Sukses

Kasus Corona Melonjak, Presiden Korsel Moon Jae-In Didesak Soal Vaksin COVID-19

Presiden Korea Selatan Moon Jae-In didesak publik soal rencananya terkait vaksin COVID-19.

Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menghadapi tekanan publik yang semakin meningkat pada Rabu (23/12/2020), atas rencana pengadaan vaksin COVID-19 -- ketika negara itu berjuang untuk menahan gelombang ketiga pandemi.

Korea Selatan telah melaporkan penghitungan kasus harian tertinggi kedua.

Melansir Channel News Asia, Rabu (23/12/2020), media domestik mengecam pendekatan pemerintah untuk mengamankan vaksin COVID-19 yang baru dikembangkan. Karena dinilai terlalu santai dan bergantung pada vaksinasi yang diproduksi secara lokal, yang akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada opsi dari luar negeri.

Menurut jajak pendapat oleh firma riset Realmeter, enam dari 10 warga Korea Selatan percaya bahwa urgensi harus diprioritaskan daripada keamanan dalam hal vaksin COVID-19 dan bahwa inokulasi harus dimulai sesegera mungkin mengingat lonjakan kasus baru yang cepat.

Korea Selatan memiliki 1.092 kasus Virus Corona COVID-19 pada Selasa 22 Desember, menjadikan penghitungan nasional menjadi 52.550, dengan 739 kematian, kata Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA).

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Program Vaksinasi Pemerintah Korsel

Pada Selasa malam, kantor Moon mengatakan program inokulasi publik "tidak akan dimulai terlalu terlambat". Pemerintah sebelumnya mengatakan vaksinasi bisa dimulai paling cepat Februari.

Otoritas kesehatan telah menyatakan keprihatinan atas persepsi publik yang memandang program vaksinasi sebagai kompetisi global, sebaliknya menekankan pentingnya memastikan keamanan suntikan.

Amerika Serikat dan Inggris, yang menderita kasus dan tingkat kematian yang jauh lebih tinggi, tidak memiliki alternatif untuk tindakan anti-virus selain vaksin, ujar Son Young-rae, seorang pejabat senior di kementerian kesehatan.

"Negara-negara ini agak tidak pantas untuk kami jadikan sebagai guru, dan mempertimbangkan proses pemeriksaan keamanan, kami yakin tidak ada alasan bagi kami untuk menjadi negara pertama atau kedua di dunia yang menerima vaksin," kata Son.

Sementara itu, kloter pertama vaksin COVID-19 untuk personel militer AS yang ditempatkan di Korea Selatan akan tiba paling cepat Kamis, kata kantor berita Yonhap sambil mengutip sumber militer.

Sekitar 28.500 tentara AS ditempatkan di Korea Selatan.

“Kami dapat mengonfirmasi bahwa USFK adalah salah satu lokasi di luar negeri yang diidentifikasi untuk menerima vaksin Moderna melalui rencana distribusi yang disengaja dan bertahap dari Departemen Pertahanan,” kata Col Lee Peters, juru bicara Pasukan Korea AS kepada Reuters.

“Kami tidak dapat mengkonfirmasi rincian lainnya di kali ini."

3 dari 3 halaman

Gelombang Ketiga Korsel

Pelacakan dan pengujian agresif oleh Korea Selatan di awal pandemi telah menjadikan negara itu sebagai kisah sukses global, tetapi lonjakan kasus baru-baru ini telah mengacaukan upaya untuk menahan virus.

Perdana Menteri Chung Sye-kyun mengatakan pada hari Rabu bahwa pihak berwenang sejauh ini telah mengamankan sekitar 8.000 dari 10.000 tempat tidur rumah sakit tambahan yang ditargetkan untuk pasien COVID-19 dengan bantuan rumah sakit swasta.

Seoul dan daerah sekitarnya telah melarang pertemuan lebih dari empat orang dari 23 Desember hingga 3 Januari, dan baik pemilik restoran maupun pelanggan dapat menghadapi denda hingga 3 juta won (US $ 2.700) karena melanggar aturan tersebut.

Pihak berwenang juga telah menutup semua resor ski dan tempat wisata musim dingin dalam upaya menghentikan penyebaran selama liburan Natal dan Tahun Baru.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.