Sukses

Waspadai Mikroplastik pada Glitter dalam Kosmetik, Bisa Mencemari Lingkungan

Glitter ternyata memiliki dampak yang negatif untuk sungai dan laut.

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa glitter yang digunakan dalam kosmetik dan cat tubuh dapat merusak sungai dan danau.

Mereka mengatakan alternatif biodegradasi juga tidak lebih baik untuk lingkungan daripada jenis glitter konvensional. Glitter mengandung mikroplastik, yang dapat mencemarkan sungai dan lautan dan membutuhkan waktu yang lama hingga bertahun-tahun untuk membuatnya terurai.

Tahun lalu, para ilmuwan menyerukan larangan total terhadap glitter karena kekhawatirannnya terhadap partikel mikroplastik tersebut, dikarenakan dapat mencemari lautan dan merusak kehidupan laut. Para peneliti di balik studi baru, mengatakan bahwa mereka telah menemukan bukti langsung pertama tentang dampak pada jaringan kehidupan di sungai dan danau.

Dalam uji laboratorium, semua jenis glitter dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tambak dan alga mikroskopis. Dikutip dari BBC, Sabtu (17/10/2020), dosen senior biologi di Anglia Ruskin University, Dr Dannielle Green, mengatakan "glitter adalah sejenis mikroplastik, dapat memiliki efek yang sama seperti mikroplastik lainnya dan tidak boleh dilepaskan dalam jumlah besar ke lingkungan."

"Dan jika Anda memakainya sebagai riasan, akan lebih bijaksana untuk menghapusnya dan menaruhnya di tempat sampah daripada mencucinya ke saluran air kita."tambahnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Glitter dapat Merusak Tanaman di Sungai ataupun Laut

Glitter tradisional terdiri dari inti plastik yang terbuat dari film PET poliester, yang dilapisi dengan aluminium dan kemudian ditutup dengan lapisan plastik tipis lainnya. Ada upaya untuk menghentikan glitter PET dengan memperkenalkan lebih banyak alternatif yang dapat terurai secara hayati.

Dalam satu versi memiliki inti selulosa yang dilapisi aluminium untuk reflektifitas dan kemudian ditutup dengan lapisan plastik tipis. Bentuk lainnya adalah mika glitter, yang semakin banyak digunakan dalam kosmetik-kosmetik.

Untuk menguji efek glitter, para peneliti mengumpulkan air, sedimen dan tanaman dari Sungai Glaven di Norfolk. Mereka membuat kolam miniatur di lab, yang diberi enam jenis glitter yang berbeda.

Semua jenisnya mengurangi kelimpahan tumbuhan umum seperti duckweed serta alga mikroskopis. Bentuk selulosa yang dapat terurai juga meningkatkan kelimpahan siput non-asli, yang menurut para ilmuwan dapat menyebabkan gangguan lebih lanjut pada jaring makanan.

Eksperimen tersebut menguji bahwa efek glitter dalam jumlah besar mirip dengan glitter pada saat dilepaskan secara massal di festival atau selama protes. Mereka mengatakan bahwa mereka kurang memperhatikan efek dari jumlah yang lebih kecil, seperti yang digunakan untuk make-up.

Dampak terhadap tanaman dan siput terlihat setelah 36 hari; tidak diketahui apa yang akan terjadi dalam jangka panjang. Studi ini telah dipublikasikan di Journal of Hazardous Materials.

 

 

Reporter : Romanauli Debora

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.