Sukses

Ilmuwan Inggris Khawatir Vaksin Saat Ini Tak Mampu Lawan Varian Baru COVID-19 Afsel

Kekhawatiran muncul dari ilmuwan Inggris yang menyebut vaksin saat ini tak mampu lawan varian baru Corona COVID-19 dari Afrika Selatan (Afsel).

Liputan6.com, Jakarta - Varian baru COVID-19 dari Afrika Selatan yang diidentifikasi sebagai 501Y.V2 oleh ahli genomik diyakini telah menjadi pendorong utama gelombang kedua infeksi COVID-19 nasional.

Di Afrika Selatan, kasus COVID-19 mencapai puncak harian baru yaitu di atas 21.000 kasus.

Studi juga menemukan bahwa varian baru mengikat lebih kuat dan siap untuk sel manusia, demikian dikutip dari laman BBC, Selasa (19/1/2021).

Alhasil, membantu penyebaran sekitar 50 persen lebih cepat daripada versi sebelumnya, kata ahli epidemiologi Afrika Selatan Salim Abdool Karim.

Ini adalah salah satu dari beberapa varian baru yang ditemukan dalam beberapa bulan terakhir, termasuk yang pertama kali ditemukan di Inggris dan Brasil, yang dikhawatirkan para ilmuwan akan mempercepat penyebaran COVID-19.

"Studi serum pada pasien yang sembuh menunjukkan bahwa antibodi alami kurang efektif," kata Abdool Karim.

Ilmuwan dan politisi Inggris telah menyatakan kekhawatirannya bahwa vaksin yang saat ini sedang digunakan atau dalam pengembangan bisa jadi kurang efektif terhadap varian tersebut.

Para ilmuwan yang berbicara di panel virtual pada hari Senin mengatakan belum ada jawaban yang jelas untuk pertanyaan itu dan menyebut penelitian terus berlanjut.

"Kami memiliki alasan untuk khawatir karena virus telah menemukan cara untuk melarikan diri dari antibodi sebelumnya," kata Alex Sigal, ahli virus di Institut Penelitian Kesehatan Afrika Selatan.

"Dunia telah meremehkan virus ini. Virus ini dapat berkembang, beradaptasi dengan kita."

 

Sima video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menyebar ke Asia, Eropa dan Amerika

Sebelumnya, para peneliti Afrika Selatan mengatakan bahwa vaksin menyebabkan tanggapan kekebalan yang lebih luas.

"Sistem kekebalan sangat pintar," kata Willem Hanekom, salah satu tim.

"Mungkin ada cara lain dari sistem kekebalan yang memungkinkan vaksin tetap bekerja".

Varian 501Y.V2 telah menyebar ke negara-negara di Eropa, Asia dan Amerika, serta beberapa negara Afrika lainnya, menyebabkan beberapa negara memberlakukan pembatasan perjalanan ke dan dari Afrika Selatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.