Sukses

Uni Eropa Resmi Amankan 300 Juta Vaksin COVID-19 dari Sanofi dan GSK

Uni Eropa (EU) sepakat membeli calon vaksin COVID-19 buatan Sanofi dan GSK guna mengamankan persediaan bagi negara-negara anggotanya.

Liputan6.com, Brussels - Uni Eropa (EU) pada Jumat (18/9) sepakat membeli calon vaksin COVID-19 buatan Sanofi dan GSK guna mengamankan persediaan anti virus corona bagi negara-negara anggotanya.

Kontrak pembelian itu merupakan perjanjian kedua yang diteken EU setelah lembaga itu menandatangani kontrak dengan AstraZeneca.

EU memilih mengamankan stok vaksin untuk wilayahnya sendiri, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meluncurkan COVAX, program pembelian vaksin bersama yang dibuat guna memastikan tiap negara bisa mendapatkan vaksin COVID-19 secara adil dan efisien.

Setelah menandatangani kontrak pembelian, Sanofi dan GSK sepakat menyediakan lebih dari 300 juta dosis calon vaksin COVID-19 untuk EU. Informasi itu diketahui dari unggahan Komisioner Kesehatan Eropa Stella Kyriakides di media sosial Twitter, sebagaimana diwartakan Reuters, dikutip dari Antara, Minggu (20/9/2020).

Perjanjian itu mengonfirmasi pengumuman yang disampaikan dua perusahaan farmasi itu pada 31 Juli.

Sebelumnya, AstraZeneca juga sepakat menyediakan lebih dari 400 juta dosis calon vaksin COVID-19 untuk Uni Eropa.

Lewat perjanjian dengan Sanofi dan GSK, Komisi Eropa akan membayar sebagian ongkos produksi awal calon vaksin. Kemudian, vaksin-vaksin COVID-19 itu akan dibeli oleh masing-masing negara anggota EU.

Kontrak tersebut diteken oleh EU menjelang berakhirnya tenggat pendaftaran keanggotaan COVAX, program pembelian vaksin COVID-19 yang dikoordinasi oleh WHO.

COVAX akan memastikan tiap negara punya akses yang sama untuk membeli vaksin dan anti virus yang nantinya tersedia akan terdistribusi rata.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

92 Negara dalam Skema COVAX Facility

Setidaknya, 92 negara berpendapatan rendah telah mendaftarkan diri untuk ikut COVAX, program yang juga merupakan bagian dari upaya WHO untuk mempercepat pengembangan vaksin serta pengobatan COVID-19.

Sementara itu, sekitar 80 negara berpendapatan tinggi juga telah menunjukkan minat untuk bergabung, tetapi banyak dari mereka memilih mengamankan stok vaksin COVID-19 untuk wilayahnya masing-masing.

Seorang pejabat Kementerian Kesehatan Prancis, Kamis (17/9), mengatakan pihaknya akan membantu pendanaan COVAX, tetapi Prancis memilih bergabung dengan skema pembelian yang dikoordinasi EU.

Sejauh ini, belum ada calon vaksin COVID-19 yang disetujui oleh WHO. Penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu telah menewaskan lebih dari 946.000 jiwa di banyak negara dan menyebabkan perekonomian masuk ke jurang resesi.

Sanofi dan GSK pada Juli 2020 juga telah meneken kontrak penjualan 100 juta dosis vaksin senilai 2,1 miliar dolar AS (sekitar Rp30,9 triliun) untuk Amerika Serikat. Lewat perjanjian itu, AS juga memiliki opsi untuk menambah stok sampai 500 juta dosis.

Tidak hanya ke AS, Sanofi dan GSK juga sepakat menjual 60 juta dosis calon vaksin COVID-19 ke Inggris.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.