Sukses

6-12-1992: Konflik Sektarian di Ayodhya India, Ekstremis Sayap Kanan Merusak Masjid

Ekstremis Hindu telah berkampanye untuk menyingkirkan masjid Babri di Ayodhya, yang telah menjadi 'pusat' permusuhan Hindu-Muslim selama beberapa dekade.

Liputan6.com, Ayodhya - Sekelompok ekstremis Hindu merobohkan sebuah masjid dan menyerang target Muslim lainnya di kota Ayodhya, India utara, dalam salah satu wabah kekerasan antar-komunal terburuk di India pada 6 Desember 1992.

Kekerasan diduga dilakukan oleh tiga kelompok Hindu sayap kanan, termasuk kelompok oposisi utama Partai Bharatiya Janata (BJP) India.

Ekstremis Hindu berkampanye untuk menyingkirkan masjid Babri di Ayodhya, fokus untuk permusuhan Hindu-Muslim selama beberapa dekade.

Mereka ingin membangun kuil Hindu di tempatnya, untuk menandai apa yang mereka yakini sebagai tempat kelahiran raja pejuang Hindu, Lord Ram.

Namun sebelumnya, pengadilan telah memerintahkan agar masjid dilindungi dari pembongkaran.

Para pemimpin ketiga partai berjanji untuk mematuhi keputusan pengadilan, dan mengatakan demonstrasi yang mereka gelar di area tersebut hanya akan terbatas pada upacara keagamaan yang melambangkan peletakan batu bata pertama dari sebuah kuil Hindu.

Tapi sebelum upacara bisa dimulai, kerumunan 200.000 massa menerobos penjagaan polisi.

Mereka menggunakan palu untuk merobohkan tiga kubah masjid, dan kemudian meruntuhkan batu bata dengan tangan kosong sampai bangunan itu benar-benar hancur.

Pemerintah telah membawa ratusan polisi tambahan, tetapi saksi mata mengatakan mereka hanya berdiri melihat dan memungkinkan kehancuran terjadi.

Massa juga menargetkan anarkistis mereka ke jurnalis India dan asing yang merekam tempat kejadian, sebelum pindah untuk menyerang rumah dan properti Muslim di daerah itu.

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Gelombang Kejut ke Seluruh India

Kekerasan itu telah mengirim gelombang kejut ke seluruh negeri.

Pasukan keamanan di seluruh utara bersiaga tinggi, mengantisipasi serangan balik dari 120 juta populasi Muslim india yang kuat. Pemerintah pusat mengirim bala bantuan paramiliter ke daerah itu.

Kabinet bertemu dalam sesi darurat dan memberhentikan pemerintahan yang dipimpin BJP di Uttar Pradesh karena gagal melindungi masjid.

Negara bagian --dan 150 juta penduduknya-- kemudian diperintah langsung dari New Delhi untuk sementara waktu.

Perdana Menteri, Narasimha Rao, berulang kali memohon ketenangan dalam siaran radio dan televisi.

"Apa yang terjadi hari ini adalah masalah perhatian dan rasa malu yang besar bagi semua orang India," katanya.

Pemimpin BJP, Lal Krishna Advani, menggambarkan insiden itu sebagai "sangat disayangkan", dan memohon kepada orang banyak yang masih berada di lokasi masjid Babri untuk membubarkan diri.

 

3 dari 3 halaman

Dalam Konteks

Penghancuran masjid Babri di Ayodhya memicu beberapa kekerasan antar-komunal terburuk sejak partisi India-Pakistan pada tahun 1947. Dalam kerusuhan di Ayodhya, ebih dari 2.000 orang tewas dalam kerusuhan di seluruh India.

Pemimpin BJP, LK Advani, mengundurkan diri sebagai pemimpin oposisi, menerima "tanggung jawab moral" atas kekerasan tersebut.

Dia kemudian menjadi wakil perdana menteri dalam pemerintahan BJP Atal Behari Vajpayee.

Dia berada di antara tujuh pemimpin Hindu yang diperintahkan untuk diadili pada tahun 2003 karena menghasut kekerasan di Ayodhya, tetapi tuduhan terhadapnya dibatalkan.

Dalam pemerintahan, BJP menjauhkan diri dari agenda garis keras sebelumnya, dan setuju untuk meninggalkan masalah Ayodhya ke pengadilan.

Majelis tiga hakim Pengadilan Tinggi masih berusaha menentukan siapa pemilik situs masjid Babri.

Pada Februari 2002, salah satu kelompok Hindu yang terlibat dalam demonstrasi 1992, VHP, kembali memanggil ratusan sukarelawan ke lokasi untuk memulai pembangunan kuil.

Sebuah kereta yang membawa aktivis yang kembali dari Ayodhya diserang dan setidaknya 58 orang tewas.

Insiden itu memicu gelombang kerusuhan lain di seluruh Gujarat di mana hingga 2.000 orang, terutama Muslim, meninggal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.