Liputan6.com, Queensland - - Great Barrier Reef di Australia telah kehilangan 50% dari populasi karangnya selama tiga dekade terakhir. Hal itu terungkap dalam sebuah studi baru, yang menemukan dengan perubahan iklim seperti ini merupakan pendorong utama kerusakan karang.
Dikutip dari CNN, Rabu (14/10/2020), para peneliti dari ARC Center of Excellence for Coral Reef Studies, di Queensland, timur laut Australia, menilai komunitas karang dan ukuran koloni di sepanjang Great Barrier Reef antara 1995 dan 2017 mengalami penipisan hampir di semua populasi karang.
Baca Juga
Israel Serang Iran, Australia Desak Warganya Segera Tinggalkan Tel Aviv dan Wilayah Pendudukan Palestina
Top 3 Berita Bola: Catat Kemenangan Bersejarah Kalahkan Australia, Timnas Indonesia Buka Peluang ke 8 Besar
Erick Thohir Puji Semangat Timnas Saat Kalahkan Australia di Piala Asia U-23 2024: Luar Biasa, Itu yang Indonesia Mau!
Terumbu karang di Ausralia ini adalah beberapa ekosistem laut yang paling hidup di bumi, antara seperempat dan sepertiga dari semua spesies laut bergantung pada terumbu karang dan juga dalam siklus hidupnya. Ukuran populasi karang juga dianggap penting dalam hal kemampuan untuk berkembang biak.
Advertisement
"Populasi karang yang hidup memiliki jutaan bayi karang kecil, serta juga banyak yang besar dan mamas besar yang menghasilkan sebagian besar larva," kata Andy Dietzel, seorang mahasiswa doktoral di ARC Center of Excellence for Coral Reef Studies, dalam sebuah pernyataannya.
"Hasil kami menunjukkan kemampuan Great Barrier Reef untuk pulih, ketahanannya, jika dibandingkan dengan masa lalu, ada lebih sedikit bayi, dan lebih sedikit pembiakan dewasa besarnya," imbuh Dietzel.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Penurunan Populasi Karang
Para ahli menemukan penurunan populasi terjadi pada spesies karang air dangkal dan dalam, tetapi karang bercabang dan berbentuk meja yang menyediakan habitat bagi ikan  paling terpengaruh oleh peristiwa pemutihan massal pada 2016 dan 2017, yang dipicu suhu yang luar biasa.
Temperatur laut yang hangat adalah pendorong utama pemutihan karang, ketika karang memutih hal itu menjadi respon stres terhadap air yang terlalu hangat. Pemutihan tidak langsung mematikan karang, tetapi jika suhu tetap tinggi, pada akhirnya karang akan mati dan merusak habitat alami banyak spesies biota laut.
Studi hari Selasa menemukan kerusakan yang lebih curam dari koloni karang di Great Barrier Reef Utara dan Tengah setelah peristiwa pemutihan massal pada 2016 dan 2017 itu.
Advertisement
Advertisement
Perubahan Peristiwa Pemutihan Massal
Great Barrier Reef telah mengalami beberapa peristiwa pemutihan massal dalam lima tahun terakhir, dan para ahli mengatakan bagian selatan terumbu juga terpapar suhu yang memecahkan rekor pada awal 2020.
"Kami dulu berpikir bahwa Great Barrier Reef dilindungi oleh ukurannya yang besar,tetapi hasil kami menunjukkan bahwa sistem terumbu karang terbesar dan relatif terlindungi dengan baik semakin terancam dan menurun," kata Hughes.
Penulis laporan tersebut memperingatkan bahwa perubahan iklim meningkatkan frekuensi "gangguan terumbu karang" seperti gelombang panas laut.
Advertisement
"Tidak ada waktu untuk merugi, kita harus segera menurunkan emisi gas rumah kaca secepatnya," penulis laporan tersebut memperingatkan dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society.
Â
Reporter: Romanauli Debora
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.