Sukses

AS Larang Impor Kapas dari Xinjiang Akibat Dugaan Kerja Paksa

AS curiga produksi kapas China ada yang memakai kerja paksa dari minoritas di Xinjiang.

Liputan6.com, Xinjiang - Otoritas Amerika Serikat mengeluarkan perintah untuk menyetop impor kapas dari Xinjiang, China. Diduga kapas tersebut merupakan hasil kerja paksa

Dilaporkan VOA Indonesia, Jumat (4/12/2020), Badan Pabean dan Perlindungan Perbatasan (CBP) pada Rabu 2 Desember menerapkan pelarangan itu pada pengiriman produk kapas dari Korps Perlindungan dan Konstruksi Xinjiang (XPCC) yang mirip entitas militer.

Perintah tersebut juga mewajibkan perusahaan Amerika mana pun yang ingin mengimpor produk kapas dari China agar membuktikan bahwa produk itu tidak berasal dari XPCC atau termasuk dalam rantai pasokannya.

Xinjiang adalah sumber utama kapas dan tekstil yang digunakan oleh banyak merek pakaian terbesar dan terkenal di dunia. XPCC memproduksi sebanyak 30 persen kapas China pada tahun 2015.

Isu Xinjiang sudah disorot oleh pemerintah AS. Saat kunjungan ke Indonesia, Menlu AS Mike Pompeo turut membenarkan bahwa ada pelanggaran HAM pada minoritas Uighur.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ada Perbudakan?

Ken Cuccinelli, penjabat Wakil Menteri Keamanan Dalam Negeri, yang membawahi CBP, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pakaian apa pun yang ditempeli dengan label “Buatan China” harus dianggap sebagai “label peringatan” karena dibuat oleh “tenaga kerja budak.”

Penjabat kepala CBP, Mark Morgan mengatakan, “penggunaan kerja paksa secara sistemik oleh China di wilayah Xinjiang harus mengusik setiap bisnis dan konsumen Amerika. Kerja paksa adalah pelanggaran hak asasi manusia yang merugikan pekerja yang rentan dan menyebabkan persaingan tidak adil ke dalam rantai pasokan global.” 

Larangan itu sebagai reaksi terhadap studi terbaru dan laporan berita yang mendokumentasikan bagaimana sekelompok orang di Xinjiang, sebagian besar minoritas Muslim Uighur dan Kazakh, telah direkrut untuk program-program yang menugaskan mereka untuk bekerja di pabrik, pertanian kapas, pabrik tekstil dan berbagai pekerjaan kasar lainnya di kota-kota di provinsi itu.

3 dari 4 halaman

Menlu AS Mike Pompeo: Muslim Uighur di Xinjiang Dipaksa Makan Babi

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo sempat berkunjung ke Indonesia. Jadwal Pompeo termasuk menghadiri acara GP Ansor bertajuk Nurturing the Shared Civilizational Aspirations of Islam Rahmatan li al-‘Alamin. 

Dalam pidatonya, Mike Pompeo memuji Pancasila dan toleransi yang ia saksikan di Indonesia. Tak lupa, ia juga membahas negara-negara yang memperlakukan persekusi agama, seperti Iran dan China.

Mike Pompeo membahas perlakuan China terhadap Muslim Uighur. Ia mengkonfirmasi bahwa warga Muslim Uighur di China dipaksa makan babi oleh otoritas China.

Dalih dari tindakan itu adalah memberantas terorisme dan kemiskinan.

"Anda tahu, kita tahu, tidak ada justifikasi melawan terorisme dengan cara memaksa Muslim Uighur untuk makan babi selama Ramadan, atau menghancurkan kuburan Muslim," ujar Mike Pompeo, Kamis, 29 Oktober 2020.

"Tak ada justifikasi pengentasan kemiskinan dengan cara sterilisasi paksa atau merenggut anak-anak dari orang tuanya supaya dididik ulang di boarding school yang dikelola negara," tegas Pompeo.

4 dari 4 halaman

China Berusaha Rayu Indonesia

Menlu Mike Pompeo menyebut pemerintah China berusaha membuai Indonesia agar lupa pada Muslim Uighur.

"Saya tahu Partai Komunis China mencoba meyakinkan Indonesia agar berpaling dari penderitaan mereka (Uighur)," ujar Pompeo.

Pompeo berkata China menebar "fantasi" bahwa mereka berusaha supaya Muslim Uighur lebih moderat dan menikmati ekonomi China.

Terkait argumen itu, Pompeo meminta masyarakat Indonesia untuk memakai hati dan mencari fakta.

"Dengarkan cerita-cerita dari para survivor dan keluarga mereka," ujar Pompeo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.