Sukses

Bentrok Pasukan Keamanan Irak Vs Demonstran Diwarnai Tembakan Gas Air Mata

Polisi Irak mengambil langkah menembakkan gas air mata di Baghdad untuk menghentikan pengunjuk rasa melintasi jembatan strategis dan kedua belah pihak melaporkan adanya cedera.

Liputan6.com, Baghdad - Ribuan orang turun ke jalanan yang menandai satu tahun sejak demonstrasi massa anti-pemerintah Irak. Bentrokan dengan polisi pun tak terelakkan.

Dikutip dari laman AP, Senin (26/10/2020) polisi mengambil langkah yaitu menembakkan gas air mata di Baghdad untuk menghentikan pengunjuk rasa melintasi jembatan strategis dan kedua belah pihak melaporkan adanya cedera.

Para pengunjuk rasa berbaris di jalanan ibu kota dan beberapa kota bagian selatan -- termasuk Najaf, Nasiriyah dan Basra -- untuk memperbarui tuntutannya.

Ketika puluhan pengunjuk rasa berusaha memanjat penghalang semen di jembatan Jumhuriya dan Sinak, pasukan keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

"Beberapa pengunjuk rasa melemparkan bom molotov, melukai sedikitnya 43 pasukan keamanan," kata Yahya Rasool, juru bicara militer untuk perdana menteri.

Setidaknya enam pengunjuk rasa juga terluka, menurut seorang petugas keamanan dan medis, yang meminta namanya tidak disebutkan sesuai dengan peraturan.

Demonstrasi Minggu, 25 Oktober kemarin dianggap sebagai ujian kekuatan gerakan setelah berbulan-bulan tidak aktif di jalan.

Meskipun mencapai angka bersejarah pada akhir 2019 dan berhasil meningkatkan tekanan pada elit, protes sebagian besar tidak aktif setelah pandemi virus corona.

Aktivis juga menyalahkan penurunan jumlah tersebut pada tindakan keras oleh pasukan keamanan Irak dan kelompok milisi, serta penculikan dan pembunuhan yang ditargetkan.

Protes baru juga menjadi ujian bagi Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi, yang baru lima bulan berkuasa. Al-Kadhimi telah vokal tentang dukungannya untuk tuntutan pengunjuk rasa. Pemerintahannya berkuasa setelah pengunduran diri Perdana Menteri Adil Abdul-Mahdi akhir tahun lalu. Dia mengundurkan diri di bawah tekanan dari protes yang dipicu oleh tanggapan keras pasukan keamanan, termasuk penggunaan peluru tajam dan pembunuhan demonstran.

Lebih dari 500 orang tewas dalam gerakan protes selama berbulan-bulan, banyak dari mereka adalah demonstran yang ditembak oleh pasukan keamanan Irak.

"Pemerintahan saat ini tidak mampu melakukan hal yang sama, kata," penasihat al-Kadhimi.

"Pemerintah juga bergulat dengan krisis likuiditas yang parah di tengah harga minyak yang rendah yang telah memangkas kas negara hingga setengahnya," tambahnya.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penutupan Kawasan Penting

Mustafa Hussein, berusia 20-an, berpartisipasi dalam demonstrasi tahun lalu dan kembali ke Lapangan Tahrir Baghdad pada hari Minggu kemarin. Dia berkata hanya sedikit yang berubah.

Jembatan yang melintasi Sungai Tigris tempat terjadinya bentrokan mengarah ke Zona Hijau dijaga ketat, yang menampung lokasi pemerintah dan kedutaan asing.

Kedua jembatan telah ditutup oleh pasukan keamanan sejak tahun lalu untuk mencegah pengunjuk rasa menyerbu.

Ratusan demonstran juga dicegah memasuki Baghdad di pos-pos pemeriksaan di jalan-jalan dari provinsi Babilonia dan Diwanieh, karena perintah Komando Operasi Baghdad, yang mengawasi pasukan keamanan di ibu kota.

Di Lapangan Tahrir Baghdad, yang menjadi episentrum gerakan protes, pemuda Irak membawa spanduk dengan potret orang-orang yang dibunuh oleh pasukan keamanan Irak.

Dalam beberapa kasus, tabung gas air mata menghantam kepala demonstran, membunuh mereka seketika.

"Hari ini kami menandai kenangan Revolusi Oktober, terutama yang meninggal," kata Fadel Ahmed, 25, lulusan ekonomi. "Tuntutan kami adalah melawan partai korup yang berkuasa dan melawan parlemen yang gagal."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.