Sukses

Sendawa hingga Kuman, 5 Perubahan Besar Jika Manusia Tinggal di Angkasa Luar

Kehidupan para astronaut di Bumi dan di angkasa luar sangatlah berbeda. Ada banyak hal yang harus mereka sesuaikan.

Liputan6.com, Jakarta - Hidup di angkasa luar selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, tentu bukan hal yang mudah. Harus rela berpisah dengan keluarga hingga teman terdekat.

Sebab, kehidupan para astronaut di Bumi dan di angkasa luar sangatlah berbeda. Ada banyak hal yang harus mereka sesuaikan.

Mulai dari pola makan, proses BAB hingga tidur. Namun, ada hal lain yang benar-benar berubah dari kehidupan normal mereka selama di Bumi.

Seperti dikutip dari laman Listverse.com, Jumat (13/11/2020), berikut 5 hal yang benar-benar berubah apabila Anda tinggal di angkasa luar:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Kecepatan Gerak

Bukan rahasia umum lagi, jika gravitas mempengaruhi kecepatan di ruang angkasa. Seperti contoh, puing-puing bergerak dengan kecepatan sangat cepat atau bahkan lambat sehingga otak kita hampir tidak bisa memahaminya.

Jutaan sampah kecil yang mengorbit Bumi, yang kita sebutkan sebelumnya? Mereka bergerak dengan kecepatan rata-rata 35.500 kilometer (22.000 mil) per jam.

Dengan kecepatan setinggi itu, Anda tidak akan pernah melihat objek datang. Lubang-lubang misterius hanya akan muncul di struktur terdekat.

Tahun lalu, seorang astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional mengambil foto sebuah lubang di panel surya besar stasiun itu. Lubang itu hampir pasti merupakan dampak dari salah satu serpihan kecil ini, mungkin hanya berdiameter satu atau dua milimeter.

Tapi jangan khawatir, NASA mengantisipasi tabrakan seperti ini, dan pelindung pada lambung stasiun dibangun untuk menahan dampak seperti itu.

 

3 dari 6 halaman

2. Bersendawa

Dalam kondisi normal, gravitasi menyebabkan cairan mengumpul di bagian bawah perut Anda, sementara gas naik ke atas.

Karena tidak ada gravitasi di ruang angkasa untuk mewujudkan hal ini, para astronot cenderung mengalami hal yang disebut sebagai "bersendawa basah."

Sendawa basah ini akan keluar dari tubuh lewat sejumlah cairan, lantaran tak ada gravitasi yang juga mempengaruhi kondisi perut. Karena itu, Internasional Stasiun Luar Angkasa tidak menyediakan minuman berkarbonasi.

4 dari 6 halaman

3. Olahraga

Cara orang melakukan olahraga di Bumi dan di ruang angkasa betul-betul berbeda. Jika Anda jarang olahraga di Bumi mungkin akan biasa-biasa saja.

Namun, jangan sekali-kali tidak olahraga apabila Anda sedang berada di angkasa luar. Sebab, otot astronaut akan berhenti berkembang apabila tidak berolahraga.

Oleh sebabnya, para astronaut perlu berolahraga jauh lebih banyak daripada manusia yang tinggal di Bumi. Selain mengalami gangguan perkembangan otot, tulang-tulang mereka juga akan cepat keropos jika tidak olahraga.

 

5 dari 6 halaman

4. Kuman

Bayangkan betapa terkejutnya para astronot ketika mengirim sampel salmonella ke ruang angkasa dan itu malah berkembang tujuh kali lebih mematikan daripada di Bumi.

Ini tampaknya merupakan berita yang meresahkan bagi kesehatan astronot. Tetapi itu membuat para ilmuwan mencari cara untuk mengalahkan salmonella baik di luar angkasa maupun di Bumi.

Dengan mempelajari gen salmonella yang diaktifkan dalam gravitasi rendah, para ilmuwan menentukan bahwa konsentrasi ion tinggi dapat menghambat bakteri.

Penelitian lebih lanjut dapat mengarah pada vaksin dan perawatan agar tak terjangkit salmonella.

 

6 dari 6 halaman

5. Radiasi

Matahari adalah pusat tata surya. Matahari juga menghasilkan radiasi yang berbahaya apabila langsung terpapar ke kulit.

Tetapi medan magnet Bumi melindungi kita dari sinar yang paling berbahaya tersebut. Lalu, bagaimana jadinya dengan para astronot yang ada di angkasa luar?

Saat ini ke ruang angkasa, termasuk kunjungan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional, tetap berada di dalam medan magnet Bumi, dan perisai pesawat telah terbukti sangat mampu memblokir radiasi Matahari.

Namun, itu tak berlaku apabila manusia melakukan misi ke Mars. Paparan sinar radiasi yang berbahaya sulit dibendung sehingga dibutuhkan persiapan ekstra agar itu tak membahayakan manusia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.