Sukses

Iran Peringati 1 Tahun Kematian Jenderal Soleimani, Kutuk AS sebagai Dalang

Kematian Komandan Brigade Quds IRCG, Mayor Jenderal Qasem Soleimani dan pejabat iran lainnya tidak akan dapat menghentikan perlawanan terhadap terorisme dan ekstrimisme di kawasan, kata Iran.

Liputan6.com, Teheran - Kematian Komandan Brigade Quds IRCG, Mayor Jenderal Qasem Soleimani dan pejabat iran lainnya tidak akan dapat menghentikan perlawanan terhadap terorisme dan ekstrimisme di kawasan.

"Mati syahidnya Mayor Jenderal Soleimani dan pejabat Iran lainnya tidak akan dapat menghentikan perwalawanan terhadap terorisme dan ekstrimisme di kawasan tetapi akan memperkuat pohon muqawama di kawasan dan dunia," demikian pernyataan tertulis Kedubes Iran di Jakarta, Minggu, dikutip dari Antara, Minggu (3/1/2021).

Pernyataan tersebut disampaikan dalam rangka memperingati hari kematian Komandan Brigade Quds IRCG, Mayor Jenderal Qasem Soleimani yang dibunuh oleh Amerika Serikat (AS) melalui sebuah serangan pengecut di Irak pada 3 Januari 2020.

Republik Islam Iran akan mengerahkan seluruh kapasitas politik, hukum dan internasionalnya untuk membalas teror jahat ini, tulis Kedubes Iran.

Iran tidak akan terpancing oleh perkembangan situasi dan akan memberikan pembalasan yang tegas pada waktu dan tempat yang diharapkannya.

Kedubes Iran mengungkapkan Prof. Mohsen Fakhrizadeh, seorang ilmuwan terkemuka Iran dan kepala Organisasi Penelitian dan Inovasi Kementerian Pertahanan Republik Islam Iran telah dibunuh pada 27 November 2020 yang lalu melalui sebuah tindakan pengecut dan terorisme negara

Rangkaian aksi terorisme dan sanksi maksimal terhadap Iran ini dilakukan dengan beberapa tujuan antara lain, pertama, membuat Republik Islam Iran menyerah agar pergantian kekuasaan terjadi dan Iran terbagi ke beberapa wilayah, tulisnya.

"Kedua, menghambat pendekatan diplomatik dan dialog untuk menyelesaikan perbedaan di tingkat regional dan internasional. Ketiga, merampas hak sah dan wajar Republik Islam Iran atas penggunaan teknologi nuklir damai sebagaimana ditetapkan dalam peraturan internasional.

Keempat, menciptakan krisis skala besar untuk semakin membuat kawasan Timur Tengah tidak stabil melalui pendekatan Iran phobia dari pada Zionis phobia," menurut keterangan itu.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kematian Qasem Soleimani

Jenderal top Iran terbunuh dalam serangan drone pada Jumat pagi (3/1/2019) di dekat bandara Baghdad. Angkatan militer Amerika Serikat (AS) memastikan bahwa serangan itu atas komando Presiden Donald Trump.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan Kamis malam oleh Pentagon menyebut serangan terhadap Soleimani "ditujukan untuk menghalangi rencana serangan Iran di masa depan."

Dilaporkan AP News, jenderal yang terbunuh adalah Qasem Soleimani (atau Suleimani) yang memimpin Pasukan Elit Quds Iran yang bertugas di bidang intel dan masuk ke dalam daftar teroris AS.

Soleimani adalah sosok jenderal berpengaruh di Iran. Kementerian Pertahanan AS mengatakan Soleimani berencana menyerang diplomat dan prajurit AS di Irak.

Soleimani tewas di mobilnya akibat serangan drone AS pada jalanan dekat bandara Baghdad. Pihak keamanan Irak berkata Soleimani baru tiba dari luar negeri, namun belum dipastikan apakah dari Lebanon atau Suriah.

Korban tewas lain adalah pejabat dari Pasukan Mobilisasi Populer (Popular Mobilization Forces/PMF) di Irak yang mendapat dukungan Iran. Salah satunya adalah Abu Mahdi al-Muhandis.

Pihak PMF berkata tubuh Jenderal Soleimani tercabik-cabik akibat serangan. Jasadnya teridentifikasi berkat cincin yang ia pakai.

Penasihat Presiden Iran Hassan Rouhani yakni Hessameddin Ashena mengancam Iran siap melakukan pembalasan. "Siapapun yang melangkahi garis merah harus siap melawan konsekuensi," tulisnya via Telegram.

Presiden Donald Trump sedang berlibur di rumahnya di Mar-a-Lago, Florida. Namun, ia memposting foto bendera AS di Twitter.

Politikus oposisi Senator Richard Blumentshal menyebut tindakan Trump bisa mengancam perang baru. Namun, senator pro-Donald Trump Lindsey Graham justru memberikan pujian.

"Kepada pemerintah Iran: jika kamu ingin tambah, kamu akan diberikan lagi," tulis Graham di Twitter.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.