Sukses

Demonstran Bentrok dengan Polisi, Iring-iringan Raja Thailand Diteriaki

Terjadi bentrokan antara demonstran dan polisi thailand saat berlangsungnya aksi protes terhadap monarki.

Liputan6.com, Bangkok - Ratusan pengunjuk rasa di Thailand melemparkan cat biru ke polisi dan meneriaki iring-iringan Raja Vajiralongkorn, setelah 21 demonstran ditangkap saat melakukan demonstrasi terhadap monarki.

Dikutip dari Aljazeera, Rabu (14/10/2020), demonstran meneriakkan, "Bebaskan teman-teman kita!" saat mobil raja melintas di hadapan pengunjuk rasa. Mereka yang ditahan di antaranya adalah Jatupat Boonpattararaksa, seorang pemimpin protes dan Chaiamorn Kaewwiboonpan, seorang penyanyi.

"Para pengunjuk rasa mungkin tidak mematuhi hukum hari ini, jadi polisi harus bertindak untuk menertibkan dan tidak bertindak secara tidak proporsional," imbuh Anucha Burapachaisri, juru bicara pemerintah.

Protes telah berlangsung selama tiga bulan yang didasarkan pada kecaman akan panggung politik yang didominasi tentara dan kerajaan Thailand. Para pengunjuk rasa menyerukan konstitusi baru dan pencopotan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, mantan pemimpin pemerintahan militer.

Mereka juga menyerukan agar kekuasaan monarki dibatasi, tuntutan ini terkait dengan aturan lama di mana rakyat dilarang untuk mengkritik keluarga kerajaan dan harus memujanya. Pihak kerajaan Thailand belum menanggapi permintaan komentar atas protes atau tuntutan reformasi kerajaan. 

Sebelum meneriaki iring-iringan kerajaan, demonstran telah mendorong garis polisi dan beberapa melemparkan cat biru. Polisi kemudian menghancurkan tenda yang didirikan dan menyeret beberapa demonstran ke dalam mobil polisi.

Saat iring-iringan mobil kerajaan lewat, para demonstran mengangkat tiga jari sebagai simbol untuk meminta pembebasan terhadap mereka yang ditahan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Demonstran Ingin Kerajaan Berada di Bawah Konstitusi

"Ini adalah keburukan feodalisme, di mana satu orang dapat melakukan apa saja dan mayoritas orang harus menerimanya tanpa syarat," tulis Parit "Penguin" Chirawat, seorang pemimpin siswa, di Twitter.

Para demonstran mengatakan mereka tidak mengupayakan penghapusan monarki, tetapi untuk mengurangi kekuasaan raja di bawah konstitusi dan membatalkan perintah untuk menempatkan kekayaan istana dan beberapa unit tentara di bawah kendalinya.

"Monarki harus berada di bawah konstitusi, begitulah seharusnya," imbuh Waranya Siripanya, seorang demonstran.

Banyak kaum royalis yang mengkritik para pengunjuk rasa. Salah satunya adalah Narongsak Poomsisa-ard yang mengatakan bangsa Thailand masih ada sampai saat ini karena memiliki aturan yang kuat.

 

Reporter: Ruben Irwandi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.