Sukses

Rekam Jejak John Kerry, Diplomat Iklim Rezim Joe Biden yang Pernah ke Indonesia

John Kerry pernah ikut perang di Vietnam, kalah pilpres, dan diangkat menjadi menteri di era Presiden Barack Obama. Ia pun pernah ke Indonesia.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Mantan menteri luar negeri John Kerry ikut masuk ke pemerintahan presiden Amerika Serikat terpilih Joe Biden. Kerry akan bertugas untuk menangani masalah iklim. 

John Kerry memegang jabatan baru, yakni utusan khusus perubahan iklim di Dewan Keamanan Nasional AS.  

Karier John Kerry di politik AS sangatlah panjang. Ia pernah menjabat sebagai senator, ikut pilpres, hingga diangkat menjadi menteri luar negeri pada 2013. 

Saat menjabat sebagai menlu AS, John Kerry pernah berkunjung ke Indonesia dan Malaysia. Ia pun sempat berkunjung ke Masjid Istiqlal.

Berikut rekam jejak menarik dari John Kerry yang kini punya peran besar melawan perubahan iklim di dunia, Liputan6.com rangkum dari beragam sumber, Selasa (24/11/2020):

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Veteran Perang Vietnam

John Kerry lahir pada 1943 di Aurora, Colorado. Ia berhasil masuk ke Universitas Yale, kemudian bergabung dengan angkatan laut AS untuk perang di Vietnam selama tiga tahun. 

Pada 1969, John Kerry menyelesaikan tugasnya dan berniat terjun ke politik. Ia menyuarakan penentangannya pada Perang Vietnam.

Berdasarkan arsip di situs state.gov, John Kerry pernah memberikan testimoni di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat untuk protes terhadap Perang Vietnam.

John Kerry muda datang atas undangan Senator J. William Fulbright, pendiri beasiswa Fulbright.

3 dari 6 halaman

2. Pilpres Melawan George W. Bush

Karier politik John Kerry sangat cemerlang. Ia terpilih sebagai anggota DPR meski masih berusia muda pada 1972, kemudian menjadi senator mewakili Massachusetts pada 1984.

Popularitas John Kerry di Massachusetts membuatnya terpilih sebagai capres Partai Demokrat di 2004 untuk melawan George W. Bush. 

John Kerry berhasil meraih 59 juta suara dalam pilpres AS 2004, sementara George W. Bush mendapat 62 juta suara. 

John Kerry melanjutkan kariernya di Senat AS hingga 2013. Ia kemudian dipilih menjadi Menteri Luar Negeri era Barack Obama.

4 dari 6 halaman

3. Menteri Luar Negeri 2013

John Kerry diangkat menjadi menlu AS pada 2013 untuk menggantikan Hillary Clinton. Sebelum diangkat, John Kerry merupakan ketua dari Komite Luar Negeri Senat. 

Pada 2015, John Kerry ikut menandatangani Paris Accord untuk melindungi Bumi dari perubahan iklim. 

Presiden Donald Trump membawa AS keluar dari Paris Accord, namun Joe Biden berjanji AS akan kembali bergabung.

John Kerry juga pernah berkolaborasi dengan aktris Angelina Jolie untuk buka puasa lintas agama di AS. Hal itu juga sebagai simbol dukungan di Hari Pengungsi Sedunia. 

5 dari 6 halaman

4. Pernah ke Masjid Istiqlal

Pada Februari 2014, Menlu John Kerry datang ke Indonesia untuk menemui Presiden Joko Widodo. Ia juga menyempatkan diri berkunjung ke Masjid Istiqlal. 

Liputan6.com melaporkan bagaimana Kerry mengagumi pluralisme di Indonesia.

"Assalamualaikum...," ucap Kerry menceritakan pengalamannya berada di Istiqal, dalam konferensi pers di Gedung Pancasila, Kantor Kemenlu, Jakarta, Senin 17 Februari 204.

"Di sana, saya menjadi tamu di tempat ibadah di salah satu masjid terbesar dunia itu, bangunan yang menjadi simbol kepercayaan dan kekuatan," ia menambahkan.

Menteri Kabinet Obama itu juga mengagumi pluralisme di Indonesia, dengan mencontohkan letak Masjid Istiqlal yang berdampingan dengan Gereja Katedral merupakan bukti tingginya toleransi antar-agama.

"Dunia bisa belajar banyak tentang pluralisme dan toleransi agama di Indonesia," kata Kerry.

6 dari 6 halaman

5. Negosiasi Nuklir

Sebagai menlu AS, John Kerry juga bertanggung jawab dalam negosiasi nuklir dengan Iran, yakni Joint Comprehensive Plan of Action (Iran Deal).

Rencana itu melibatkan China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, dan Uni Eropa. Tujuannya adalah untuk membatasi kapabilitas Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. 

John Kerry yakin Iran Deal adalah kebijakan terbaik untuk Iran. Namun, Donald Trump membatalkan kesepakatan itu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.