Sukses

22-10-1962: Amerika dalam Bidikan Rudal Uni Soviet di Kuba

Pada 22 Oktober 1962, pimpinan AS khawatir akan ancaman rudal Uni Soviet yang berada di Kuba, rudal tersebut dianggap membahayakan keamanan nasional AS.

Liputan6.com, Jakarta Selama krisis rudal di Kuba, para pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet terlibat dalam benturan politik dan militer. Hal yang paling menegangkan pada Oktober 1962 adalah pemasangan rudal Soviet bersenjata nuklir di Kuba, hanya 90 mil (144,8406 kilometer) dari pantai AS.

Dalam pidato TV pada 22 Oktober 1962, Presiden John F.Kennedy mengumumkan kepada rakyat Amerika tentang keberadaan rudal tersebut. Ia menjelaskan keputusannya untuk memberlakukan blokade laut di sekitar Kuba dan menegaskan bahwa AS siap menggunakan militer untuk menetralkan ancaman keamanan nasional tersebut.

Dikutip dari History.com, Rabu (21/10/2020), banyak orang yang khawatir bahwa dunia sedang berada di ambang perang nuklir. Namun, bencana itu dapat dihindari ketika AS menyetujui tawaran pemimpin Soviet Nikita Khrushchev, untuk menghapus rudal Kuba dengan imbalan AS berjanji untuk tidak menginvasi Kuba. 

Kennedy juga diam-diam setuju untuk mengeluarkan rudal AS dari Turki.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hubungan Kuba dengan Uni Soviet

Setelah merebut kekuasaan di Kuba pada tahun 1959, pemimpin revolusioner sayap kiri Fidel Castro bersekutu dengan Uni Soviet.

Di bawah Castro, Kuba tumbuh bergantung pada Soviet, seperti meminta bantuan di sektor militer dan ekonomi. Pada saat itu, AS dan Soviet (beserta sekutunya masing-masing) juga sedang terlibat dalam Perang Dingin (1945-1991).

Seorang pilot pesawat mata-mata AS bernama Richard Heyser yang sedang melakukan penerbangan di atas Kuba, melaporkan bahwa ia melihat medium SS-4 Soviet. Benda tersebut adalah rudal balistik jarak sedang yang sedang dirakit untuk dipasang.

Laporan tersebut sampai ke Presiden Kennedy pada 16 Oktober dan dia segera memanggil sekelompok penasihat dan pejabat yang dikenal sebagai komite eksekutif, atau ExComm. Setelah itu, presiden dengan rekan timnya mengalami krisis diplomatik yang sangat besar.

 

3 dari 4 halaman

Rudal Kuba Menjadi Unjuk Kekuatan Soviet Terhadap AS dan Eropa

Bagi para pejabat AS, urgensi tersebut berasal dari fakta bahwa rudal Kuba dipasang begitu dekat dengan daratan AS, hanya 90 mil di selatan Florida. Dari titik peluncuran tersebut, senjata itu mampu dengan cepat mencapai target di wilayah timur AS. 

Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev telah mengambil resiko untuk mengirim rudal tersebut ke Kuba. Semua itu dia lakukan untuk meningkatkan dan memperlihatkan kemampuan nuklir Soviet.

Soviet telah lama merasa tidak nyaman dengan jumlah senjata nuklir yang ditargetkan pada di Eropa Barat dan Turki. Soviet melihat penyebaran rudal di Kuba sebagai cara untuk menyamakan kedudukan.

Sedangkan faktor lainnya adalah hubungan permusuhan antara AS dan Kuba. 

Pemerintahan Kennedy telah melancarkan satu serangan ke Teluk Bab, namun gagal melakukan invasi pada tahun 1961. Oleh karena itu, Castro serta Khrushchev melihat rudal tersebut sebagai cara untuk mencegah ambisi AS.

 

4 dari 4 halaman

Kesepakatan untuk Mengakhiri Ketegangan

Pada 26 Oktober, Khrushchev mengirim pesan ke Kennedy di mana dia menawarkan untuk mengeluarkan rudal Kuba dengan imbalan janji para pemimpin AS untuk tidak menginvasi Kuba.

Keesokan harinya, pemimpin Soviet mengirim surat yang mengusulkan bahwa Uni Soviet akan membongkar misilnya di Kuba jika Amerika melepaskan instalasi misil mereka di Turki.

Secara resmi, pemerintahan Kennedy memutuskan untuk menerima persyaratan pesan soviet tersebut. Para pejabat Amerika juga setuju untuk menarik rudal negara mereka dari Turki.

Jaksa Agung AS Robert Kennedy secara pribadi menyampaikan pesan tersebut kepada duta besar Soviet di Washington dan pada 28 Oktober ketegangan tersebut berakhir.

 

Reporter: Ruben Irwandi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.