Sukses

27-12-1979: Tentara Uni Soviet Bantu Calon Rezim Komunis Afghanistan Berkuasa

Dalam upaya untuk menstabilkan situasi politik yang bergejolak di Afghanistan, Uni Soviet, pada 27 Desember 1979, mengirim 75.000 pasukan untuk mendukung calon rezim komunis di negara itu.

Liputan6.com, Kabul - Dalam upaya untuk menstabilkan situasi politik yang bergejolak di Afghanistan, Uni Soviet, pada 27 Desember 1979, mengirim 75.000 pasukan untuk 'mendukung' Babrak Karmal sebagai pemimpin baru negara Asia itu.

Pemerintahan baru dan kehadiran Soviet, bagaimanapun, memiliki sedikit keberhasilan dalam menjatuhkan pemberontak anti-pemerintah.

Dengan demikian, dimulailah hampir 10 tahun intervensi militer Soviet yang menyiksa, merusak, dan akhirnya tidak berbuah di Afghanistan, demikian seperti dikutip dari History, Minggu (27/12/2020).

Ironisnya, Karmal menggulingkan dan membunuh komunis Afghanistan lainnya, Hafizullah Amin, untuk mengambil alih kekuasaan.

Pemerintahan Amin menjadi tidak populer dan tidak stabil setelah berusaha menerapkan rezim komunis yang keras, menyatakan pemerintahan satu pihak dan menghapuskan konstitusi Afghanistan.

Muslim Afghanistan menolak kekuasaannya dan membentuk pasukan pemberontak, Mujahidin.

Ketika menjadi jelas bahwa Amin tidak dapat mengendalikan pemberontakan, pasukan Soviet campur tangan dan menempatkan penguasa boneka, Karmal, ke dalam kekuasaan.

Bagi Soviet, turbulensi politik di Afghanistan yang berbatasan langsung dengannya --yang dipandang oleh beberapa pejabat sebagai sekutu potensial untuk mengejar kepentingan Moskow di Timur Tengah-- tidak dapat diterima dan menjadi alasan intervensi mereka di sana.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dampak bagi Soviet dan Respons AS

Intervensi Soviet merugikan Negeri Tirai Besi dengan mahal. Perang saudara yang tampaknya tak berujung di Afghanistan mengakibatkan ribuan orang Soviet tewas dan biaya moneter yang tak terhitung jumlahnya.

Campur tangan Moskow di Afghanista juga membawa akhir yang tiba-tiba ke era détente antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang dimulai selama tahun-tahun Nixon.

Menanggapi intervensi Soviet, Presiden AS Jimmy Carter menarik perjanjian SALT II dari pertimbangan oleh Kongres.

Perjanjian itu, yang telah ditandatangani pada Juni 1979, dirancang untuk membangun paritas dalam kendaraan pengiriman nuklir antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Carter juga menghentikan pengiriman biji-bijian ke Uni Soviet dan memerintahkan boikot AS terhadap Olimpiade 1980 yang akan diadakan di Moskow.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.