdana menteri lainnya, yang berselisih dengan Conte dan mitra koalisi utama, Gerakan Bintang Lima dan Partai Demokrat kiri-tengah, tentang bagaimana membelanjakan lebih dari $ 200 miliar dana Uni Eropa untuk meningkatkan pemulihan Italia dari pandemi.

Langkah Renzi secara luas dilihat sebagai taktik untuk merebut lebih banyak kekuasaan untuk Partai Viva Italia sayap kiri kecilnya yang memisahkan diri, yang menarik 2% suara populer dan memiliki dukungan dari banyak senator untuk menghilangkan mayoritas suara Conte di majelis tinggi Parlemen Italia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.